Normalnya seseorang tidak mau mengulangi kesalahan dua kali berturut-turut, apalagi kesalahan yang dilakukan benar-benar sengaja diperbuat seolah belum merasa kapok.
Tapi Putra melakukannya. Walau kemarin Ajeng sudah mau berbagi informasi, cowok itu justru tidak memakai atribut sesuai dengan yang diminta oleh anggota OSIS.
Memang Putra mau menurut memakai celana yang digulung setinggi dengkul seperti orang yang kebanjiran, tapi dia tidak mematuhi mengganti tali sepatu dengan tali rafia, memakai dasi pramuka, dan juga topi yang dibuat dari kertas karton yang ditanda tangani anggota keluarga.
Daripada terlihat seperti siswa yang mau mengikuti kegiatan MOS, Putra justru terlihat seolah habis melewati jalanan yang banjir saat menuju sekolah.
Tapi ternyata bukan Putra saja yang tidak memakai atribut lengkap, ada siswa lain yang melakukan hal serupa. Siswa yang kemarin juga terlambat bernama Arka Nugraha.
Mario selaku ketua OSIS menatap kesal pada dua orang yang sama sekali tidak menunjukkan penyesalan sedikitpun, “Kenapa kalian tidak memakai atribut lengkap?”
“Aku nggak mau memakainya karena terlihat memalukan.”
Jawaban kompak itu membuat semua murid baru beserta jejeran anggota OSIS langsung memberikan julukan duo troublemaker untuk dua orang ini. Tingkah mereka tidak ada bedanya, wajar Mario sampai menunjukkan ekspresi kelelahan, “Oke pembuat masalah nomor satu dan nomor dua.”
Jari telunjuk Mario mengarah ke Putra lebih dulu kemudian ke Arka, “Sekarang juga nyatakan cinta pada salah satu anggota OSIS.”
Hukuman itu membuat ngeri untuk semua murid baru plus anggota OSIS yang berjenis kelamin perempuan yang keberatan. Tapi tanpa peduli dengan beragam reaksi yang diberikan, Mario dengan cuek menyerahkan mikrofon pada Arka duluan.
Tanpa beban Arka berjalan santai ke arah anggota OSIS berbaris, dia berdiri di depan kakak kelas perempuan yang terlihat paling cantik, “Aku jatuh cinta saat pertama kali melihat Kakak. Wajah Kakak sangat cantik sampai membuatku terpesona. Meski ada perbedaan usia di antara kita, tapi hanya Kakak lah yang berhasil meluluhkan hatiku.”
Semua murid terbengong mendengar pernyataan cinta yang dilakukan oleh Arka seperti sudah dipersiapkan dan begitu terencana. Bahkan yang mendapat pernyataan cinta pun tak bisa berkata apa-apa walau Arka dengan seenaknya mencium punggung tangannya.
Setelah selesai, Arka kembali ke tempatnya lalu menyerahkan mikrofon pada Putra.
“Gue mungkin nggak bisa romantis kayak tadi, tapi biar gue coba,” Putra menghela napas sejenak, “aku tidak jatuh cinta pada pandangan pertama, melainkan dia membuatku tertarik karena sudah mau mengajak bicara dan juga membantuku. Jadi aku sudah jatuh cinta padamu, Ajeng Maharani.”
Semua murid yang sudah tahu nama yang Putra disebutkan secara serempak menatap ke arah Ajeng. Ajeng juga langsung menunjuk diri sendiri dengan bingung karena namanya yang disebut. Kan disuruh mengatakan cinta pada anggota OSIS, kenapa Putra justru mengatakannya pada dirinya?
Mario yang tahu siapa perempuan yang Putra maksud ikut menunjukkan ekspresi heran, “Kenapa malah menyatakan cinta pada teman sekelasmu sendiri?”
“Karena aku suka sama dia,” jawab Putra sambil melambaikan tangan kanannya ke Ajeng.