Aku hanya menatap foto yang kupajang di dinding kamarku. Aku melihat foto ibuku dan ayahku bersama. Aku memang tidak banyak memiliki foto kedua orangtuaku tapi meskipun hanya satu foto yang kumiliki, aku bersyukur.
“kamu tahu, kamu hanya menghilang selama 49 menit?” ucap Agung
“aku kira kamu akan berhari hari tidak pulang karena kembali ke masa lalu” tambah Dipta
“tapi aku di sana selama 49 hari” jawabku polos
“kamu ngapain aja di sana?” Tanya Agung
“ini tidak masuk akal, perbedaan waktu masa lalu dan masa sekarang sangat berbeda” tambah Dipta
“aku bertemu dengan keluarga ibuku ketika masih muda, aku juga mengajar di sekolah dasar, dan aku juga bertemu dengan ayahku ketika dia masih muda” jelasku semangat
“kamu pasti sangat senang ketika bertemu dengan ibu kamu” ucap Dipta
“setidaknya ibuku benar benar cantik ketika masih muda dan bergaya retro khas 80-an. Kalau dipikir-pikir, aku benar benar berpakaian seperti gadis zaman dahulu selama 49 hari di sana” ucapku tersenyum
“aku senang mendengarnya, setidaknya kamu benar-benar kembali dengan suasana hati yang lebih segar” tambah Dipta
“NIrna???” panggil tante Anggi dari luar
“iya tante, ada apa?” jawabku keluar dari kamar
“ayah kamu…” ucap tante terbata-bata
“ayah, kenapa dengan ayah?” tanyaku khawatir
“dia sudah sadar na, dia sudah sadar” ucap tante Anggi melanjutkan
Aku bergegas pergi ke rumah sakit. Aku ingin segera bertemu dengannya dan aku ingin sekali meminta maaf padanya karena kesalahanku yang tak terhitung. Aku sudah berjanji pada mamah bahwa aku akan memaafkan apa yang telah terjadi. Aku akan berusaha untuk menjadi anak yang berbakti mulai hari ini.
“Nirna, sini sayang” panggil ayah
“ayah” jawabku yang berlari dari ambang pintu
“tolong maafkan ayah” ucap ayahku
“aku juga minta maaf, Nirna salah, Nirna sudah keterlaluan memarahi ayah waktu itu” jelasku sambil menangis
Aku hanya memeluknya erat, kami berdua menangis dan saling mengucapkan kata maaf. Aku mengingat perjuangan ayahku demi mamah terlepas kesalahan yang ia buat setelah menikahi mamah. Aku akan mulai memaafkan diriku dan berusaha bangkit dari rasa keputusasaan dan rasa dendam terhadap ayahku.
Hubunganku dengan ayah kian membaik dan kami pun rutin untukselalu bertemu. Setelah keluar dari rumah sakit, ayahku tinggal dengan ka Hasan dan istrinya. Aku melihat, ayahku pun betah berada di rumah ka hasan.
“Ayah, kapan kapan kita hiking barengan yuk” ajakku
“memang mau kemana?”tanya ayahku penasaran
“ke Ranu kumbolo, Semeru yah. Di jawa timur”