Masih di malam yang sama, Adli tetap menunggu balasan dari April sembari membaca novel sherlock holmesnya. Ia mencoba membaca dengan konsentrasi penuh karena sudah memasuki tahap klimaks dari Novel tersebut. Dimana Sherlock sedang menjelaskan secara runut fakta-fakta yang ada di hari pembunuhan pada sahabatnya Watson. Namun sulit sekali untuk berkonsentrasi ketika dipikiran Adli masih tertaut menunggu balasan chat dari April. Akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi terlebih dahulu bacaannya itu. “Ngapain yaaa.... Sudah jam 9 aja ga kerasa.” Pikirannya jadi tambah gelisah.
Adli menerka kira-kira apa yang membuat April tidak membalas chatnya itu dengan cepat, secepat balasan dari dirinya. “Huft jangan-jangan dia lagi chat sama cowok lain kali ya, yang topiknya lebih seru dari chat gue tadi,” seru Adli dalam hatinya yang kali ini menjadi sedih. Adli meneruskan bertanya-tanya dalam benaknya. “Dia udah punya cowok belum ya. Apa ada anak kelas 12-A-2 yang deketin dia juga…? Lah kok gue jadi mikirin urusan dia sih. Udah lah buang-buang waktu mending gue lanjut belajar.” Ia menyudahi pergumulan batinnya. Baru sebentar saja Adli membaca kembali buku pelajarannya, terdapat notifikasi masuk lagi di HPnya dari April. “Eh sorry ya laterep(late respond)…. Abis nelpon sama teman dari sekolah gue yang sebelumnya.”
Akhirnya pesan balasan yang ditunggu-tunggu Adli muncul juga. Adli seolah telah melupakan gerutunya tadi dan kembali semangat membalas pesan tersebut. “Iya gapapa. Gue juga sambil belajar.”
“Fast respond banget yah lu :D.”
“Hahaha barusan selesai belajarnya. Jadi rebahan dulu deh.”
Secara random April bertanya, “Eh jajanan yang paling enak di sekolah itu warung yang mana?” April tidak sadar bahwa perutnya masih kosong sedari sore. Sangking pelupanya diri April, ia sampai sering melupakan makan malam. Sehingga dengan spontan karena sedang lapar ia menanyakan hal tentang makanan pada Adli. Kemudian Adli mengetik.
“Kalau di kantin paling enak itu ayam geprek Bukde sih.”
“Untung lapaknya dia paling ujung jadi kalau anak-anak ngantri gaterlalu sumpek deh.”
“Harus lu cobain deh besok. Sambelnya tuh ngeresap sampai ke dalam lidah.”
April membalas pesan tersebut. “Wkwk udah kayak promosi lu. Duh baru di bayangin aja mulut gue udah meleleh.”
“Tapi kalau di luar sekolah, itu ada bakso Pakde. Maknyuss banget!”
“Wih ngebakso gitu yaa ceritanya kalau abis pulang sekolah.”
“Iya ramenya pas pulang sekolah. Cuma kalau pas istirahat satpam di gerbang lagi ga ada. Biasanya anak-anak pada nakal tuh, keluar ngebakso deh.”
“Gue lupa ternyata udah lama banget gamakan bakso wkwkw.” April tidak bermaksud memberikan kode ke Adli agar ia diajak Adli untuk ngebakso berduaan. Namun dari sudut pandang Adli yang terlalu overthinking, hal yang dikatakan April ia tanggapi sebagai suatu kode dari April pada dirinya. Dengan cepat ia mengetik.
“Ayo deh gue temenin besok pulang sekolah nyobain bakso Pakde.” Adli hendak menekan tombol kirim, tetapi entah mengapa ia menahan hal tersebut. Adli menghapus kembali pesan tersebut dan mengetik lagi.
“Terakhir kapan emang wkwk?”
“Gatau lupa gue wkwkw.” Balas April lagi.
“Besok gue mau langsung nyobain ayam gepreknya pas istrihat. Terus pulangnya langsung nyobain bakso juga ah.” Lagi-lagi walaupun terdengar seperti suatu kode bagi Adli, namun sebenarnya April sama sekali tidak bermaksud memberikan kode. Adli kembali mengetik.
“Masa sendirian doang. Ayo gue temenin deh!” Sekali lagi Adli mengurungkan niatnya. Ia menghapus pesan tersebut menggantinya dengan yang baru.
“Suka kuliner ya lu…?”
“Iya apalagi yang pedes-pedes.” April terus melanjutkan chat dengan Adli dan bertanya-tanya semua hal tentang sekolah barunya itu. Beberapa menit kemudian, terlihat jam dinding di kamar April sudah pukul 9 lewat. Juli yang dari tadi masih berada di kamar April sekarang sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia melihat adik sepupunya yang sedang asyik memegang HPnya tersebut. “Kaka ke kamar dulu ya.” Julipun keluar dari kamar April. Ia mampir ke dapur sebentar untuk minum air putih. Saat ia melewati meja makan, Juli melihat suatu kantung putih yang ternyata berisi makanan. Ia membuka isinya dan dilihatnya 1 potong paha bebek yang dilumuri sambal merah serta susunan potongan timun disebelahnya dengan nasi masih utuh seakan tidak ada yang menyentuhnya dari sore. “Pasti April belum makan lagi nih!” Ia kembali ke kamar April sambil membawa kantung makanan tersebut.
“Aprilll…!” April yang sedang asyik chat dengan Adli menjawab panggilan Juli yang menyender di daun pintu kamar dengan wajah yang galak, “Kenapa Ka Jul?”
“Kamu tuh ya lupa makan malam terus. Nanti lambung kamu kenapa-napa gimana?” Ia memarahi adik sepupunya itu tetap dengan nada selembut mungkin. “Oiya Ka Juli. Abis ini aku langsung makan.”
“Udah cepetan kaka tungguin sampai kamu bener-bener makan. Nanti malah lupa lagi.”
“Iya ka bentar.”
April mengetik pada Adli. “Adli gue mau makan dulu ya. Belum makan nih.”
“Owh malem banget makannya….”
“Iya lupa tadi wkwk. By the way, thanks ya udah kasih tau hal-hal tentang sekolah ke anak baru ini hehe.”