Kami bertiga saling menatap satu sama lain. Aku memegang tanganku, melihat ke sekitar, dan akhirnya menghela napas. Aku mengernyitkan dahi dan tanganku menyentuh dahiku sebagi bukti bahwa aku muai kebingungan memahami apa yang sedang terjadi
“kamu masih mimpiin kucing itu?” Tanya Agung
“akhir-akhir ini engga” sambil menggelengkan kepalaku
“ itu hanya perasaan kamu kali, Na, kamu kecapean”
“entahlah, aku bener bener kebingungan” aku beranjak berdiri dan pergi
“kamu mau ke mana?” Tanya Agung
“kerja, kan kamu gaji aku buat kerja bukan buat bengong” jawabku jutek
“dia beneran pergi lah” Ucap Dipta
“namanya juga Nirna. Kalau lagi normal malah kadang terlihat ga waras. Tapi kalau lagi ada masalah, udah beneran ga waras”jawabAgung
“jadi maksud kamu, temen kita itu ga waras” jawab Dipta kesel
“bukan ga waras maksudnya, tapi sedikit unik kali kelakuannya” jawabnya memberi alasan
“tapi aku akui, itu bener sih” jawab Dipta mengiyakan.
“oh kita jangan lupa, lusa kamu harus datang ke kampus kita di Jatinangor” ingat Dipta
“lah ngapain??” jawab Agung heran
“beneran Lupa ya. kamu itu harus kasih testimoni, aku diundang buat ngisi seminar biar paket lengkap, kamu juga harus datang”
“oh iya bener, oke oke” ucap Agung mengerti
Di ruanganku, aku bener-bener kebingungan, untuk mengalihkan keresahanku biasanya aku main Puzzle di handphone. Meskipun aku harus mengakhiri permainanku karena telepon dari kak Sukma
“Na, kamu udah ketemu lagi sama Ayah?” tanyanya
“belum, kak. Emang kenapa?” jawabku
“ayah sakit, kamu kalau ada waktu jenguk ayah, dia nanyain kamu terus soalnya”
“entahlah, kita liat nanti aja”
“Na, inget, mau diapain juga dia tetap ayah kita”
“aku ngerti kak, nanti aku telpon lagi, aku sibuk” jawabku sambil menutup handphoneku
******
Kami bertiga melewati gerbang pintu menuju kampus kami dulu, selama 5 tahun kami menetap di jatinangor, kami pun pernah merasakan masa-masa alay dan lebay. Melihat perubahan kampus pun, kami cukup takjub. Sudah hampir 5 tahun kami bertiga tidak menginjakan kaki ke kampus ini. Gerbang yang dulunya hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki akhirnya dibongkar dan dijadikan sebuah pintu keluar masuk mobil dan motor, bangunan dan fasilitas kampus yang bertambah megah membuat kami semakin takjub dengan perubahan kampus ini.
“bukankah kampus kita berubah ?” Tanya Agung
“berubah, power ranger kali berubah” jawabku
“Avenger kali” tambah Dipta
“ga nyambung itu namanya, Dip. Suka aneh-aneh aja” jawabku sambil tertawa
“wah wah, tapi fakultas kita ga pernah berubah ya. masih gini gini aja” ucap Agung
“rasanya aku merindukan kampus ini, sudah lama rasanya ga ke sini”
“acaranya dimana Dip?” Tanya Agung
“gak tahu, gue ga nanya” jawab Dipta polos
“ah elu, telpon panitianya sana” pinta Agung kesal
“guys, aku beli minum dulu ya, kalian duluan nanti aku nyusul” pintaku
“maaf menunggu kak, ayo acaranya di sebelah sana” ajak panitia yang ngos-ngosan karena berlari
Aku melihat Dipta dan Agung pergi, sedangkan aku pergi ke kantin. Dulu sering sekali aku makan Indomie telor di sini selain murah bisa bikin perut kenyang. Selain menunggu acara selesai, aku bisa melihat mahasiswa yang sibuk mengerjakan tugas, ada juga yang asyik ngegosipin pacarnya masing-masing. Selagi aku menikmati pemandanganini, sebuah pesan masuk dari Agung yang menyuruhku untuk datang ke tempat seminar. Aku bergegas pergi dari sana, karena terburu-buru di depan kantin aku hampir menabrak mahasiswa yang mau masuk kantin “maaf” ucapku padanya.
Akhirnya aku memperlambat langkah kakiku agar tidak menabrak lagi seseorang karena kecerobohanku. Aku berjalan lurus dengan santai. “Nirna” panggil seseorang padaku. Aku mengabaikan suara itu, bulu kudukku merinding karena aku takut itu suara RURU.
Aku mempercepat langkahku, sampai akhirnya aku terjatuh dan menabrak seseorang. Aku tidak berani melihat ke atas. Aku sempat berpikir, apakah yang memanggilku hantu, tapi kenapa Hantu ada di siang hari dan kenapa kakinya bisa menginjak tanah? Pikirku.