Absurd

Fani Fujisaki
Chapter #18

18. Persetujuan

Ajeng sudah tahu dan mulai terbiasa dengan keegoisan yang dimiliki oleh Putra. Jadi tidak mengagetkan jika cowok itu bisa bertindak nekat dengan melakukan hal yang di luar dugaan Ajeng.

Tapi walau Putra ingin melakukan hal nekat sekalipun, tidak bisakah dilakukan bukan saat tanggal merah saat sekolah libur begini? Ajeng kan ingin beristirahat di rumah, tidak ingin mendapati Putra menjadi tamu rumahnya.

Putra tersenyum walau Ajeng belum membiarkannya berpindah dari depan pintu, "Aku ingin mengajakmu kencan hari ini."

"Nggak mau," Ajeng kembali menutup pintu dengan cara dibanting saking merasa terlalu jengkel.

Tapi Putra yang masih di luar rumah tetap mengetuk pintu berkali-kali seperti anak kecil yang begitu bersemangat bertamu di rumah temannya, "Ajeng, main yuk~!"

Untunglah orang tua Ajeng sedang tidak berada di rumah, jadi walau harus mengabaikan tamu begini, dia tidak kena marah. Walau merasa tidak enak hati juga sih dengan tetangga yang mungkin terganggu.

"Kok pintunya nggak dibukakan?" karena Putra terus memanggil dengan berbagai macam cara, Aldo dan Aldi yang penasaran keluar dari kamar secara bersamaan.

"Nggak mau, ada cowok menyebalkan yang mau ngajak pergi kencan."

"Oh, pacarmu." / "Dia berani datang ke sini!?"

Mendengar kedua kakaknya memberi respon secara bersamaan, Ajeng mengernyit dengan perbedaan kalimat yang diucapkan. Mereka memang kompak, tapi tidak berarti bisa memiliki pendapat yang sama.

Aldi berjalan mendekat dengan mengentak-entakkan kaki untuk meluapkan rasa kesal, "Kamu sekarang menyingkir dari pintu, Mas akan kasih pelajaran ke dia."

"Tunggu dulu, Mas Aldi mau melakukan apa? Jika ada tetangga yang melihat Mas berantem, Ibu bisa memarahi Mas loh," Ajeng mencoba memperingati dengan panik, dia tidak mau Aldi sampai melakukan hal berbahaya dan mengundang perhatian tetangga.

Aldi menyingkirkan Ajeng kemudian membuka pintu rumah, masih ada Putra berdiri dengan senyum yang sama, "Oh, kau berani ajak adikku pergi, kid?"

Seolah tidak peduli dengan wajah sangar yang ditunjukkan Aldi, senyum Putra justru semakin merekah sampai memperlihatkan deretan giginya yang rapi, "Iya, aku mau mengajaknya kencan."

"Yakin berani melakukannya?"

"Tentu aja!"

"Baiklah, aku akan memberikan Ajeng padamu setelah merubah penampilannya. Ayo ikut!" setelah memberi senyum merendahkan pada Putra, Aldi menarik pergelangan tangan Ajeng agar mengikutinya.

"Mas mau melakukan apa padaku? Mas Aldo, tolong aku," semakin merasa panik dengan tindakan Aldi yang menyeretnya memasuki kamar, Ajeng mencoba memberontak dan minta pertolongan. Tapi usahanya gagal karena Aldi tidak memberi kelonggaran sedikit pun.

Aldo sweatdrop melihat pemandangan aneh yang baru saja terjadi. Kenapa saudara kembarnya sangat protektif begini sih? Kan malu tingkahnya itu harus ditunjukkan pada orang lain begini.

Sedangkan Putra yang tadi juga melihat adegan pemaksaan itu hanya bisa mengernyit bingung, dia sungguh tidak mengerti dengan Aldi yang mengizinkannya pergi bersama Ajeng dengan cara yang aneh.

"Ah, silahkan masuk, tunggu aja Ajeng di dalam," saat sadar Putra masih mematung di depan pintu, Aldo mempersilahkannya masuk.

"Iya, Mas, makasih," dengan gugup Putra pun masuk ke rumah kemudian duduk di sofa ruang tamu. Perlakuan yang diterimanya saat ini sungguh berbeda dibanding yang tadi. Rasanya sulit percaya Aldi dan Aldo bersaudara walau wajah mereka mirip.

Aldo yang juga sudah ikut duduk di sofa memperhatikan Putra dengan penasaran, "Kamu pacarnya Ajeng?"

"Kami belum pacaran."

"Begitu? Lalu apa yang membuatmu menyukainya?"

Putra terdiam sejenak, mencoba mencari kalimat yang tepat untuk menjelaskan, "Awalnya aku tertarik dengan Ajeng karena sudah membantuku, tapi setelah sering bersama dan juga semakin mengenalnya, aku menyukai apapun yang ada di dalam dirinya."

Lihat selengkapnya