Karena berhasil menyelesaikan soal akuntansi yang tidak dapat dilakukan siswa lain, banyak yang minta tolong pada Putra agar mau berbagi jawaban saat tahu cowok itu menjadi orang pertama yang sudah mendapatkan tanda tangan guru akuntansi.
Padahal awalnya Putra dihindari karena memiliki wajah tegas yang terlihat menakutkan, tapi efek soal akuntansi mengubah segalanya.
Walau orang-orang sudah mengubah pandangan tentangnya, Putra justru menolak permintaan dengan melempar tanggung jawab pada orang lain, “Minta tolong aja sana sama kakak kelas, gue masih harus ngerjain soal bahasa Inggris.”
Jadi sekarang Putra bisa mengerjakan soal ujian nasional di kantin bersama dengan Ajeng tanpa ada yang berani mengganggu lagi.
Setelah tadi diperlihatkan kelebihan yang cukup tidak biasa, Ajeng mulai merasa penasaran dengan cowok ini. Dalam dua hari terakhir selalu membuat masalah, tapi ternyata Putra bukanlah siswa nakal biasa, “Guru akuntansi kayaknya udah menjadikanmu sebagai murid favoritnya.”
“Gue juga nggak nyangka cuma karena bisa mengerjakan soal langsung ditanggapi berlebihan kayak tadi.”
Pandangan Ajeng menatap ke arah kertas soal bahasa Inggris yang sedang Putra kerjakan, “Padahal sampai diminta pindah jurusan, kenapa ditolak?”
Putra menghentikan gerakan tangannya sejenak kemudian menunjukkan wajah berpikir, “Gimana ngomongnya ya? Gue nggak mau terkesan terlalu pamer, tapi alasannya ya gitu.”
“Apanya yang gitu?” tanya Ajeng yang sama sekali tidak mengerti.
“Bokap gue menjabat sebagai direktur utama hotel bintang lima, lalu nyokap punya beberapa cabang restoran dan cafe. Gue harus ambil jurusan sekolah yang masih ada hubungannya dengan bisnis mereka kan?”
Anak orang kaya. Sambil mengambil kesimpulan secara cepat, Ajeng mendadak bingung ingin menunjukkan ekspresi seperti apa mendengar pekerjaan orang tua Putra yang terdengar terlalu wah untuknya.
Tangan Putra kembali bergerak untuk mencoba menjawab soal, “Dan lagi kakak gue udah dulu ambil jurusan akuntansi, jadi saat kuliah nanti gue pengen coba ambil jurusan yang beda.”
Tidak perlu dijelaskan sedetail ini juga kan? Ajeng tidak memiliki kewajiban mengetahui seluk beluk keluarga Putra, “Jangan-jangan kamu juga bisa jawab semua soal ini dengan benar kayak tadi.”
“Nggak mungkin. Ada banyak soal yang seharusnya baru diajarkan saat kelas dua dan kelas tiga. Meski ngerti dengan maksud soalnya, gue ragu bisa kasih jawaban yang benar.”