About You, About Your Hope

Indira Raina
Chapter #10

PELUANG

Sore itu aku melihat kak Sukma duduk di bangku rumah sakit. Ia hanya menatap kosong pada apa yang ia lihat di depannya. Samar-samar aku melihat air matanya jatuh membasahi pipinya, ia menangis dan tangannya menutup wajahnya yang sudah basah kuyup oleh air matanya. Aku mnghampirinya, dan memeluknya dari samping

“kakak, jangan nangis” pintaku

“Na, Ayah ga bangun-bangun, kakak khawatir sama keadaan Ayah”

“aku juga kak, tapi aku yakin ayah akan bangun, dan meluk kita berdua nantinya” yakinku

Kami saling berpelukan dan saling berpegangan tangan. Sore itu, senja menyinari kami dengan cahaya orange nya, aku harap cahaya itu menjadi harapan bagi berdua untuk bertemu kembali dengan ayah.

“Kak, kalau kita diberikan kesempatan untuk mengubah Takdir, kakak mau mengubah takdir seperti apa?” tanyaku tiba-tiba

“kakak ingin mamah di sini, senyum bareng kayak dulu, meskipun kita mengalami kesulitan tanpa Ayah dulu, kita selalu bahagia”jawabnya haru

“aku ga inget, kalau dulu kita keluarga yang bahagia”

“karena kamu belum lahir, kamu masih dalam kandungan mamah waktu itu”

“apakah aku harus mengabulkan permintaan kakak?”

“kamu itu ngelantur, di dunia ini ga ada yang namanya mesin waktu. kalau ada pasti manusia udah ngantri buat reset hidupnya” jawabnya sambil tersenyum

“memang tidak ada kak, tapi peluang seperti itu tetap ada meskipun mustahil”

Aku hanya melihat sebuah harapan dari keputusasaan kami, kami berharap bahwa dalam setiap harapan adalah keputusasaan yang tak berujung. Keinginan kecil kami adalah mempunyai keluarga yang lengkap, mempunyai seorang ibu yang menanti kedatangan kami ketika pulang ke rumah. Dan seorang ayah yang bekerja mencari nafkah bagi kami. Tapi harapan seperti itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk di wujudkan untuk keluarga kmi.

Ketika aku melihat Tante Anggi yang menangisi kepergian ibu dan kakaknya, tante Anggi hanya bisa memandangi wajah mereka melalui tangkapan layar sebagai penghiburan. Ia selalu berkata “mengapa takdir kita begitu pendek kak, mengapa kau meninggalkanku dan anak-anakmu ketika usiamu masih muda”. Aku hanya bisa mendengar rintihan tangisannya di balik pintu kamarnya dan berpikir apakah aku bisa membahagiakan pengganti orangtuaku?

“Tante” tanyaku

“apa?” jawabnya pelan

“tante suka kangen ga sama mamah?” ucapku

“mamah kamu?” tanyanya meyakinkan

“yah”

“terkadang tante suka kangen sama mamah kamu, dia gadis yang tangguh dan keras kepala, persis sperti kamu. tapi yang membuat tante ga habis pikir, ibu kamu sabar banget dan setia banget” jelasnya sedih

Lihat selengkapnya