Hari-hari berlalu, Luna merasakan kerapuhan neneknya saat gadis itu melihat nenek sedang berjalan dari kamar ke ruang makan untuk mengambil minum. Ternyata tiga tahun berlalu sudah, dari sejak kejadian nenek dirawat, kesehatan nenek menjadi naik turun. Anak-anak, cucu-cucu, dan suami nenek pun menyadari hal itu sehingga mereka memberikan perlakuan khusus dan lebih berhati-hati lagi pada nenek. Luna sering melihat nenek sudah mulai hanya berbaring di kasur atau sesekali keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi atau ke ruang makan. Terkadang kakek seringkali membentak nenek apabila nenek nekat ke toilet sendiri, sebab kakek tidak menginginkan kejadian pada tiga tahun lalu terulang kembali. Luna dan Alisha yang sudah lebih dewasa daripada Ravi pun sering berdiam di kamar nenek agar nenek mempunyai teman untuk berbincang.
Di ruang makan pada saat waktunya sarapan, Luna, ibu, dan Alisha bertiga seperti biasa menyantap makanan sambil berbincang selagi nenek dan kakek berada di kamarnya, “Eh abuelitakan hari ini ulang taun, kita kasih hadiah apa ya?” celetuk Luna,
“Kita ajak makan di restoran yang nenek mau aja gimana?” tanya ibu memberikan idenya,
“Ihhh lagi pengen sushiii,” kata Alisha,
“Yee orang nenek yang milih mau dimana,” “kalo mau sushi nanti tunggu pas kamu ulang taun,” timbal ibu,
“Ngapain lama-lama nunggu ke Oktober cuma buat makan sushi doang,” jawab Alisha bete yang direspon dengan tawa oleh ibu dan Luna.
“Nanti tante sama ua pada ke Bandung gak?” tanya Luna,
“Nggaklah mereka kan pada kerja, sepupu-sepupu kamu jugakan masih pada sekolah,”
“Terus nanti nenek gimana dong?” tanya Alisha yang tahu bahwa beberapa hari ke belakang ini nenek sangat mengharapkan kehadiran anak sulung dan bungsunya yang berada di luar kota,
“Ya gapapa, nanti kita hibur nenek aja. Kita ajak main pokoknya,” jawab ibu yang kemudian dijawab oleh tatap-tatapan antara Luna dan Alisha.