About You

Karina saraswati
Chapter #2

Si Pembuat Masalah

"Risa, sudah jam berapa ini? Kamu belum siap juga?" teriak ayah begitu keras dari lantai satu.

"Kalem, Yah. Risa lagi nyatok rambut dulu."

Namaku Karisa Agatha Putri. Biasa dipanggil Risa dan asli Bandung. Usiaku sekarang sudah menginjak 16 tahun. Aku bersekolah di salah satu SMU negeri di kota Bandung yang berada di daerah Bandung Selatan. Cukup jauh memang dari daerah rumahku. Tapi, setiap pergi ke sekolah aku selalu diantar ayahku. Kebetulan, kantor ayah itu berada di daerah Soekarno Hatta yang tidak terlalu begitu jauh dari arah sekolahku berada.

Setiap pagi, aku selalu terlambat bangun akibat begadang semalaman menonton drama Korea favoritku. Padahal, hari ini adalah hari senin. Hari di mana pertama kali orang-orang memulai aktivitasnya. Dan, di mana setiap anak sekolah sepertiku harus mengikuti upacara bendera.

Aku melirik ke seluruh penjuru kamarku dengan mata menyipit. Kamarku sangat berantakan sekali, benar-benar seperti kapal pecah. Bukan seperti kamar anak gadis, melainkan seperti kandang singa yang sedang mengamuk.

"Risa, nanti macet di jalan. Ayo, pergi sekarang!!" teriak ayah kembali.

"5 menit lagi, Yah!" sahutku setengak berteriak yang masih sibuk menyatok rambut.

"Kalau dalam hitunhan ke-3 kamu tidak muncul juga, ayah tinggal. 1 . . . 2 . . . ."

Kalau ayah sudah mulai berhitung, itu pertanda buruk untukku. Ayah pasti merasa kesal dan aku harus segera bergegas turun ke bawah. Belum sampai hitungan ke-3, aku lamgsung meluncur ke bawah dengan keadaan yang sangat berantakan sekali.

Ayah menatap wajahku dengan bingung saat aku menghampirinya yang sudah berada di teras rumah. Ayah memandangiku dengan tatapan tajamnya dari atas sampai bawah, hingga membuatku melirik ke arah seragamku yang memang terlihat sangatlah berantakan.

Baju yang belum sempat aku masukkan ke dalam rok, rollan rambut yang masih menempel di poni rambutku dan juga sepatu kananku yang tampak berbeda dengan sepatu kirinya.

"Rapihkan dulu itu seragammu, Ris. Berantakan sekali," kata ayah seraya membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam.

"Nggak sempet, Yah. Risa rapihkan di dalam mobil aja," kataku menjawab dan segera masuk ke dalam mobil menyusul ayahku.

"Neng Risa, ini rotinya di makan dulu. Ini sepatu neng Risa juga ketuker, ganti dulu!" teriak bik Sari sambil membawakan piring berisi roti bakar dan juga segelas susu coklat.

Melihat bik Sari berlari-lari kecil menghampiriku, aku mengurungkan diri untuk masuk ke dalam mobil. Ku makam roti yang berada di tangan kanan si bibik dan ku teguk sampai habis segelas susu coklat yang di berikan bik Sari padaku. Setelah itu, aku ambil sepatu kets Convers berwarna hitam yang melingkar di leher si bibik

"Udah yah, Bik. Risa mau berangkat dulu. Takut kesiangan, nih."

"Ini topi sekolahnya neng hampir ketinggalan," katanya kembali mengingatkan.

"Oh iya, lupa. Makasih ya bik, Risa pamit dulu. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Di tengah perjalanan, aku kembali merapihkan rambutku yang berantakan juga seragamku yang berkelabatan sambil menguyah sisa potongan roti yang diberikan bik Sari. Aku juga membenarkan tali sepatuku yang terlepas dan merapihkan isi tasku yang terlihat sangat berantakan sekali.

"Risa, kalau tahu sekolah pagi harusnya kamu jangan suka begadang nonton drama Korea favoritmu itu. Lihat sekarang, kamu jadi kelabakan, kan?" kata ayah membuka suara ketika beliau sedang menyetir dan melirik sinis ke arahku.

"Udah mendarah daging, Yah. Nggak bisa berhenti."

"Kamu ini kalau di kasih tahu ngeyel terus. Oh iya, malam ini ayah mau ke Jakarta. Ada tugas dinas ke luar kota dari kantor. Pulang mungkin lusa, kamu bisa kan naik angkot ke sekolah?"

Aku mengangguk dan kembali berkutat untuk merapihkan isi tasku yang berantakan.

"Kalau ada apa-apa kamu telepon ayah saja."

"Siap, pak bos!!" seruku seraya memberi hormat.

Begitu sampai di depan sekolah, aku langsung mencium telapak tangan ayahku kemudian segera bergegas keluar dari mobil.

"Jangan lupa sholat, makan yang banyak dan jangan keluyuran malam selama ayah tidak ada di rumah," nasehatnya yang membuatku hanya manggut-manggut begitu mendengarnya.

Lihat selengkapnya