Dibawah teriknya matahari, Luna berjalan ke gedung fakultas. Gadis berambut sebahu itu mengenakan celana kulot dan kaos berwarna pink sebagai style kuliahnya hari itu. Sesampainya di gedung fakultas, Luna melanjutkan jalannya untuk ke kelas, namun mobil yang baru saja datang dari arah belakang Luna berhasil menarik perhatiannya. Tak tahu mengapa rasanya Luna ingin melihat mobil brio yang baru saja datang itu untuk memenuhi rasa penasarannya, melihat siapa yang berada di dalamnya.
Luna memperlambat langkahnya sambil sesekali ia melirik ke arah mobil brio itu. Sosok bayangan pemuda terlihat dari luar kaca mobil, dibukalah pintu mobil yang langsung disanggap cepat oleh Luna. Lelaki yang saat itu menggunakan sepatu converse terlihat keluar dari mobil. Mata Luna berhasil dikunci oleh pandangan yang dilemparkan Arjuna. Ya, pemilik mobil itu adalah Arjuna. Tanpa berpikir panjang, Luna langsung mempercepat langkahnya dan tak menoleh ke arah Arjuna lagi.
Luna berjalan cepat sampai sekiranya bayangannya sudah tidak dapat dijangkau lagi oleh Arjuna, barulah ia berjalan santai. Terheran karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.20 dan semua teman Luna masih berdiri di depan ruangan kelas. “Kok gak pada masuk?” tanya Luna pada Rizki. “Iya soalnya kelas kita juga ternyata dipake sama Sasindo,” Luna hanya mengiyakan perkataan Rizki dan membiarkan masalah ini terselesaikan sendirinya. Tiba-tiba suara lelaki dengan logat Sunda terdengar dari depan dimana Luna dan Rizki berdiri.
“Naha maraneh teu asup?”
“Bentrok kelasna.”
Lelaki yang mengenakan hoodie berwarna hitam itu terlihat sedang menyapa teman-temannya. Luna langsung mengenali siapa sosok laki-laki itu, namun saat ia hendak memalingkan pandangan, lelaki itu sudah menoleh ke arah Luna. Canggung yang dirasakan Luna, sebab lagi-lagi Arjuna selalu menajamkan pandangannya setiap Luna melihatnya. Namun kali ini, perasaan kaget juga dirasakan oleh Arjuna, tak menyangka bahwa ia akan melihat gadis itu dua kali dalam waktu yang belum lama.
“Kelas naon eta?” tanya Arjuna pada teman sejurusannya,
“Sasing ceunah mah,” Arjuna mengangguk. Luna yang sebenarnya mendengarkan sedikit percakapan Arjuna, tiba-tiba merasa sial pada dirinya, sebab Arjuna kini mengetahui bahwa ia adalah anak jurusan Sastra Inggris. Sasing adalah singkatan dari Sastra Inggris dan sebutan untuk anak Sastra Indonesia sendiri adalah Sasindo. Kini sudah menjadi rahasia umum untuk keduanya, Arjuna telah mengetahui sedikit tentang Luna. Begitu juga dengan Luna, ia telah mendapatkan dua informasi mengenai Arjuna.
“Aduh ini bentrok yah kelasnya, coba ibu minta pindah ruangan dulu deh ya ke pak Irwan.” Lamunan Luna pun terpecahkan oleh kedatangan dosennya yang terlihat sibuk mengurus perpindahan ruangan ini.
“LUNA!” tiba-tiba Cheryl berteriak kencang memanggil namanya dari kejauhan. Mata tajam milik Arjuna langsung melirik ke sumber suara dan mendapatkan gadis yang berambut pendek itu berjalan ke arah Luna, senyuman kecil dibuat olehnya.
Luna makin mantap merasa sial, ia hanya tersenyum lebar, matanya agak melotot, dan menyapa Cheryl, “Hey Ker,”
“Lo kenapa gak masuk?” tanya Cheryl,
“Kelas gue bentrok, lagi diurusin sih sama ibunya,” “lo kelas jam berapa deh,” tanya Luna balik,
“Baru kelar gue, balik bareng gak?”
“Gue kelar jam 11.00 nih,” “lo mau nunggu?”
“Gue nunggu aja deh, soalnya baliknya gue mau minta lo temenin gue beli skin care hehe,” “eh, anak mana dah itu?” tanya Cheryl,