Awalnya Ajeng ingin sedikit merubah sifat Putra agar mendapatkan teman lalu bisa berhenti untuk terus mendekat dan mengekorinya ke mana pun. Tapi walau sekarang ada yang mau berteman dengan Putra, Ajeng belum terlepas sepenuhnya dari kekangan cowok itu.
"Putra nggak mau menghabiskan jam istirahat sama teman-temanmu aja?"
Putra yang sedang menopang dagunya menggeleng dengan perlahan, "Mereka justru heran jika gue nggak mendekati lo gini."
Satu kelas memang sudah sangat terbiasa melihat Putra yang terus mendekati Ajeng, kalau sampai tidak dilakukan justru malah dianggap aneh. Tapi Ajeng tetap tidak bisa mendapatkan teman baru karena aksi pendekatan ini, jadi dia sangat tidak suka, "Tapi kan aku ingin ke kantin dengan Gita."
"Dia udah ninggalin lo dengan pergi ke kantin duluan kan?"
Tadi Gita memang langsung pergi keluar dari kelas tanpa mencoba berpamitan, wajar sih Ajeng ditinggal begitu saja, kan tidak ada yang cukup berani mengganggu kebiasaan Putra yang ingin mendekati Ajeng. Kecuali Arka kemarin, "Sekarang aku jadi nggak niat ke kantin."
"Gue bakal tetap temani kok, gue nggak akan membiarkan lo kesepian."
Ajeng menghela napas sambil memperhatikan wajah Putra yang saat ini sedang duduk di hadapannya. Sorot mata tajam cowok ini sepertinya sudah sedikit berubah ya? Bahkan Putra juga sudah mudah mengubar senyum.
Walau ada perubahan seperti ini, Putra terlanjur dinobatkan sebagai siswa yang paling bermasalah di sekolah. Image buruknya tetap bertahan, dan masih ditakuti oleh siswa-siswi seangkatan mereka.
"Ngomong-ngomong, apa yang membuatmu menyukaiku sih?" entah kenapa mendadak Ajeng merasa penasaran. Memang Putra pernah menjelaskan ini saat dirinya menjadi Amir, tapi mungkin saja sekarang Putra memberikan alasan yang berbeda.
"Lo satu-satunya cewek yang mau nolongin gue, bisa ngobrol santai begini juga, bahkan sampai nolak berkali-kali. Tapi semakin banyak lo melakukan penolakan, gue justru jadi tambah cinta sama lo."
Saat Putra menjelaskan alasan menyukainya pada Amir, pintu hati Ajeng terasa diketuk sampai membuatnya tersipu malu. Tapi kali ini tidak, rasanya sangat biasa saja.
Ini mungkin menjadi bukti Ajeng belum memiliki perasaan khusus pada Putra. Jika memang sudah merasa tertarik pada cowok ini, Ajeng pasti merasa malu atau senang mendengar jawaban apapun, "Hmm, nggak hanya suka secara fisik aja?"