Hari Sabtu dan Minggu sekolah libur, artinya dalam dua hari ini Ajeng terbebas dari Putra. Ini pertama kalinya Ajeng merasa sangat antusias hanya karena tidak masuk sekolah, padahal sebelumnya Ajeng merasa biasa saja.
Inginnya Ajeng mengurung diri di kamar seharian untuk bersantai-santai dan merilekskan pikirannya yang lelah menghadapi kelakuan Putra, tapi rencana ini terancam batal saat Shifa -teman masa kecil sekaligus tetangganya- datang ke rumah dan masuk kamarnya.
"Ajeng... mau ya kencan sama gue hari ini? Please!!! Gue bete bangat karena mantan gue udah punya pacar baru yang cantik. Gue juga mau tunjukkin kalau sekarang udah punya pengganti yang lebih keren darinya."
Dan permintaan tidak masuk akal dilontarkan oleh sahabatnya ini, Ajeng cuma bisa memberi tatapan heran, "Kencan?"
Shifa mengangguk sambil terus menunjukkan wajah memelas, "Cuma nonton bioskop aja kok, gue pengen pura-pura ketemu sama dia yang update status mau nonton bareng pacar barunya siang ini. Mau ya? Gue bayarin deh."
Sebenarnya Ajeng sudah pernah dimintai tolong dengan permintaan yang aneh begini. Beberapa teman dekatnya memanfaatkan tampilan Ajeng versi cowok untuk membuat mantan pacar menyesal.
Memang sukses sih rencananya, tapi lengan tangan Ajeng pasti terasa lelah setelahnya karena terus digelayuti dengan manja, "Ya udah aku mau, emang mau berangkat jam berapa?"
Shifa langsung memeluk Ajeng dengan senang, "Makasih banyak, Jeng. Kalau gitu kita siap-siap mulai sekarang aja."
Ajeng melepaskan pelukan Shifa kemudian berdiri dari posisi duduknya, "Jadi mau aku berpenampilan kayak Mas Aldo atau Mas Aldi?"
Aldo dan Aldi adalah nama dua kakak kembar Ajeng. Saat ingin berpenampilan menjadi cowok, pasti Ajeng meminjam pakaian milik salah satu kakaknya.
Fashion Aldo selalu santai, di lemari bajunya rata-rata berisi kaus dan jaket. Sedangkan Aldi punya fashion rapi, berbagai macam kemeja memenuhi lemarinya.
Keduanya sama-sama tidak protes saat Ajeng mau meminjam baju. Aldi justru senang karena dengan penampilan cowok, keselamatan Ajeng lebih terjaga. Sedangkan Aldo cuek saja, yang penting setelah pinjam langsung dicuci dan dikembalikan ke lemari lagi.
"Yang mana aja boleh kok, yang penting Ajeng kelihatan keren.”
Ajeng mengangguk mengerti kemudian pergi menuju kamar kedua kakaknya. Setelah sampai kamar, Shifa yang mengikuti langsung berbaring disalah satu ranjang yang ada, "Enak bangat sih Jeng punya kakak yang keren-keren. Bahagia bangat jadi teman lo dan bisa masuk kamar mereka begini."
"Jangan diberantakkin seprainya, nanti pulang dari kampus Mas Aldi bisa marah lihat tempat tidurnya nggak rapi lagi," melihat Shifa yang sedang berguling di tempat tidur salah satu kakaknya, Ajeng harus memberi peringatan agar Shifa tidak bertindak di luar batas.
"Nanti gue beresin lagi kok. Gue pengen ngerasain bisa dipeluk sama Mas Aldi," Shifa membenamkan wajahnya di bantal sambil menendang-nendang kedua kakinya secara bergantian di atas kasur.
Ajeng menggeleng heran melihat tingkah Shifa. Selama kakaknya tidak tahu, biarkan saja Shifa menggila begini.
Yang penting sekarang Ajeng tidak boleh melupakan tujuannya masuk kamar ini. Setelah membuka salah satu lemari yang ada, lalu melihat-lihat pakaian yang berjejer, Ajeng memilih kemeja hitam berlengan pendek dan sweater dengan warna senada. Kalau untuk bawahan, Ajeng memakai celana panjang hitam dengan bahan katun milik sendiri.
Ajeng menatap pantulan cermin setelah berganti pakaian, sweater yang dipakai terlihat kebesaran, "Nggak apa-apa kan walau kebesaran sedikit?"
Shifa bangkit dari tempat tidur untuk memberi sentuhan akhir pada penampilan Ajeng, "Gulung aja sedikit lengannya biar nggak kelihatan kepanjangan, pakai parfum juga biar wangi cowok, jangan lupa pakai kalung. Ah, dan pakai kacamata Mas Aldo biar pesonanya semakin keluar."
Ajeng pasrah saat Shifa menggulung sedikit ujung lengan sweater, menyemprotkan parfum, memakaikan kalung, sampai memasangkan kacamata berbentuk bulat dengan bingkai berwarna hitam. Untung kacamata milik Aldo cuma dipakai untuk gaya-gayaan doang, jadi tidak ada min-plusnya.
"Sekarang aku udah punya pacar yang keren," Shifa tersenyum puas melihat sosok Ajeng yang sudah rapi.
"Kok ngomongnya jadi ikutan aku-kamu?"