Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #16

Perseteruan Dua Teman

Jam pelajaranpun akhirnya usai. Bel istirahat kedua juga dibunyikan setelah jam dinding kelas yang sebelumnya berputar dengan lambat saat jam pelajaran, sekarang jarum panjangnya maupun jarum pendeknya sudah sama-sama berada di angka dua belas. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Adli, Mali, dan Alli’ seperti biasanya langsung pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah salat dzuhur terlebih dahulu kemudian mereka pergi ke kantin.

Setelah kegiatan ishoma selesai, mereka bertiga kembali ke kelas dan waktu istirahat kedua tersisa sepuluh menit saja. Mali dan Alli’ berjalan menuju kelas lebih dulu sedangkan Adli pergi ke toilet. Saat Adli kembali ke kelas dan berjalan melewati kelas 12-A-2, dilihatnya Aldo yang sedang duduk berhadapan dengan April sambil memegang gitar. Adli melihat April yang sepertinya menikmati obrolannya dengan Aldo, Adlipun merasa cemburu dan hendak masuk ke kelas April untuk menginterupsi hal itu. Namun ia berpikir kembali, siapa dia? Bukan siapa-siapanya April, hanya berteman biasa saja. Jadi dipikirannya ia tidak pantas untuk cemburu ataupun mengganggu hal itu. Adli berjalan balik ke kelas dengan perasaan kalah. Aldo yang sebenarnya melihat Adli tadi, merasa telah sukses menjatuhkan mental lawannya itu.

Sebelumnya sekitar lima menit yang lalu disaat April sudah selesai ishoma, ia kembali ke tempat duduknya, namun Indi masih belum terlihat di kelas. Kemudian beberapa murid dari persekutuan rohani sekolah memasuki kelas dengan ramah, salah satunya adalah Aldo.

Salah satu murid membuka dengan berkata, “Selamat siang teman-teman kami dari Persekutuan Rohani Sekolah disini sedang berkeliling untuk membantu salah satu teman kita yang sedang sakit dan memerlukan bantuan dana. Berapapun materi yang kalian sumbangkan pastinya akan sangat membantu teman kita tersebut.” Kemudian beberapa murid lainnya mengitari kelas dengan menadahkan suatu kantong sebagai tempat dana bantuan tersebut. Sementara Aldo yang sedang memegang gitar langsung menyanyikan beberapa lagu rohani bersama temannya yang tidak mengitar di depan kelas. Setelah kegiatan tersebut selesai, salah satu murid kembali menutup dan nyanyian-nyanyian rohani juga berhenti. “Terimakasih teman-teman atas doa dan dukungan kalian semoga bermanfaat untuk teman kita tersebut.” Mereka kembali berjalan menuju kelas lainnya yakni 12-A-3 untuk meneruskan kegiatan tersebut. Namun Aldo memilih untuk berpisah dan menetap di kelas 12-A-2.

“Ayo Do!” ajak teman Aldo.

“Udah duluan aja tinggal 12-A-3 sama kelas gue kan?” sahut Aldo.

“Tapi gitarnya mau dipakai itu, sini!”

“Gue pinjam ini dulu, nanti gue balikin.”

“Yauda-yauda.” Aldo masih menentang gitar tersebut dan langsung menuju meja April yang berada di sisi kiri depan kelas. Ia menarik bangku guru di dekatnya dan duduk di bangku itu dengan bagian dasar gitar ia taruh di atas paha kanannya itu. Sekarang Aldo dan April berhadapan dan hanya dipisahkan oleh meja.

“Mau lagu apa?” tanya Aldo pada April.

“Maaf mas gak ada receh.” Jawab April dengan sedikit judes. Aldo hanya bisa tertawa mendengarkan hinaan itu. Dirinya merasa dipecundangi tetapi hal tersebut yang malah membuat ia makin bersemangat. April yang sudah tahu dari obrolannya dengan Indi mengenai Aldo, ia disebut sebagai penakluk hati wanita. Aldo yang tampan dan tinggi karena rajin berolahraga khususnya olahraga favoritnya yakni badminton, membuat dirinya populer dikalangan gadis sekolah. Satu bulan terakhir ini memang Aldo sudah bolak balik ke kelas April namun tidak ada tanda-tanda sedikitpun hasil dari proses yang ia jalani itu. April masih saja bersikap judes. Padahal biasanya dalam satu bulan wanita manapun yang di dekati Aldo sudah menjadi pacarnya.

Desas desus dikalangan murid kelas dua belas akan kedatangan April yang cantik, menambah julukan dari yang awalnya terdapat Salsa dan Balqis murid kelas dua belas IPS yang dijuluki sebagai dua bidadari, sekarang bidadari tersebut sudah bertambah satu menjadi tiga bidadari. Apalagi hanya April yang berasal dari kelas IPA. Kedua bidadari lainnya, dua-duanya adalah mantan Aldo juga. Jadi bagaimanapun Aldo bersikeras untuk mendapatkan hati April sehingga dirinya bisa memecahkan rekor memacari tiga bidadari di sekolah. Yang menjadi masalah untuk Aldo adalah, April berbeda dari kebanyakan cewek manapun. Aldo tidak menghiraukan balasan April tadi dan lanjut memetik gitarnya menyanyikan lagu ‘anugrah terindah’ dari Sheila On Seven yang sedikit ia gubah. Suaranya sangat merdu, tidak ada sumbang-sumbangnya.

“Melihat judesmu, mendengar cibiranmu. Terlihat jelas dihatiku warna-warna indahmu.”

“Menatap wajahmu, meratapi kisah hidupmu, terlihat jelas bahwa dirimu, bidadari terindah yang akan kumiliki.”

“Wo-ho-oh, wo-oh, wo-oh, wo-oh-ho. Jrenggg. Ehem.” Aldo selesai bernyanyi. Wanita mana yang tidak terkesima setelah dinyanyikan dengan gitar oleh Aldo yang tampan dan bersuara merdu. Pastinya April juga terkesima walaupun tidak ia ambil hati. “Bagus juga suara lu,” respon April secara singkat sambil memberikan sedikit senyum palsu karena ia kasihan pada Aldo yang dari kemarin ia perlakukan dengan judes. Disaat inilah Adli melihat dari arah jendela.

Thanks ya.” Jawab Aldo yang merasa senang akhirnya April mulai menerima keberadaannya. Ia juga merasa senang setelah melihat Adli yang cemburu, berjalan balik ke kelasnya. Aldo sekarang di atas angin.

“Waduh udah mau bel nih. Pulang sekolah kosong gak?” tanya Aldo.

“Mmm kosong sih. Cuma gue udah ada janji sama Adli.” Mendengar hal itu Aldo menjadi kesal kembali. Seperti rollercoster, baru saja ia berada di atas dan tiba-tiba BRUG! Ia kembali dijatuhkan sampai ke tanah.

Lihat selengkapnya