Di ruang tunggu IGD, Luna, Alisha, Nadila dan Chelya berkumpul menemani kakek. Mendengarkan semua cerita-cerita untuk mengisi kekosongan waktu, selagi Syifa dan Ravi berada di dalam menunggu nenek. Ibu menghabiskan makanan yang dibeli Luna sambil ikut mendengarkan cerita kakek dengan perasaan lega sebab banyak yang menemani kakek. Ua Amel dan tante Maya terlihat sedang memejamkan matanya yang kelelahan akibat menjaga nenek semalaman di rumah sakit.
“Dari dulu kakek selalu tidak siap untuk kehilangan nenek. Itu sebabnya kakek bersikap keras terhadap nenek, supaya dia mau makan dengan benar. Kalo kakek pikir-pikir, lebih baik kakek saja yang dipanggil duluan, sebab nenek masih banyak dibutuhkan oleh anak-anak dan cucu-cucunya,”
“Ish kakek...” celetuk Luna,
“Kakek kok gitu,” tambah Nadila,
“Kek...” ucap Chelya,
“Loh, bener kan? Hahaha. Nenekmu ini masih bekerja, sedangkan kakek sudah pensiun. Kalian masih butuh nenek untuk uang jajan, bikin kue untuk lebaran, atau seperti Luna minta diajarin. Nenek juga masih sangat dibutuhkan sama anak-anaknya,” tutur kakek,
“Ya tapi kita juga masih butuh kakek. Kita gak mau kehilangan nenek ataupun kakek! Kita mau semuanya selalu bareng,” ujar Nadila,
“Nanti yang kasih cerita-cerita seru ke kita siapa kalo bukan kakek?” tambah Chelya,