Terbebas dari Putra selama satu hari penuh menjadi sebuah kepuasan bagi Ajeng. Memang mereka masih bertemu saat berada di kelas, tapi cowok itu tidak mencoba mendekati seperti sebelumnya.
Sepertinya rencana berpura-pura mempunyai pacar berhasil membuat Putra mau menjauh. Dengan begini Ajeng bisa beraktivitas di sekolah lebih tenang, dan dia pasti bisa menambah teman lebih mudah.
Tapi dugaan Ajeng terbukti salah. Keabsenan Putra tidak mendekati Ajeng selama satu hari ternyata hanya untuk mempersiapkan yang mau dilakukan pada hari berikutnya.
“Ajeng baru datang? Gue udah nungguin dari tadi loh.”
Ajeng yang baru sampai sekolah terbengong melihat apa yang sekarang berada di tempat parkir. Bukan Ajeng saja yang terperangah, tapi semua siswa atau siswi yang mau melewati tempat parkir sekolah pasti keheranan melihat pemandangan ini.
Naufal Putrawan sedang bersandar santai di sebuah motor harley berwarna hitam yang pasti merupakan miliknya.
Siapa sih yang tidak mengetahui motor yang memiliki harga puluhan sampai ratusan juta ini? Sangat tidak biasa ada siswa sekolah datang mengendarai motor mahal ini. Bahkan di film-film pun pemandangan ini tidak pernah terjadi. Tokoh cowok kaya raya lebih memilih mengendarai motor ninja atau mobil, tidak ada yang memilih motor harley.
Karena Ajeng masih terdiam mematung, Putra berjalan mendekat, “Ada apa? Ajeng nanti mau diantar pulang?”
“Aku benci sama cowok yang suka pamer,” setelah rasa terkejutnya mulai menghilang, Ajeng kembali meneruskan langkahnya memasuki gedung sekolah.
Putra langsung mengikuti, “Gue juga bukan tipe yang suka pamer tahu. Tapi kemarin ditawari pakai motor matic ditolak, jadi gue coba ganti motor harley aja. Dan berhubung ditolak juga, apa berarti Ajeng lebih pilih diantar pakai mobil?”
“Aku tetap menolak apapun kendaraan yang kau pakai,” tidak mau besok Putra benar-benar mengendarai mobil ke sekolah, Ajeng langsung menolak dengan tegas.
“Lalu Ajeng maunya apa?”
“Aku mau Putra berhenti menawariku pulang bareng.”
Putra mempercepat langkahnya kemudian berhenti di hadapan Ajeng, tentu ini membuat Ajeng terpaksa berhenti berjalan untuk menatap wajah Putra, “Apa?”