Sudah dua hari berturut-turut Ajeng tidak bicara dan melakukan interaksi apapun dengan Putra, dan ini akan menjadi hari ke tiga. Memang saat tidak sengaja bertemu pandang, Putra sudah mau tersenyum padanya, tapi tetap saja ada semacam perang dingin yang masih terjadi di antara mereka berdua.
Ajeng tidak tahu siapa yang harus disalahkan sampai aksi saling diam ini terjadi. Apa Ajeng yang salah karena langsung pergi begitu saja setelah dicium? Atau justru Putra yang salah karena sudah menciumnya?
Tidak peduli siapa pun yang salah, yang jelas Ajeng saat ini benar-benar kangen dengan Putra. Mulai dari sorot mata tajamnya yang menatap langsung ke mata Ajeng, ejekan yang dilakukannya, pertengkaran yang biasa mereka lakukan, bahkan Ajeng juga merindukan sikap egois Putra.
Kapan perang dingin ini usai dan mereka bisa kembali berinteraksi dengan normal lagi ya?
"Main basket aja nggak bisa, cupu lo, Nak."
"Diem lo, dua!"
"Meski cuma menempati posisi nomor dua, tapi gue diterima saat seleksi masuk anggota ekskul basket ya. Nggak payah kayak lo! Sini lo mohon-mohon dulu jika mau diajarin."
"Najis! Pulang aja sana lo daripada terus ngejek gue!"
Ajeng yang baru saja turun tangga dan ingin berjalan ke luar sekolah langsung menatap lapangan saat mendengar suara pertengkaran itu. Di dekat ring basket ada Putra yang sedang memegang bola, dan juga Arka yang ada di pinggir lapangan.
Seperti biasa tidak ada satu pun yang mau memedulikan aksi pertengkaran itu. Murid-murid yang ingin pulang dari sekolah memilih untuk melewati pinggir lapangan seolah tidak ada sesuatu yang sedang terjadi.
Kecuali Ajeng yang justru merasa iri pada Arka yang sedang bertengkar dengan Putra.
Ini aneh. Terlalu aneh. Kenapa Ajeng merasa cemburu melihat pertengkaran yang dilakukan dua siswa troublemaker itu? Kenapa Ajeng tidak suka melihat ada orang lain yang bisa meledek Putra seperti dirinya?
Wajar kalau Ajeng cemburu jika melihat Putra berinteraksi dekat dengan perempuan lain, tapi yang sedang melakukan interaksi dengan Putra kan Arka yang jelas-jelas berjenis kelamin laki-laki. Rasa cemburu yang Ajeng rasakan sungguh aneh kan?
Meski sadar sudah cemburu pada orang yang salah, Ajeng tetap berjalan mendekati dua cowok yang tak ada habisnya untuk saling melempar makian, "Apa yang kalian lakukan?"
Putra dan Arka menatap Ajeng secara bersamaan, meski awalnya terlihat tidak suka perdebatan mereka diganggu, tapi akhirnya sama-sama mengerti saat mengetahui siapa yang berani mengganggu mereka.
Arka tersenyum mengejek karena mendadak mendapat ide bagus, "Pacar lo payah bangat main basketnya."
"Tahu kok."