Absurd

Fani Fujisaki
Chapter #6

6. Awal Kebohongan

Ulangan yang dilakukan setiap hari selama seminggu penuh jelas cukup membuat lelah siswa kelas satu sekolah Pelita, tapi ada hal lain yang menambah rasa lelah lagi untuk Ajeng Maharani.

Sudah pusing mengerjakan ulangan, Ajeng juga harus berurusan dengan Putra yang berusaha keras untuk terus mengikutinya ke mana saja setelah keluar dari ruang kelas.

Entah ke kantin, ke mushola, bahkan ketika ke toilet pun Putra dengan setia menunggu di depan pintu masuknya. Cowok ini sudah cocok untuk dikatakan sebagai stalker.

Tapi gara-gara punya stalker yang dinobatkan sebagai siswa paling bermasalah di sekolah, semua penghuni kelas menunjukkan gestur tidak nyaman saat sedang bersama Ajeng. Bahkan Gita yang sudah menjadi satu-satunya teman yang berhasil Ajeng dapatkan juga terlihat risi ketika ada Putra dijarak pandangnya.

Padahal Ajeng sudah mencoba bersikap ramah dengan mengajak bicara teman sekelas perempuan yang duduk di dekat bangkunya, tapi pembicaraan langsung terhenti begitu Putra muncul. Bahkan Gita juga tidak pernah mengajak Ajeng pergi ke kantin karena Putra sudah melakukannya duluan.

Ajeng menghela napas dengan lelah, padahal jurusan perhotelan hanya terdiri dari satu kelas saja, berarti mereka akan terus menjadi teman sekelas selama tiga tahun ke depan, masa dia tidak akan punya teman selama itu gara-gara Putra?

“Kenapa? Ajeng nggak makan? Pesan aja apapun yang lo suka, gue bakal traktir deh.”

Helaan nafas kembali Ajeng lakukan. Sepertinya dia perlu membuat Putra menjauh secepat mungkin daripada masa SMA-nya berakhir dengan tidak memiliki teman, “Putra, aku udah punya pacar loh. Tolong berhenti cari perhatian seolah kamu suka padaku.”

Putra menunjukkan senyum santai, terlihat tidak peduli dengan kalimat yang diucapkan Ajeng, “Gue emang suka sama lo kok.”

“Kalau gitu berhentilah menyukaiku, aku udah punya pacar.”

“Masa? Gue nggak pernah lihat Ajeng diantar atau dijemput sama cowok.”

Saat berangkat dan pulang sekolah, Ajeng selalu naik ojek online. Dan semua tukang ojeknya berjenis kelamin laki-laki, kenapa Putra tidak menganggap semua tukang ojek itu sebagai laki-laki?

Sepertinya Ajeng perlu mencari kategori laki-laki yang tepat untuk membuat Putra langsung menyerah, “Dia masuk pesantren.”

Senyum di wajah Putra seketika pudar, “Apa?”

“Dia nggak pernah jemput atau antar aku ke sekolah karena dia anak pesantren.”

Terlihat dengan jelas ekspresi tidak terima mulai ditunjukkan oleh Putra, “Gue nggak percaya sebelum lihat buktinya.”

Ajeng terdiam sesaat, bukti ya? “Apa dengan menunjukkan fotonya bisa buat Putra percaya?”

“Tergantung.”

Dengan gerakan cepat Ajeng mengeluarkan ponsel dari saku roknya kemudian mengacak-acak galeri untuk mencari foto yang bisa dijadikan bukti.

Jujur saja Ajeng tidak memiliki pacar, yang dimilikinya adalah sepasang kakak kembar cowok. Bisa kan foto salah satu kakaknya ditunjukkan lalu diakui sebagai pacar? Lagian tidak ada yang dirugikan, justru Ajeng malah mendapat keuntungan jika bisa berhasil membuat Putra berhenti menjadi stalker-nya.

Tapi tidak ada. Di dalam galeri tidak ada satupun foto yang cocok untuk ditunjukkan. Memang ada foto Ajeng bersama dengan kedua kakaknya atau foto kedua kakaknya saja, namun tak ada foto yang cuma menunjukkan satu cowok saja.

Lihat selengkapnya