About You, About Your Hope

Indira Raina
Chapter #11

TIME LOOP, 1980

Aku menatap rumah di depanku dengan rasa haru, aku masih merasa ini hanyalah mimpi di siang bolong, tapi dengan dinawanya aku ke sini, ke masa dimana keluargaku masih utuh, aku memahami satu hal. Bahwa kesempatan yang Ruru berikan ada sebuah titik balik di hidupku, tentang keberadaanku dan keberadaan orang tuaku.

“siapa ya? mau cari siapa?” Tanya seseorang dengan suara keras memanggilku

“hmm, aku…aku… mencari…” jawabku gugup karena melihat perempuan yang aku kenal wajahnya

“apakah kamu guru sementara yang dikirim pa kades ke sini?’ Tanya perempuan itu

“guru? Ehmmm iya iya, guru” jawabku asal

“baguslah, masuk saja, pa kades bilang bahwa akan ada guru sementara dari kota yang akan membantu sekolah kami, kami membutuhkan guru tambahan sebenarnya, tapi di kampung ini belum banyak orang yang bersedia jadi guru, katanya gajinya kecil, jadi mereka banyak yang tidak mau” jelasnya

“ohh iya ya” jawabku

“kita berdua belum saling berkenalan, Aku Tari” ucapnya sambil mengulurkan tangannya

“aku sudah tahu” gumamku

“apa yang kamu katakan” tanyanya menyelidik

“ahhh tidak, namaku Nirna” jawabku gugup

“nama yang bagus, hmmm.... ayo masuk, kamarnya sudah aku siapkan” ajaknya

 Aku melihat seorang perempuan yang aku kenal, ia ibuku, ibuku ketika masih muda. Ia sangat bersemangat dan sangat ceria, berbeda dengan diriku. Mataku langsung mengamati setiap sudut rumah itu. Bahkan hal yang mengagetkanku, aku melihat Opa dan Oma begitu mudah, mereka terlihat bahagia ketika makan bersama, mata mereka saling menatap dengan penuh kasih sayang.

“kak, buku aku mana?” teriak seseorang keluar dari kamar

“di atas lemari, dek, cari yang benar” pintanya

“tante?” panggilku spontan pada anak kecil itu

“Namaku bukan tante, namaku Anggi, usiaku 10 tahun” jawabnya kesal

“bukan itu maksudnya adek” tambah Tari tersenyum

“Kakak ini tidak sopan, masa nama aku diganti dengan Tante, kak” jawabnya polos

“ohh iya, kamu belum kenalan dengan keluargaku ya, ini Anggi, adikku, dan mereka kedua orangtuaku, ibu sama bapak” jelas Tari

“Nirna” jawabku sambil melambaikan tangan pada semua orang di sana

Aku disilahkan masuk ke kamarnya, aku akan tinggal sekamar dengan ibuku sendiri. Aku melihat buku-buku tertata dengan rapih dan baik. Aku melihat foto kakak beradik yang sangat lucu untuk dilihat. aku sangat kaget ketika aku melihat kalender yang menunjukan bahwa ini adalah tahun 1980. Jadi aku di bawa ke masa muda ibuku. Mengaapa Ruru membawaku ke sini, apa yang sebenernya Ruru inginkan dari diriku dengan membawaku ke sini.

“Nirna?”

“Ruru? Kamu kemana aja, aku mencari-cari kamu tahu, tujuan kamu mengirimkan aku ke sini untuk apa Ru,?” tanyaku masih bingung

“aku hanya membaca keinginan hatimu, Na. kamu hanya mempunya waktu 49 hari untuk berada di sini, jadi aku harap kamu memanfaatkan kesempatan yang aku berikan. padamu. Selama kamu di sini, kamu harus tahu apa yang sebenarnya ingin kamu ubah di masa depan” Ruru menghilang begitu saja.

“Ruru, Ruru, kamu mau kemana?” Nirna memanggil Ruru kembali

“aku percaya kepadamu, Na” bisik Ruru ke telingaku

“Ruru, please jangan main pergi, aku harus apa? Apa yang harus aku lakukan?” keluhku kesal

“kamu kenapa? Kau manggil manggil siapa?” Tanya Tari tiba-tiba masuk ke kamar

“oh engga, aku hanya sedang meliha-lihat kamar kamu, kamar kamu bagus ya” ucapku terbata-bata

“apa karena kamu orang kota, gaya berpakaian kamu berbeda dengan kami yang dari desa” dia melihat pakaianku dari bawah sampai atas.

“Aneh ya?” tanyaku

“dan juga kamu tidak membawa pakaian ya? Aku tidak melihat kamu membawa tas” tanyanya kembali

“oh itu karena, karena....” aku kehabisan kata-kata karena Tari menatapku dengan penih curiga

“ aku kerampokan!!! Iya kerampokan jadi baju tasku hilang semua” lanjutku mencari alasan yang masuk akal

“kerampokan? Tapi kamu tidak apa-apa?” tanyanya sambil menyentuh tangan dan pungungku berkali-kali karena khawatir

“aku,.... aku tidak apa-apa” jawabku senang karena ibuku khawatir padaku

 “ya sudah untuk sementara kamu pakai pakaianku dulu sebelum kamu beli yang baru”

“iya terimakasih ya” jawabku sambil menatapnya dengan harus

“kamu kenapa menatapku seperti itu?” tanyanya keheranan

“aku tidak apa-apa, hanya saja aku terharu ada yang mengkhawatirkanku seperti ini” jawabku jujur

“kamu tuh aneh, orang tuamu juga pasti khawatir jika tahu kalau kamu jadi korban rampok hari ini” jawabnya santai sambil membuka lemari miliknya.

“hmmm” aku mengangguk iya dengan ragu kepadanya.

Ia memilihkan beberapa baju untukku, meskipun baju-baju yang dipilihakn ibuku benar-benar gaya retro, bahkan rambut ibuku benar benar jadul sekali, melihat gaya rambut Bob ibuku dan tante Anggi benar-benar membuatku perutku geli. Anehnya, pada tahun 80-an, gaya itu sangat terkenal dan popular di berbagai kalangan.

“umur kamu berapa sekarang, Nak?“Tanya Opa

“27 tahun, kalo Opa berapa tahun?” jawabku keceplosan

“Tari, sepertinya bapa udah pantas nimang cucu. Nak Nirna aja manggil bapa dengan Opa” Candanya pada semua orang yang berada di sana.

“Opa? Apa bapa terlihat sangat tua ya?” Tanya Tari padaku

“Oh tidak, maksudku Bapa, maaf aku salah ucap” jawabku meluruskan

Opa hanya tertawa mendengar kata-kataku “orang kota memang beda ya dengan orang desa” jawabnya sambil tertawa dengan gigi yang masih lengkap.

“ohh maaf ya, Pa. saya sudah kurang ajar sama bapa” jawabku malu

“berarti kakak sudah tua juga kayak bapa” ucap Anggi polos

“engga tua, hanya usianya udah kepala dua saja” jawabku sedikit malu

“kalau di desa ini, usia seperti kamu pasti sudah menikah. Udah punya anak 3 atau 4 ya, pa” jelas Tari

“iya betul, kalo nak Nirna sendiri sudah menikah?” tanya Opa padaku

“aku? Belum belum, aku masih muda untuk menikah di usia ini”

“pemikiran orang kota emag beda ya pa” ucap tari kepada ayahnya

“tidak apa-apa. Menikah jangan karena usia, tapi menikah jika sudah siap” jawab Opa Bijak.

Aku melihat keluarga ibuku begitu bahagia, mereka hanya tinggal di rumah yang dindingnya terbuat dari bilik yang dianyam. Aku tidak melihat kemewahan dirumah ini. Hanya sebuah kesederhanaan yang memenuhi rumah ini. Ketika aku tidur, aku tak sadar bahwa Hp ku terbawa dan berada di saku celanaku. Aku melihat dan menyalakannya, aku pikir HP ku tidak akan menyala, tapi ternyata ia menyala dengan dengan baik hanya saja tidak bisa aku gunakan karena tidak ada sinyal.

“itu apa?” Tanya tari

“ohh ini hanya Hand Phone” jawabku santai

“Handphone? Itu apa?” tanyanya menyelidik sambil memegang Hp ku

“Alat untuk berkomunikasi jarak jauh”

“Telepon rumah maksudmu”

“hampir sama tapi benda ini lebih canggih

”lebih canggih?” tanyanya kembali penasaran

“ iya, ini teknologi masa depan yang belum ada di masi ini” jawabku keceplosan

“maksud kamu apa? Teknologi apa?” tanya Tari semakin kebingungan sambil memencet layar Hpku

“ahhh ini apa? Kenapa ada kamu di benda ini” karena kaget, Hp ku terjatuh

“kenapa?” tanyaku khawatir sambil mengambil hp-ku yang terjatuh

“ada kamu di benda itu” tunjuknya kepada hp-ku

“ahhh ini?” sambil menunjukan wallpaperku padaku

“kenapa ada kamu di benda ini” jawabnya sambil menyentuh layar hp ku

“aku sudah bilang ini adalah teknologi di masa depan” jelasku kembali

“masa depan?” jawabnya dengan bertanya

“kamu mau melihat ini di masa depan kan?” tanyaku

“benarkah?” jawabnya seperti tak percaya

“aku akan memastikan bahwa di masa depan kamu bisa melakukan apa saja” jawabku meyakinkan Tari

“ternyata kamu lebih aneh daripada yang aku kira” jawabnya sambil menggelengkan kepalanya

Lihat selengkapnya