Aku merasa ada sebuah benda yang menyentuh kakiku, sepertinya sebuah bulu yang lembut menggosok-gosokkannya pada telapak kakiku, aku merasakan sesuatu yang terus maju dari arah bawah, aku merasakan sebuah kaki menginjak badanku, ia seperti melompat lompat di atas badanku, aku sempat menyentuh nya untuk memastikan bahwa itu bukan apa-apa. Tidurku benar benar diganggu oleh sesuatu yang tak di ketahui.
“Nirna” suara itu benar-benar membangunkanku dari tidur nyenyakku
“Ruru” teriakku kaget
“Hai, lama tidak bertemu?” tanyanya
“ini pasti mimpi, ini pasti mimpi, gak mungkin nyata” ucapku dengan rasa kaget
“Nirna, cepat bangun, kamu udah telat berangkat kerja” teriak Tante Anggi dari luar
“jadi ini bukan mimpi?” kataku
Aku beranjak keluar, berlari ke arah tante Anggi sambil memeluknya ketakutan
“tante ada Ruru di kamar aku”
“ruru apa?”
“ruru tante ruru, kucing kita yang udah meninggal”
Lalu terdengar suara mengeong dari arah kamarku lalu tante Anggi mengambilnya
“maksud kamu kucing ini?”
“iya tante”
“ini kucing pemberian kak Hasan, kemarin malam pas kamu tidur, kak hasan ngasih kucing ini”
“tapi dia bisa ngomong tante”
“kamu ini ngaco, mana ada kucing bisa ngomong”
Aku kembali ke kamar dan mencoba menenangkan diriku yang kebingungan dengan apa yang telah terjadi. Aku menatap Ruru dengan takut, tapi ia malah mendekatiku dan melompat ke atas meja
“jangan mendekat, jangan mendekat”
“kamu takut sama aku, Na. padahal waktu kamu kecil kita sering bermain bersama”
“tapi aku ingat bahwa kamu udah meninggal, aku yang menguburkan kamu waktu itu”
“hmmm., memang aneh jika nalarmu yang bekerja pagi ini. Aku adalah simbol kesempatan yang diberikan kepadamu”
“Tante, Ruru bisa ngomong” teriakku dari kamar
“Nirna Nabila Az-zahra, bangun jangan halu terus” jawab tante Anggi
“hanya kamu yang bisa mendengarku bicara, Na” jeas Ruru
“ jadi, tante Anggi tidak bisa mendengar kamu ngomong?”
“hanya kamu, hanya kamu satu-satunya yang bisa mendengar suaraku, seperti kejadian di kampus waktu itu, kamu pasti mendengar suaraku” jawabnya
“jadi kamu udah tahu semuanya?” jawabku mulai kesal
“tidak semuanya, hanya yang berkaitan dengan kamu saja”
“apakah kamu hantu yang menyamar jadi seekor kucing”
“aku sudah bilang, anggap aku sebagai kesempatan”
“tapi tetap saja itu menakutkan bagiku”
“belajarlah memahami kesempatan yang akan aku berikan padamu
*****
“guys, Ruru ada di rumah aku” ucapku pada Dipta dan Agung
“yang bener saja, masa ada kucing yang udah mati hidup lagi” ucap Agung
“apalagi dia bisa berbicara padaku” tambahku meyakinkan
“Na, aku yakin kamu kelelahan karena sering bolak balik ke rumah sakit” tambah dipta
“jadi kalian tidak mempercayai aku?” jawabku kecewa
“bukan tidak mempercayai tapi apa yang kamu ceritakan tidak masuk akal,” jawab Dipta
“Na, aku bukannya membela pendapat Dipta, sepertinya kamu harus banyak istirahat ya” tambah Agung
Mendengar ucapan dari mereka berdua membuatku marah. Apa yang harus aku lalukan, mengapa mereka tidak percaua padaku. Aku masih waras, aku tidak kelelahan, dan aku tidak gila.
“hallo” jawabku
“Miss, lagi di mana? Gue bisa ketemu lo hari ini” pinta Mr Putra
“ada apa, mr.? bisa bisa” jawabku
“ini mengenai pembicaraan kamu tentang kucing peliharaan kamu”
“benarkah?”