Gara-gara Ajeng yang hanya menerima ajakan kencan setelah pulang sekolah, entah kenapa Putra malah semakin ingin datang ke rumah gadis itu.
Putra tidak mau dianggap sekedar iseng atau main-main saja menjalin hubungan berpacaran dengan Ajeng. Dia ingin menunjukkan keseriusannya dan juga keberaniannya mendatangi rumah Ajeng walau Aldi pasti tidak menyambut baik kedatangannya.
Jadi pada hari Sabtu atau Minggu ketika sekolah libur adalah momen yang sangat ditunggu oleh Putra. Di dua hari itu saja dia dapat melakukan kencan dengan diawali menjemput dari rumah seperti sekarang ini.
Dan sungguh sangat disyukuri yang membukakan pintu adalah Aldo yang paling bisa menerima Putra dengan baik. Dengan begini tidak perlu ada adegan pengusiran oleh Aldi ataupun protesan dari Ajeng karena datang tanpa melakukan janjian terlebih dahulu, "Apa Ajeng ada, Mas?"
Aldo membukakan pintu lebih lebar untuk mempersilahkan Putra memasuki rumah, "Dia lagi belanja di warung. Kamu mau mengajaknya kencan?"
Putra menggaruk tengkuknya dengan canggung, "Sebenarnya aku datang tanpa janjian dulu. Aku nggak yakin dia mau diajak kencan."
"Oh, mau memberi kejutan ya?"
Tidak ada kejutan yang mau Putra berikan, ini hanyalah aksi nekat saja. Tapi karena tidak ingin memberi penilaian buruk, Putra mengangguk untuk mengiyakan, "Semacam itulah."
Aldo mengangguk beberapa kali sambil menatap Putra yang baru saja masuk dan berada di ruang tamu, "Mau tunggu di kamarnya aja? Ajeng pasti lebih terkejut jika mengetahui kamu menunggu di kamarnya."
Yang ada Ajeng semakin marah jika Putra tanpa izin main masuk ke kamar. Langsung mendapat pikiran seperti itu membuatnya menggeleng dengan cepat, "Nggak usah. Aku tunggu di sini aja."
"Baiklah, kutinggal ya? Masih ada tugas kuliah yang harus dikerjakan. Dan sebisa mungkin akan kucoba untuk nggak membiarkan Aldi keluar dari kamar," pamit Aldo setelah menutup pintu depan rumah yang tadi dibukanya.
"Makasih banyak, Mas," ucap Putra sungguh-sungguh. Dia sudah pasti terkena masalah saat bertemu dengan Ajeng, jadi dia sangat berharap tidak mendapat masalah lain dengan menemui Aldi yang terlalu protektif.
Setelah melihat Aldo masuk ke ruangan lain yang berada di balik pintu, secara refleks Putra menghela napas lega dan duduk di sofa sambil menyandarkan punggungnya.
Aldo mungkin menyambut baik kedatangannya, tapi Putra masih merasa gugup berhadapan dengan salah satu kakak Ajeng.
Belum bertemu dengan orang tua saja sudah begini, sepertinya mental Putra perlu dikuatkan lagi ya? Apa Putra harus menyiapkan rencana dulu agar tidak gerogi ketika dikenalkan dengan salah satu orang tua Ajeng?
Yang pertama pastilah Putra wajib mengucapkan salam, kemudian mengenalkan diri, sebisa mungkin jangan sampai menyombongkan diri meski ada pertanyaan mengenai pekerjaan orang tua, ah Putra juga harus memperbaiki tatapannya agar memiliki sorot yang lebih lembut, lalu juga tidak boleh sampai berseteru dengan Ajeng, selanjutnya–
"Ngapain Putra di sini?"
Secara refleks Putra menegakkan posisi duduknya karena terkejut mendengar suara yang sukses menginterupsi otaknya yang sedang sibuk berpikir, dengan rasa tidak nyaman dia tatap Ajeng yang ternyata sedang berada di ambang pintu depan rumah, “Bisa nggak kalau mau masuk rumah tuh pakai salam, permisi, atau minimal ketok pintunya dulu?”
“Ini kan rumahku, kok ngatur?”