Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #7

Lebih Baik Berbohong

Setelah sesi curhat antara adik dan kakak sepupu tersebut selesai, mereka balik sibuk dengan urusannya masing-masing. Juli kembali ke depan laptopnya dan mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang hampir selesai. Sedangkan April masih mencerna nasihat-nasihat yang dikatakan Juli padanya. Ia merenung sebentar sambil mengumpulkan energi positif serta membuang pikiran negatif yang tadi memasuki benaknya. Kecurigaannya bahwa teman-teman di SMA sebelumnya telah melupakan dirinya sekarang sudah berkurang. April mencoba mencari sudut pandang lain dari masalah tersebut. Ia berpikir siapa tahu teman-temannya itu memang sedang disibukan dengan PR ataupun tugas-tugas kelompok sehingga tidak sempat menanyakan kabarnya. April membuka layar HPnya lagi. Ia mulai mengirimkan chat pada teman-teman di SMA sebelumnya untuk memberi kabar tentang dirinya sekarang. Dimulai dari teman sebangkunya yang bernama Rina. “Hai Rin! Gimana kabar lu? Pasti sepi ya karena gak ada gue? Hahaha. BTW gue disini dapat teman-teman baru yang seru dan baik pula. Mudah-mudahan bisa cocok terus sama mereka semua.” April menambahkan bumbu-bumbu manis dari kebohongan di akhir chatnya tersebut.

Padahal kenyataannya ia baru mendapatkan satu teman saja, teman sebangkunya yaitu Indi. Sementara murid yang lain sebenarnya masih hanya sebatas kenalan. Dalam hatinya April memaklumi karena ia juga baru satu hari masuk di sekolahnya yang sekarang. Setelah mengirimi chat sapaan pada beberapa temannya di sekolah sebelumnya, April mulai beralih ke grup kelas sekolah barunya. Ia mengetuk satu-persatu semua profil dari seluruh teman sekelasnya dan menambahkannya sebagai teman. Lalu April beralih ke grup angkatan. Ia kembali melanjutkan mencari profil dari murid-murid yang tadi di sekolah sempat berkenalan dengan dirinya. Saat istirahat Indi mengenalkannya dengan murid perempuan lain dari kelas 12-A-3 dan 12-A-5 yang merupakan teman Indi juga. Saat di musala ia juga berkenalan dengan murid perempuan lainnya yang meminjamkannya mukena untuk beribadah. April menambahkan mereka menjadi teman di sosial media berwarna hijau tersebut.

“Hmmm siapa lagi ya…. Oiya.” April teringat kejadian di kantin pada awal pagi tadi. Sehingga ia kembali mencari profil Adli yang sebelumnya sempat ia buka. Lambang klub bola Barcelona di profil Adli yang begitu kentara membantunya menemukan profil Adli dengan cepat, karena April juga merupakan fans klub bola Barcelona. Saat ia membuka profil Adli dan hendak memencet tombol add friend, jempol April seketika terhenti. “Sebentar…,” sahutnya.

Asumsinya secara naluriah berkata ada yang tidak beres ketika perempuan mengajukan permintaan pertemanan terlebih dahulu pada laki-laki. April heran terdiam dalam waktu yang lumayan lama. Setelah menyerah dengan pergumulan yang ada dalam pikirannya tersebut, April memutuskan untuk bertanya kembali pada Juli. “Ka Jul, kalau perempuan add friend ataupun follow sosial media laki-laki lebih dulu, dibanding laki-lakinya duluan. Itu gimana ya?” Meskipun April terkadang bisa bertindak bijak pada suatu situasi, seperti situasi di sekolah tadi. Namun April masih membutuhkan pengalaman yang lebih banyak lagi dalam menghadapi berbagai skenario hidup. Satu dua hal layaknya masalah tentang pikiran-pikiran negatif ataupun anggapan yang telah dibuat masyarakat terhadap sesuatu tetap merupakan suatu yang baru bagi April. Ia harus bertanya pada kakaknya yang sudah menginjak kepala dua, lebih tua dari dirinya, dan lebih berpengalaman tentang persoalan kehidupan dibanding dirinya. Juli menjawab, “Hayooo dari awal tadi tebakan kakak benar kan, ada cowok yang kamu suka hahaha?”

“Ihhh enggak Kak Juli. Ini masih Adli yang tadi aku certain.”

“Terus kenapa?”

“Jadi aku udah add friend semua teman sekelas aku. Aku juga mau add friend murid dari kelas lain yang udah aku kenal. Cuma si Adli ini satu-satunya murid cowok dari kelas lain, selain itu cewek semua...,”-April terhenti sejenak-“eh lupa aku, ada temannya juga sih.”

“Fokusnya sama si Adli doang nih ya hahahaha.”

“Aduh Kak Jul, aku kan memang pelupa. Udah dong Kak serius, jadi gimana tadi tanggapan kaka?”

“Menurut aku, gak ada salahnya sih misalnya kamu mau add friend duluan. Tapi memang biasanya cewek itu lebih pasif, sedangkan cowok itu lebih aktif. Tau gak kenapa? Karena hakikatnya begitu. Sel telur aja kan diam ditempatnya sementara sperma yang akan mendatangi sel telur tersebut. Jadi itu alasannya kenapa cewek lebih senang kalau dirinya dikejar dan diperjuangkan.”

“Jadi gapapa nih kalau aku add friend aja? Nanti dia kegeeran.”

“Iya gapapa terserah kamu. Misalnya kamu beneran add friend duluan, itu tandanya kamu independen, berjiwa bebas, dan jujur. Siapa tahu Adli Sukanya tipe cewek kayak gitukan? Hahahaha.”

“Haduh dibilang gak ada apa-apa aku tuh sama dia.”

“Yauda supaya dia ga terlalu kegeeran. Kasih aja alasan bohong kalau sebenarnya kamu juga udah add temannya yang lain lebih dulu dibanding dia. Hahahaha.”

“Oiya ide bagus juga Kak. Hahaha. Thanks lagi Kak Jul.” Aprilpun langsung menekan tombol add friend di profil Adli. Seketika terdapat suara notifikasi masuk melalui HP April.

Masih di hari yang sama setelah pulang sekolah, Adli sampai di rumahnya. Ia melepaskan seragamnya dan menaruhnya di tempat cucian. Lalu pergi untuk mandi sore. Setelah terasa segar sehabis mandi, Adli mengatur lagi isi tasnya. Ia mengeluarkan buku-buku sekolah pada hari ini dan digantikan dengan buku-buku untuk jadwal esok hari. Sore hari adalah waktu yang tepat untuk mengerjakan berbagai macam tugas sekolah, sebelum sisa energi setelah seharian belajar di sekolah terkuras habis. Adli mengingat-ingat kembali apakah jadwal besok terdapat PR yang harus dia kerjakan.

“Ada PR gak ya. Kayaknya gak ada deh.” Adli ragu dengan pikirannya sendiri. Ibunya muncul dibelakangnya. “Makanya PR itu langsung dikerjakan.”

“Gimana mau langsung dikerjain Bu. Guru-gurunya aja ngasih PR terus sampai numpuk. Dikerjain satu, tumbuh lagi seribu.”

“Kalau takut lupa, kan bisa dibikin catetan memori aja.”

Lihat selengkapnya