Absurd

Fani Fujisaki
Chapter #33

33. Keluarga

Ajeng sangat mengerti bagaimana Aldi bisa memiliki sifat protektif, tapi ada kalanya Ajeng merasa lelah dengan sifat kakaknya yang agak berlebihan. Dan lagi Aldo pakai acara berpartisipasi menilai kepantasan Putra menjadi pacar Ajeng segala. Kan terlalu berlebihan...

"Apa aku boleh bertanya?"

Dengan jengkel Ajeng menatap Putra yang saat ini sedang duduk di depannya. Dia memang tidak keberatan dibawa ke cafe, tapi ada hal yang sejak tadi mengusiknya, "Apa boleh nggak pakai cara bicara aku-kamu?"

Putra mengangkat kedua bahunya dengan santai, "Baiklah, jadi bokap lo kerja di luar negeri? Gue nggak tahu."

Bagaimana bisa tahu jika Ajeng tidak pernah membahasnya dan Putra juga baru sekarang bertanya? "Ayah bekerja di Dubai."

Ekspresi terkejut terlihat jelas di wajah Putra, "Dubai? Dubai Arab? Terus nyokap lo gimana? Gue selama ini nggak pernah ketemu, apa kerja juga?"

Ajeng mengangguk untuk menjawab pertanyaan, "Ibu kerja di BMKG. Hari kantornya kadang nggak tentu jika ada bencana."

"Pantes."

Selama datang ke rumah Ajeng, Putra memang tidak pernah mendapat kesempatan bertemu dengan ibu Ajeng, yang ditemuinya tidak jauh-jauh dari Aldi atau Aldo. Cukup mengherankan Putra baru merasa penasaran sekarang.

"Tapi itu menjelaskan semuanya sih."

"Menjelaskan tentang apa?"

"Sifat protektif Kak Aldi. Bokap lo kan ada jauh di luar negeri, sebagai kakak wajar dia sangat menjaga lo."

Ajeng menghela napas dengan lelah. Dia juga mengerti tentang itu, "Ayah kurang suka jika aku diperlakukan seperti anak kecil oleh Mas Aldi loh. Percayalah, Putra lebih mudah dapat restu pacaran dari Ayah."

Putra mengangguk sambil memainkan sedotan di milk shake coklat yang sudah dipesannya, "Aku akan mempersiapkan diri sebelum nanti bertemu dengannya."

"Kamu nggak disuruh melamarku, jangan lebay."

Bagi Putra hanya menunggu waktu izin pacaran berubah menjadi meminta untuk meminang Ajeng. Karena ingin serius, makanya Putra harus berlebihan, "Iya, tahu. Terus jadi minta dibeliin pulsa untuk telepon bokap?"

Ajeng mengernyit. Tadi dia asal bicara saja pada Aldi, tidak ada niat sedikit pun untuk benar-benar melakukannya karena tahu kesibukan pekerjaan ayah, "Kalau aku minta, emang mau dibeliin?"

"Sesekali jadilah pacar yang matre. Untuk apa lo punya pacar kaya kalau nggak memanfaatkannya?"

Ini Putra baru saja minta dimanfaatkan? Biasanya kan cowok kesal jika punya pacar matre atau semacamnya, tapi kenapa Putra malah terbalik? Aneh bangat sih pacarnya ini, "Apa bisa saat ini juga Putra membelikanku hijab? Kayaknya ambigu bangat dua orang cowok sedang bersama di cafe yang sering didatangi pasangan."

Putra terkekeh pelan karena menyadari keanehan situasi ini, "Sayang sekali nggak ada yang jual hijab di sini. Nikmati aja kencan kita, Amir."

Lihat selengkapnya