Memiliki pacar yang punya kakak laki-laki protektif sangatlah merepotkan. Belum juga memikirkan cara meminta restu, saat baru ketemu saja sudah mendapat tatapan yang mengisyaratkan penolakan.
Putra memang memiliki kakak laki-laki juga, tapi mereka menerapkan prinsip 'terserah mau melakukan apa selama bisa mempertanggungjawabkannya', jadi mana dia tahu bagaimana cara menghadapi kakak yang terlalu menyayangi adiknya.
"Kak Aldi punya pacar nggak sih?" entah kenapa Putra mendadak ingin menanyakan hal ini.
Ajeng menggeleng sambil meneruskan kegiatan memakan batagor yang sedari tadi dilakukannya, "Setahuku nggak punya. Emang kenapa?"
Karena Putra ingin menyamakan hubungan percintaan Aldi dengan dirinya. Jika Aldi juga memiliki pacar yang punya kakak protektif, pasti akan mengalami kesulitan yang sama dengan Putra. Tapi negosiasi ini tak bisa bekerja jika Aldi tidak memiliki pacar, "Dia kejam bangat sama gue. Beda bangat dengan Mas Aldo yang bisa diajak bicara baik-baik."
"Mas Aldo bisa punya sifat protektif yang sama kalau aku udah sakit atau terluka."
Itu sangat wajar. Putra juga tidak mungkin protes atau berkomentar jika rasa khawatir itu berkaitan dengan penyakit atau sebuah luka, "Itu normal. Yang nggak normal tuh sikap Kak Aldi yang bahkan bisa menunjukkan ketidaksukaan dengan tatapannya."
Tadi waktu berangkat ke sekolah, yang mengantar Ajeng adalah Aldi, dan saat kebetulan Putra juga baru sampai sekolah, tatapan tidak suka yang diberikan Aldi juga disadari oleh Ajeng, "Aku juga kadang jengkel dengan sikap berlebihannya."
Putra menghela napas dengan lemas. Ajeng sebagai adik saja sulit menghadapi sikap protektif Aldi, apalagi dirinya yang hanyalah orang luar? "Dan lo minta gue untuk membuatnya menyetujui hubungan kita. Ini benar-benar memusingkan."
"Jika Putra serius denganku, lakukan aja, nggak perlu protes."
"Bakal gue lakukan. Tapi ini pasti makan waktu lama karena tingkat kesulitannya sangatlah tinggi," ucap Putra sambil menyeka ujung bibir Ajeng yang terkena saus kacang.
Ajeng menyentuh bagian bibirnya yang sempat disentuh Putra, "Apa yang kau lakukan?"
Putra menjilat saus kacang yang sudah berpindah di ibu jarinya, "Makannya yang rapi, tadi ada yang nempel."
Sebuah garpu terlempar ke arah Putra yang dapat menghindarinya dengan baik, "Jangan lempar-lempar barang. Bahaya jika kena orang lain."
"Kalau gitu jangan lakukan hal aneh-aneh!" protes Ajeng dengan wajah merona malu karena pacarnya ini telah melakukan sesuatu yang sangat tak terduga.
Kedua bahu Putra terangkat dengan santai, "Semua orang di sekolah udah tahu hubungan kita, nggak usah malu-malu deh."
"Siapa yang malu-malu?! Dasar nerd!!"