Absurd

Fani Fujisaki
Chapter #17

17. Jatuh Cinta

Saat sedang tidak memakai hijab, Ajeng tahu dan juga sadar dirinya memang terlihat seperti cowok. Walau banyak menimbulkan salah paham, Ajeng tidak berniat memanjangkan rambutnya.

Bagi Ajeng punya rambut panjang sangatlah merepotkan. Harus diikat saat merasa kepanasan, mesti disisir agar rapi, boros memakai shampo, dan juga lebih mengganggu kalau ada rambut yang sampai keluar dari hijab yang dipakainya. Kan ribet harus membenarkan hijab terus-menerus hanya karena rambut doang.

Walau tidak ada niat untuk menyerupai lawan jenis, tetap saja cowok tidak memandang Ajeng sebagai perempuan saat sedang tidak mengenakan hijab. Buktinya ada beberapa cowok yang menunjukkan rasa tertarik, tapi langsung menghindar saat mengetahui bagaimana sosok Ajeng saat lepas hijab.

Jadi karena Putra sudah melihatnya dalam keadaan begini, Ajeng tanpa ragu memberikan tantangan. Putra harus mengatakan suka padanya yang sedang terlihat seperti cowok.

"Aku suka padamu. Bukan sekedar suka saja, melainkan aku mencintaimu."

Tapi mendengar Putra benar-benar menjalankan tantangan dan juga berani langsung menatap matanya dengan serius, Ajeng mengerutkan alis dengan bingung. 

Apa Putra tidak merasa aneh mengatakan suka saat penampilan Ajeng terlihat seperti cowok? "Kok benar-benar dilakukan?"

"Kan disuruh."

"Lalu kenapa tetap mau melakukannya?"

Putra memiringkan kepalanya dengan tidak mengerti, "Emang kenapa? Cuma mengatakan suka doang sih gue bisa melakukannya berkali-kali."

Ajeng memegang kepalanya yang kembali merasa pusing. Walau Putra memang sudah mengatakan suka beberapa kali, tapi untuk yang sekarang terasa sangat aneh, "Padahal kan aku terlihat kayak cowok begini, kok masih bisa bilang suka sih?"

Putra mencondongkan tubuhnya untuk mendekati Ajeng, "Gue bahkan bisa mencium lo jika perasaan gue masih nggak dianggap serius."

Merasa panik melihat wajah Putra yang berada sangat dekat dengannya, Ajeng dengan cepat mendorong tubuh cowok itu agar menjauh, "Jangan dilakukan!"

Walau sudah didorong dengan sangat kasar, Putra justru tertawa karena candaannya dianggap serius, "Tapi gue sekarang ngerti kenapa bisa merasa nyaman saat sedang bersama dengan Amir."

"Merasa... nyaman?" tanya Ajeng yang sangsi dengan telinganya. Dia tidak salah dengar kan?

Sebuah anggukan Putra berikan, "Padahal seharusnya gue jauh lebih membenci Amir dibanding Arka, tapi ada perasaan yang justru buat gue nggak bisa menyakitinya. Jadi gue pikir lo dan Amir adalah saudara kembar karena bisa memberi kesan nyaman yang sama."

Alis Ajeng semakin mengerut, masih belum paham, "Putra merasa nyaman saat bersama Amir?"

Lihat selengkapnya