Arfan Aldebaran Hamizan.
Itu nama gue. Namanya memang cukup bagus, karena saat gue dibuat bokap nyokap gue, bokap pengen punya anak cowo yang diberi nama Aldebaran. Katanya sih, biar keren.
Kata orang banyak, gue itu si pembuat masalah alias biang kerok. Tapi, kalau menurut gue, gue nggak begitu orangnya. Mereka belum tahu aja aslinya gue kaya gimana.
Gue orangnya emang usil, jahil dan suka berantem. Karena motto gue itu Berantem is my Life. Berantem itu sudah menjadi keseharian gue tiap harinya.
Sebenarnya, bukan mau gue hidup yang selalu berantem sana-sini dan membuat orang-orang terganggu dengan sikap gue. Asal kalian tahu, berantem itu sudah menjadi tuntutan profesi.
Gue udah lama tinggal di Bandung. Sejak gue lahir, gue sudah tinggal di kota yang dijuluki kota kembang ini. Gue suka Bandung, suka udaranya yang kadang dingin kadang panas, suka sama kemacetannya, walau tidak separah Jakarta. Suka dengan orang-orangnya yang ramah dan gue suka dengan semua makanan khas di kota kembang ini.
Gue sekolah di salah satu SMU negeri yang berada di daaerah Bandung Selatan dan gue anak 11 Ipa 3. Pertama kali gue pindah ke sekolah ini, saat pertengahan semester 1 kemarin. Gue sudah mulai bisa beradaptasi, punya banyak teman dan yang pasti di sini banyak cewe cantik.
Tapi, dari sekian cewe cantik yang gue lihat, ada satu cewe yang menarik perhatian gue. Namanya Karisa Aghata Putri, anak kelas 11 Ipa 1.
Gue mengenal nama itu sejak awal masuk ke sekolah ini. Saat itu, gue sedang di kantin sekolah bersama teman-teman gue yang lain.
“Fan, maneh apal Bunga budak 11 Ips 5 teu? Beuh, geulis pisan siah!” kata Mbul, si pria berbadan besar yang merupakan teman sekelas gue. Sebenarnya, nama aslinya sih Indra. Tapi, di panggil Mbul karena badannya yang tinggi besar macam gorila. (Fan, kamu tahu Bunga anak 11 Ips 5 nggak? Cantik banget, loh).
“Bunga anu centil tea? Urang teu resep, ah,” kata gue menjawab. (Bunga yang centil? Aku nggak suka, ah).
“Naha? Dia cantik, loh. Banyak yang suka sama dia, idaman pria banget,” kata Erwin menambahi yang merupakan anak Ips. (Kenapa?).
“Dia emang cantik. Tapi gue nggak suka sama cewe centil dan tebar pesona gitu sama cowo. Udah gitu, baperan pula. Bukan type gue banget.”
“Terus, lo suka cewe yang kaya gimana?” tanya Tatang anak kelas 11 Ipa 2.
“Gue suka cewe yang bisa menggetarkan hati gue,” jawab gue yang langsung tersenyum centil hingga membuat teman-teman gue yang lain menyoraki gue.
“Contohnya?” tanya mereka semua sambil mendekati wajah gue begitu dekat.
“Nih yah, gue itu nggak butuh dia cantik, seksi atau apalah itu namanya. Asalkan dia bisa menggetarkan hati gue, gue pasti bakalan suka sama dia.”
“Terus, kalau dia wajahnya mirip si Pety anak 11 Ips 3, lu masih mau nggak? Walau muka mehong macam ondel-ondel, tapi kalau dia berhasil membuat getaran di hati lu gimana?” tanya si Mbul yang membuat kami semua langsung melemparinya dengan tissue.