Bisa memasuki kamar cowok bukanlah hal baru bagi Ajeng. Dia cukup sering keluar-masuk kamar kedua kakaknya, bahkan sampai membuka lemari tanpa perlu minta izin dahulu.
Tapi jika yang dimasuki adalah kamar pacar, beda lagi ceritanya, ada banyak hal yang harus diwaspadai. Itu yang awalnya dipikirkan oleh Ajeng, tapi setelah memasuki kamar Putra, semua pikiran itu hilang.
Tidak ada yang salah dengan kamar ini, semua tampak normal, barang-barang mewah yang ada juga bukan hal aneh karena Ajeng sudah tahu pekerjaan orang tua Putra, tapi keberadaan belasan buku yang berceceran di atas tempat tidur sangat menyita perhatiannya.
Tempat tidur berukuran queen size itu benar-benar berantakkan, hanya ada sedikit ruang yang dapat dipakai untuk bisa tidur.
"Sekarang ngerti?"
Ajeng berjalan mendekati tempat tidur untuk melihat judul-judul buku yang berada di sana, "Nggak nyangka rahasia belajarmu ternyata hanya dengan membaca aja."
Putra ikut berjalan memasuki kamar, tapi yang menjadi tujuannya adalah lemari pakaian, "Lo bener kok, bukan itu doang yang jadi rahasia gue."
"Jadi ada yang lain?" tanya Ajeng sambil menatap Putra dengan antusias.
Sebuah kaos dan celana training panjang terlempar ke arah Ajeng, "Sebelum dijawab, ganti baju dulu sana. Gue takut nggak bisa nahan diri jika terus lihat lo begitu."
Ajeng dengan bingung menatap setelan pakaian yang berada di tangannya, "Kenapa harus ganti baju? Kan cukup dengan meminjamkan celana dan aku lepas hijab aja."
"Gue mau lihat lo pakai pakaian gue lengkap dari atas sampai bawah. Udah sana masuk dan ganti," ujar Putra sambil menunjuk ke arah pintu toilet yang berada di dalam kamar tidurnya.
Meski sedikit tidak terima, Ajeng tetap memasuki toilet. Tapi belum satu menit masuk, pintu toilet kembali terbuka dan membuat Putra yang baru duduk di tepi tempat tidur terkejut, "Kenapa lagi?"
Bola mata Ajeng bergerak dengan gelisah, "Bisa pinjamkan baju yang berlengan panjang? Aku nggak biasa pakai baju lengan pendek."
Benar juga. Walau Ajeng mau melepas hijab, Putra baru sadar jika tak ada yang berubah sedikit pun dengan gaya berpakaian Ajeng. Masih tetap tertutup rapat tanpa mau memperlihatkan hal selain rambut dan bagian leher.
Karena tak ingin membuat Ajeng melakukan hal yang tidak disukainya, Putra kembali berdiri dan membuka lemari untuk mencari atasan lain, "Ya udah, pakai sweater aja nih."
Ajeng menerima sweater berwarna abu-abu yang diberikan Putra untuk ditukarkan dengan kaos yang tadi sudah dia terima, "Kalau gitu kaosnya nggak usah. Aku bisa pakai sweater di atas kemeja seragamku."
Putra memelototi pintu toilet yang kembali tertutup. Harus ya menjelaskan mengenai berapa lapis baju yang dipakai? Rasanya sungguh ambigu jika Putra tahu hal semacam itu segala.
Terserahlah. Lebih baik Putra menaruh kaos yang gagal dipakai Ajeng ke dalam lemari kemudian kembali duduk di atas tempat tidur. Salah satu buku yang ada di sana Putra ambil untuk dibaca, dia butuh menenangkan diri dengan memikirkan sesuatu yang berat.
Setelah beberapa menit berlalu, Ajeng keluar dari toilet dengan sudah berganti pakaian dan juga ganti penampilan.