Saat April berjalan menjauh, Adli dan Alli’ masih terpaku pada pesona April. Wajar saja murid lelaki mana yang tidak terdiam sejenak setelah melihat murid perempuan yang cantik dan manis seperti April. Alli’ yang masih tetap fokus tertuju pada April, kemudian menggerakan tangan kirinya dan mengusapkannya ke wajah Adli. Ia berniat untuk menutup mata Adli seraya berkata, “Heh jaga pandanganmu Dli. Kalau cewek diperhatikan sampai segitunya, dia akan malumi. Jadi kita harus hormati cewek dengan menjaga pandangan.” Adli spontan menjawab, “Aduh, lu abis makan apa tadi pagi kok tangan lu bau. Jangan-jangan belum cebok lagi lu!”
“Oiya di’, habiska’ sarapang, terus sakit perutka’. Hehehe sorry sorry…,” Alli’ merespon Adli. Ia tetap dalam posisi yang sama sekali tidak berubah, yakni masih memandangi April. Alli masih dengan kepala yang sedikit terdongak dan mata yang memandang jauh April yang sudah berada diujung kantin. Adli menggeleng-gelengkan kepalanya. “Iwh makanya cebok yang bener!” Kemudian Adli membalas dengan usapan tangannya juga untuk menghentikan Alli’ memandangi April seperti itu. Ia berkata, “Halah lu nasihatin gue tapi lunya sendiri masih ngeliatin April.” Alli’ berhenti mengamati April dari kejauhan. “Nih Dli denger, pandangan yang pertama kali itu dibolehkanmi. Asalkan tidak berkedip toh. Tapi kau malah bikin mataku kedip tadi haduh.”
“Iya sih betul, cuma salah kaprah nih bocah.” Adli menggeleng-gelengkan kepalanya kembali. “Yasuda saya mau ajak kenalan dulu murid perempuan tadi. Kayaknya dia juga murid baru,” ucap Alli’ sambil langsung beranjak meninggalkan es teh manisnya yang masih tersisa setengah gelas. “Eh tunggu ini es teh lu abisin dulu mubazir.”
“Habiskan sajami itu es teh manisnya.”
“Heleh-heleh….” Adlipun seketika menyeruput es teh manis tersebut. Ia juga beranjak sambil menenteng bukunya menyusul Alli’.
Sementara itu di ujung kantin lainnya, April dan Indi sudah duduk di bangku kantin saling berhadapan. Pohon-pohon hijau yang tidak lumayan besar namun tetap rindang mengitari area kantin. Sehingga sirkulasi udara sangat teratur dan membuat penghuni sekitarnya merasa nyaman. Cat yang berwarna hijau muda di dinding sekitaran kantin juga menambah suasana asri. “Enaknya juga ya. Sejuk dan nyaman nih kantinnya.” April merasakan udara sejuk mengalir dari sudut kantin ke sudut yang lainnya. Mendengar hal tersebut Indi langsung menyanggah, “Hmm belum tau aja kalau nanti pas jam istirahat.” Dagunya yang terangkat mengisyaratkan hal yang dikatakan April salah besar. “Kalo nanti jam istirahat. Huuufttt ramenya minta ampun sampe berjubel-jubel. Kalo banyak yang nakal mah udah bangkrut kali pedagang-pedagang kantin. Ramenya tuh sampe kalau lu pengen ngambil jajanan tanpa bayar juga ga ketauan kali. Sumpek, sesek, panas lagi. Terus kalau lu mau beli jajanan seharusnya…” Indi yang masih bercerita mengenai situasi jam istirahat dipotong langsung oleh kedatangan Alli’.
Ketika mendekat, Alli’ mengatup tangan kanannya di mulut dan mendeham secara halus “Ehem.” Kemudian ia langsung mengarahkan jari telunjuknya pada April juga secara lembut. Dengan percaya diri ia bertanya, “Kamu Bulan ya?” April yang kaget dengan kedatangan Alli’ melirik perlahan ke Indi, lalu balik melihat Alli’ sambil menunjuk dirinya sendiri. “Sa… ya?” Dengan wajah heran bercampur malu, April mengangkatkan alisnya sehingga mata bulatnya pun terlihat jelas. “Mmm… gueee… April…” Saat April menyebutkan namanya, disaat itu juga Adli sudah sampai menyusul Alli’. Adlipun mendengar nama April untuk pertama kalinya. Kemudian Alli’ merespon jawaban April, “Nah betulmi. Bulan April maksudku ji.” Ia menjawab dengan senyumnya yang masih tetap percaya diri, tidak mengendur sedikitpun. Lalu Alli’ duduk didekat meja April dan Indi, disusul Adli.
Dipikiran Adli, nama itu sangat cocok untuk gadis yang sekarang ia lihat di depannya. Bulan April, bulan yang pastinya banyak disukai murid-murid sekolah. Karena bulan itu menandakan akhir semester akan segera datang, sehingga liburan panjang akan menghampiri. Selain itu, dari buku yang ia baca. Kata April berasal dari kata latin yakni aprilis yang memiliki arti sebagai pembuka. Tidak bisa dipungkiri lagi, April pastilah akan langsung disukai banyak murid entah itu murid perempuan apalagi murid laki-laki. Karena perilakunya yang ramah dan menyenangkan. Terbukti Indipun langsung berteman dengan April. Lalu untuk kata aprilis atau pembuka, dalam benak adli langsung datang entah darimana secepat kilat. Bisa jadi April adalah gadis yang bisa membuka sudut pandangnya mengenai arti dari ‘berteman’ dengan perempuan. Ia kembali merasakan déjà vu untuk kedua kalinya dihari ini. Sekarang ia mengingat mimpinya itu, yakni bertemu dengan murid perempuan baru di sekolah. Dalam pikirannya apakah itu merupakan suatu pertanda? “Ah sudahlah,terlalu berkhayal.”
“Eh Adli!” sapa Indi pada Adli, kemudian ia sedikit berbisik pada Adli dan bertanya dengan heran, “Siapa Dli…?” Walaupun Indi memelankan suaranya, tetap saja masih terdengar oleh Alli’. “Perkenalkanmi diriku’ ladies-ladies, Muhammad Alli’. Seperti nama petinju toh. Tapi kalo saya huruf l nya duaji. Asli dari Sulawesi.”