Abu: Karena Aku Bukan Malaikat, Bukan Juga Iblis

Abas Kwok
Chapter #1

Undangan Mantu

Kereta siang Pasar Senen – Malang, mampir sebentar di B. Hari sudah menjelang maghrib. Surya turun dari kereta yang mulai merambat perlahan. Di sudut peron Ali sudah menunggu setengah jam lalu.

 

“Alhamdulillah tepat waktu kang,” sapa Ali sambil membantu mengangkat barang bawaan Surya.

 

 “Iya li, Alhamdulillah,” balas Surya ringan, sambil mengikuti langkah Ali menuju tempat parkir kendaraannya.

 

“Langsung cari makan dulu li ya.”

 

“Siap kang. Aku juga laper nih,” jawab Ali sambil langsung mengemudikan kendaraannya menuju warung makan dekat stasiun yang memang kerap mereka datangi.

 

Kurang dari 10 menit, mereka pun tiba di warung makan yang mereka tuju. Manu yang dipesan kemudian oleh mereka, tidak ada yang berubah. Ayam bakar, sayur asam, tahu bacem, gurame bakar, minumnya jeruk hangat, dan penutupnya tempe mendoan dengan teh poci pake gula batu.

 

Setelah semua menu dipesan, mereka berdua pamit ke pelayan warung untuk pergi sholat maghrib. Seperti juga biasanya, mereka sholat di masjid kecil sebelah warung makan favorit orang-orang yang baru turun kereta api itu.

 

Ada beberapa orang yang ikut berjamaah di masjid kecil itu. Tiada suara. Sepi. Semua kepala tertunduk tafakur di dalam bangunan kecil itu, meski ditingkahi suara kendaraan yang tiada henti lalu lalang.

 

Tiba-tiba, usai shalat ditunaikan, Surya merasa pundaknya ditepuk lembut seseorang. “Hei, kawan, apa kabar? Masih inget aku, kawan SMP mu dulu?”, Tanya suara itu.

 

Tapi Surya nampaknya tak gegas mengenali si empunya suara itu. Butuh beberapa saat untuk Surya mengingat kembali serpihan-serpihan dari berpuluh tahun silam.

Lihat selengkapnya