Meski sudah berpacaran dengan Putra, secara keseluruhan Ajeng tidak merasa ada yang berubah drastis dengan interaksi yang mereka berdua lakukan. Putra masih terus mendekati seolah cintanya belum terbalas, dan Ajeng tetap merasa kesal ketika didekati.
Tapi karena sudah berstatus pacar, Ajeng memiliki hak untuk bisa mengetahui banyak hal tentang Putra, "Putra, kok kamu nggak pilih nama Naufal untuk nama panggilan sih? Itu kan nama depanmu."
Putra yang sedang memakan nasi goreng seketika menghentikan gerakan tangannya, "Kok nanya?"
Penasaran. Atas dasar merasa penasaran Ajeng memutuskan untuk bertanya. Lagian normalnya kan orang dipanggil memakai nama depan, lalu kenapa Putra malah memilih nama belakang? Apa ada semacam alasan yang mendasari pemilihan nama panggilan itu? "Kepo."
"Harus ya dijawab?" tanya Putra yang kembali meneruskan kegiatan makannya dengan ogah-ogahan.
"Iya, wajib dijawab, tanpa penolakan, tanpa protes, aku hanya membutuhkan sebuah alasan."
"Gue kurang suka dipanggil pakai nama Naufal."
Ajeng masih menunjukkan raut ingin tahu. Jelas dia tidak menerima alasan simpel seperti itu, "Kenapa nggak suka? Bukannya nama Naufal terkesan lebih keren ya?"
Putra mengangguk, menyetujui ucapan Ajeng, "Emang, tapi kalau disingkat jadinya kan menjengkelkan."
Memang nama Naufal kalau disingkat akan menjadi apa? Alis Ajeng saling bertautan, masih tidak mengerti di mana letak kesalahan dalam nama Naufal.
"Nak."
Dengan gerakan secepat kilat Putra menengok ke arah belakangnya, di mana ada seseorang yang dengan santainya baru saja menyebutkan tiga huruf tadi. Tentu yang berani menyulut emosi Putra hanyalah Arka seorang, "Diem lo nomor dua. Nggak usah nguping pembicaraan orang deh."
Arka yang sebenarnya sejak berada di kantin sudah mengambil tempat duduk tepat belakang Putra ikut memberikan tatapan tajam, "Lo yang keasyikan ngobrol dari tadi. Dan jangan panggil gue pakai nomor!"
Nomor dua yang dimaksud Putra adalah urutan sebagai siswa bermasalah di sekolah. Walau ini peringkat yang sungguh tidak ada bagus-bagusnya, tetap saja ada rasa kekalahan dengan dijadikan nomor dua.