Acelia menengadah saat tangan kekar mengarah ke depan wajahnya. Acelia sudah berniat pergi tapi pemilik tangan itu lebih dulu menahan hingga membuat Acelia tetap pada tempatnya. Dan, cowok yang baru datang itu duduk tepat di samping Acelia, berbagi sandaran pada pohon rimbun yang menjadi peneduh dari mentari yang menyengat.
Tidak ada percakapan di antara keduanya, hanya deru napas yang saling sahut menyahut, layaknya iringan musik sendu di tengah guyuran hujan saat musim panas.
Acelia menggigit bibir bawahnya, sesekali melirik cowok yang 2 hari ini mengacaukan hidupnya. Datang layaknya parasit menempel dan layaknya prangko.
Menyebalkan!
Ya … Alrian memang menyebalkan!
Namun, jika diteliti dengan saksama, Wajah Alrian tidak kalah tampan dari Aksana. Alrian ganteng, punya struktur rahang yang keras, bola mata yang indah dan senyum kotaknya yang mampu melelehkan siapa saja yang melihatnya.
Sayangnya, Acelia tidak tertarik sama sekali. Baginya, Aksana adalah poros dunianya, yang membuatnya tetap melebarkan mata dan bertahan pada kerasnya hidup yang ia jalani.
“Gue emang ganteng. Gak usah dilihatin gitu banget.”
Acelia salah tingkah, membuang tatapannya ke arah samping. Ia ketahuan menatap dalam pada wajah tampan itu. Acelia menepuk jidatnya pelan, mengutuk dirinya yang sempat terhanyut pada aura yang dimiliki oleh Alrian.
“Cel,” panggil Alrian. Memaksa Acelia menoleh padanya.
Acelia kembali menoleh pada Alrian Meskipun titik fokusnya bukan pada cowok itu.
“Lo pernah dikhianati?”
Acelia tidak bereaksi. Ia meremas ujung roknya. Berbicara sedekat ini dengan orang asing apalagi yang beda gender membuatnya tak nyaman sama sekali.
“Cel,” panggil Alrian lagi. Kali ini menyentuh tangan Acelia yang masih meremas ujung roknya.
“Ya?” Acelia terlihat kikuk.
“Lo pernah dikhianati?” Alrian mengulang pertanyaan yang tadi.
Acelia menghela napas. Pertanyaan Alrian menohok tepat di hatinya.
Dikhianati adalah hal yang selalu ia alami selama ini.
Jangan tanyakan apa-apa lagi, sebab Acelia membenci pembahasan itu.
“Maaf, gue harus—”
“Gue yakin lo pernah ngerasain itu,” potong Alrian.
Acelia memejam. Bisakah seseorang menghentikan pembahasan gila itu.
“Karena lo pernah ngerasain yang namanya dikhianati, maka dari itu, gue tawarkan cinta yang tulus buat lo. Cinta yang gak akan pernah—”