Selama ini Ajeng selalu sukses menghindar agar Putra tidak bisa mengantarnya pulang. Tapi mau bagaimana pun Ajeng menghindar, usaha dan keegoisan Putra suatu saat pasti menang juga.
Dan ini adalah hari di mana Putra akhirnya bisa mengantar Ajeng pulang sampai rumah. Ajeng sama sekali tidak peduli dengan pengalaman pertamanya dibonceng memakai motor harley, dia jauh peduli dengan masalah yang akan terjadi saat ini.
Aldi juga baru pulang dari kampus dan melihat Putra yang mengantar Ajeng. Sudah jelas ini merupakan pertanda buruk. Kenapa adegan pengantaran ini harus dilihat oleh kakaknya yang sangat protektif sih?
Seolah tidak mengindahkan tatapan tidak suka yang Aldi berikan, Putra tetap tersenyum ramah dan mengenalkan dirinya, "Saya Putra, salam kenal, Kak."
"Aku bukan kakaknya Ajeng, aku pacarnya."
Mendengar jawaban yang Aldi berikan membuat Ajeng menatap dengan pandangan aneh. Harus ya mengaku sebagai pacar? "Dia nggak akan percaya, Mas. Jadi nggak perlu bohong."
Yang Putra ketahui sebagai pacar Ajeng adalah Amir. Pasti sangat aneh saat ada cowok lain yang mengaku sebagai pacar lagi, jadi lebih baik langsung katakan saja kalau Aldi adalah kakak Ajeng. Jangan sampai ada masalah yang semakin rumit terjadi.
"Kalau begitu sebagai kakak, aku nggak setuju jika kamu jadi pacar Ajeng."
"Saya akan berusaha jadi pacar yang baik untuk Ajeng kok."
"Aku tetap nggak setuju. Jika kamu sampai berani datang dan mengajak Ajeng pergi, aku nggak akan membiarkannya pergi dengan memakai hijab begini."
"Tunggu dulu, kenapa Mas seenaknya memutuskan begitu?" Ajeng memprotes keputusan Aldi dengan tidak terima. Kalau Putra sampai melihat Ajeng yang lepas hijab, sama artinya dengan membongkar identitas Amir. Ini terlalu berisiko.
"Karena nggak ada cowok yang merasa nyaman berduaan dalam suasana romantis jika kamu nggak pakai hijab. Ya udah, sekarang ayo masuk!"
Karena tangannya ditarik untuk masuk ke rumah, Ajeng hanya bisa ikut tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Putra. Padahal setidaknya Ajeng ingin mengucapkan terima kasih sudah diantar pulang dengan selamat.
Setelah berada di dalam, Aldi memegang kedua lengan tangan Ajeng sambil menatapnya dengan serius, "Mulai besok Mas akan mengantarmu ke sekolah agar nggak didekati cowok itu lagi."
"Kan Mas Aldi sering bangun kesiangan. Aku nggak mau sampai terlambat datang ke sekolah," tolak Ajeng yang sangat mengetahui kebiasaan buruk Aldi sejak memasuki masa kuliah yang akan tertidur lagi setelah selesai melakukan salat subuh.
"Aku bisa minta Aldo untuk mengantarmu."
Kedua kakaknya memang kembar, tapi bagaimana bisa Aldo menjadi alternatif lain untuk Aldi? Aldo tidaklah protektif seperti Aldi, kakaknya yang itu justru sangat kejam jika Ajeng sampai membuat repot dalam masalah yang tidak penting, "Terserah Mas aja deh."