Absurd

Fani Fujisaki
Chapter #12

12. Pendapat Orang Lain

Dianggap memiliki aura menyeramkan membuat Naufal Putrawan selalu dihindari. Insiden mengerjakan quiz saat MOS memang sudah sedikit mengurangi image menyeramkannya, tapi tidak disangka ada hal lain yang bisa mengubah padangan orang lain tentang Putra.

Hanya dengan motor yang dibawanya ke sekolah, Putra sekarang mendapat perhatian dari segelintir siswi. Dan Putra merasa terganggu dengan para siswi yang mencoba menebar pesona untuk menarik perhatiannya.

Jelas-jelas Putra suka pada Ajeng, bahkan dia juga sampai mengatakannya di depan seluruh murid seangkatannya ketika hari ke dua MOS. Memang sih sering dapat respon penolakan, tapi itu tak membuat Putra menyerah.

Semakin Ajeng menunjukkan rasa tidak sukanya, Putra justru semakin lebih tertarik lagi.

Kalau boleh jujur, Ajeng sama sekali bukan tipe Putra. Tapi karena mau memberi pertolongan ketika yang lain memilih tidak mau mendekat, Putra sudah menganggap Ajeng seperti malaikat.

Dengan hijab yang dipakai dan memancarkan semacam kebaikan dengan melihat wajahnya yang seperti orang Arab. Cocok kan Putra menggambarkan Ajeng sebagai malaikat?

Terserahlah jika malaikat penolongnya sekarang memiliki pacar. Putra tinggal menunggu mereka putus dan menjadikan Ajeng sebagai miliknya seorang.

"Tahu nggak lo anak perhotelan yang saat MOS ditembak Putra? Sok jual bangat dia.”

“Gue juga lihat tingkahnya yang sok-sok nggak mau dideketin Putra, padahal mah itu triknya biar bisa dapetin Putra.”

“Bener bangat. Emang siapa coba cewek yang bisa nolak cowok kaya?

"Ujung-ujungnya paling juga cuma morotin doang. Malu kali sama hijab."

Langkah Putra yang sedang menuju kelas seketika terhenti mendengar obrolan itu. Siapa itu yang berani menjelek-jelekkan Ajeng di belakangnya? Tidak, lebih tepat di depannya karena dua orang perempuan itu sedang berjalan di depan Putra.

Dengan kesal Putra melangkah lebar-lebar sampai bisa menyusul dua perempuan yang seketika menunjukkan ekspresi panik begitu melihatnya.

Putra menunjukkan senyum sesadis mungkin sambil melipat lengannya di depan dada, "Ngomongin apa kalian tadi, hah? Enak ya jelek-jelekin orang lain kayak diri sendiri yang paling bener?”

Nyali mereka tentu menciut menghadapi siswa yang sudah mendapat predikat ternakal di sekolah, "Ma- maaf, kami cuma nggak tega sama Putra yang ditolak terus."

Putra menyipitkan matanya, "Ngapain pakai acara nggak tega sama gue? Kalian emang belom sadar Arka juga tajir? Ke sekolah bawa motor ninja, barang-barang lainnya juga bermerk mahal semua. Deketin Arka aja sana dibanding harus ngata-ngatain gebetan gue."

"Lo kayaknya pengen bangat ya cari masalah sama gue?"

Pandangan Putra beralih ke arah Arka yang entah sejak kapan sudah berada di dekatnya, "Gue jengkel sama cewek-cewek kayak gini yang sok ngatain orang lain matre, tapi nggak sadar diri mereka lebih parah."

Lihat selengkapnya