Empat hari semenjak kepergian nenek, akhirnya sampai sudah pada hari lebaran. Doa Luna dikabulkan oleh Tuhan, pada hari lebaran nenek dapat kumpul bersama keluarga lagi. Meskipun dalam dimensi yang berbeda, tetapi nenek tetap hidup dalam hati semua.
Seperti biasa selalu ada candaan dan tawa dari cucu-cucu nenek, menghiasi isi rumah. Semuanya bersiap-siap untuk melaksanakan shalat ied, kakek mengimami shalat ied saat itu. Keheningan pun datang saat mereka melaksanakan shalat, kakek membaca surat Al-Fatihah namun tiba-tiba saja kakek terdiam beberapa saat. Luna yang menyadari hal itu pun merasakan hal yang tidak beres, lalu kakek melanjutkan membaca surat dengan suara yang goyang menahan tangis.
Tak kuasa menahannya lebih lama lagi, kakek pun membalikkan badannya dan berkata, “Ibu...ada ibu,” sambil menangis. Ua Amel langsung membawa kakek untuk duduk di kursi dan menenangkan kakek, sementara ua Bara menggantikan kakek untuk mengimami shalat ied. Semua menahan tangis, mendengar kakek seperti itu. Mungkin nenek memang ikut hadir di tengah-tengah mereka saat itu dan kakek merasakan kehadirannya. Namun semua harus tetap menuntaskan shalatnya.