Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #12

Di Kantin belakang Sekolah

Jam dinding kelas berdetak terasa sangat lama. Masih 30 menit lagi sebelum jam pelajaran sejarah selesai. Murid-murid masih melanjutkan menulis rangkuman untuk bab 3. Sementara itu Pak Gusta baru kembali ke kelas setelah sebelumnya ia pergi meninggalkan kelas 12-A-1 dan hanya meninggalkan pesan “Jangan berisik!”

“Gimana anak-anak sudah selesai?” Pak Gusta mengitari meja murid-muridnya. Ia berjalan sambil memantau pekerjaan murid-muridnya yang sedang merangkum, lalu berhenti pada salah satu meja. “Kamu kenapa ga lanjut menulis?”

Mali yang terlihat oleh Pak Gusta tidak lanjut menuliskan rangkuman menjawab, “Eh iya Pak. Ini, buku catatan saya sudah penuh,”-Ia menunjukan bukunya yang sudah penuh dengan tulisan rangkuman pelajaran sejarah-“terus saya ga bawa buku kosong juga Pak. Jadi saya izin dulu ya Pak ke koperasi buat beli buku.”

“Sebentar, kamu mau beli buku baru? Daripada kamu turun capek, mending beli di saya aja. Tunggu dulu ya.” Pak Gusta berjalan keluar kelas.

“Makanya lu kalau ngerangkum jangan banyak-banyak. Itumah bukan ngerangkum namanya. Buku lu jadi penuh kan tuh,” ujar Adli yang sudah melupakan kejadian pada dirinya tadi. “Terus itu Pak Gusta mau ngapain tadi? Ga denger gue…,” tanya Adli lagi. “Katanya mau ngejual buku baru ke gue.” “Hadeeehhh….” Setelah beberapa menit Pak gusta sudah balik ke kelas memegang satu buku catatan yang sepertinya terlihat baru. Ia duduk di mejanya. “Sini Mali!” perintahnya. Malipun segera maju.

“Ini ya bukunya jangan lupa disampul di rumah nanti! Biasanya harga buku di koperasi sekitar empat ribu ya kalau ga salah? Nah ini kamu beli lima ribu aja itung-itung ongkos energi bapak naik turun tadi.” Mali yang tidak enakan mendengar hal tersebut, langsung mengeluarkan selembaran lima ribu rupiah pada Pak Gusta. Dalam hatinya hitung-hitung juga sedekah pada guru. “Ini Pak.” Diambilnya buku tersebut dan Mali kembali ke mejanya. Ketika ia membuka buku itu, pada halaman dibalik sampul paling depan. Terdapat nama seseorang tepat dibagian atas kiri pojok yang sepertinya pemilik buku ini sebelumnya. “Hah kok ada namanya. Adinda Mustika Ratu? Kagak kenal gue.”

Adli langsung menengok. Ia seketika tertawa dan mencoba menahan tertawanya itu agar tidak kelepasan. “Itumah buku bekas hahaha.” Mali berkata, “Pantesan gue pegang kok agak tipis ya. Kayaknya nih buku, buku yang terlupakan oleh pemiliknya. Yaudalah gapapa.” Mali lanjut menulis dan mengikhlaskan hal tersebut.

Jam pelajaran Pak Gusta akhirnya selesai dan ia berdiri dari bangkunya. “Oke anak-anak. Lanjutkan rangkumannya sampai bab 4 ya. Next pertemuan dikumpulkan langsung!”

“Haduhhhh Pakkk.” Terdengar suara keluh murid seisi kelas. “Tangan kita sudah gempor Pak!”

Pak Gusta meneruskan, “Dan… pizza hot deliverynya gak jadi yah.” Ia langsung berpindah ke kelas sebelah, 12-A-2 yang merupakan jadwal mengajarnya selanjutnya. Pak Gusta keluar kelas tanpa rasa bersalah sedikitpun. “Waduhhh inimah namanya PHP Pak bukan PHD.” Murid-murid kelas 12-A-1 yang mendengar hal itu merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dapat PR banyak dibohongi pula. Jam selanjutnya dilanjutkan oleh pelajaran kesenian sampai waktu istirahat kedua.

Akhirnya jam istirahat keduapun tiba, murid-murid kelas 12-A-1 langsung berjalan keluar kelas satu persatu. Ada yang pergi ke kantin dahulu karena sudah tak kuat menahan lapar. Tetapi kebanyakannya memilih untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan salat dzuhur berjamaah untuk yang beragama islam. Suara adzan juga sudah berkumandang. Adli, Mali, dan Alli’ juga bergegas ke masjid terlebih dahulu. Ketika mereka melewati kelas 12-A-2, terlihat murid-murid kelas 12-A-2 sedang menikmati pizza hot delivery. Di dalam juga masih terlihat Pak Gusta di bangku guru sedang mengangkat jempolnya ke arah April sambil melahap satu potong piza dengan lezatnya. “Tidak salah lihatkan gue?” heran Alli’. “Kayaknya sih di traktir keponakan kepala sekolah. Siapa lagi emangnya kalau bukan April?” tebak juga Mali setelah melihat hal tersebut. Mali dan Alli’ terus berjalan dengan perasaan kecewa karena Adli tidak jadi mentraktir pizza.

Setelah selesai melaksanakan salat dzuhur, seperti biasa seharusnya mereka pergi ke kantin untuk makan bersama. Namun karena Adli harus ke ruangan guru untuk mengurus ulangan susulannya dengan Pak Gusta, iapun berkata pada temannya itu, “Cuy lu pada duluan aja ke kantin. Gue mau ke ruangan guru dulu.” Mali menjawab, “Yauda duluan ya!”

Adli berjalan menuju ruang guru. Sesampainya di ruang guru, ia langsung mencari Pak Gusta di mejanya. Tapi tidak tampak si pemilik meja tersebut. “Permisi Pak Fauzi, Pak Gustanya kemana ya?” tanya Adli pada guru olahraga yang mejanya tepat di samping Pak Gusta. “Nah itu dia baru masuk.” jawab Pak Fauzi yang tepat melihat Pak Gusta baru memasuki ruangan guru. “Oke makasih Pak.”

Adli berdiri menunggu Pak Gusta hingga Pak Gusta sampai di bangkunya. “Oke Adli. Kamu mau ulangan langsung hari ini, atau nanti di pertemuan Bapak selanjutnya?” Adli menjawab, “Hari ini gapapa Pak. Saya sudah siap juga.” Seketika Adli merasakan kehadiran dari murid perempuan lain yang sedang berdiri di belakangnya. Ia menengok. “Eh April mau ngapain?” Ternyata murid itu adalah April yang juga mempunyai keperluan dengan Pak Gusta. “Mau ketemu Pak Gusta juga Dli,” jawabnya.

“Oiya April sini ke samping Adli.” pinta Pak Gusta yang baru melihat April. “Nah kalau kamu April, ulangan susulannya sekalian hari ini aja ya. Biar barengan sama Adli.”

“Iya gapapa Pak lebih baik langsung aja daripada lama-lama.”

“Yasuda kalian berdua nanti pulang sekolah ke perpustakaan dulu!” perintah Pak Gusta.

“Baik Pak!” jawab April dan Adli secara bersamaan. “Oke sana silahkan istirahat.”

April dan Adli berjalan keluar ruangan guru. “Owh jadi lu ulangan susulan juga?” tanya Adli.

“Iya waktu pelajaran Pak Gusta Senin kemarin gue gamasuk, ada lomba matematika.”

“Pantesan kok gue cariin gak ada.” Adli keceplosan.

“Nyariin mau ngapain emang?”

“Enggak. Maksud gue pas gue lewatin 12-A-2 hari senin kemarin, bangku lu kosong.”

“Hmm jadi ceritanya lu suka memantau gue nih?” April juga tahu hal tersebut karena ia juga sering memperhatikan Adli yang selalu bolak balik di depan kelasnya.

Lihat selengkapnya