Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #17

Eksekusi yang Gagal

Pukul tiga tepat, guru-guru telah menyelesaikan kegiatan belajar mengajar mereka pada hari ini. Masih di hari yang sama dimana rencana dari Adli akan di eksekusi. Para gurupun keluar dari kelas setelah memberikan salam penutup pada murid-muridnya dan kembali menuju ruang guru. Begitu juga kedua guru yang merupakan target dari rencana Adli ini, mereka berdua berjalan kembali ke ruang guru. Mali yang ditugaskan memonitor kedua target tersebut langsung juga keluar dari kelas mengikuti guru tersebut. Saat sudah berada di lorong lantai dasar, guru pertama yang merupakan target kesatu yang tadi diikuti Mali, bertemu dengan seorang guru laiinya yang juga adalah target kedua, guru itu merupakan teman dekat dari guru target pertama.

“Gimana jadikan ngebaksonya?”

“Iya ayo. Sehabis beres-beres langsung aja ke bakso Pakde.”

“Oke deh tunggu ya.”

Kedua guru itu melanjutkan berjalan ke ruang guru untuk menaruh buku paket pelajarannya masing-masing dan mencuci tangan mereka yang tercoret beberapa bekas spidol hasil dari menulis di papan tulis. Bu Ika yang jauh lebih tua mengomentari pada salah satu guru itu, “Kok tumbenan Bu kotor tangannya, kan ada penghapus papan tulis?”

Guru itu menjawab, “Haha iya nih. Tadi murid-murid satu persatu aktif ku panggil kedepan papan tulis untuk menjawab soal. Dari mereka banyak yang salah tulis karena gak biasa nulis di papan tulis. Jadi sangking semangatnya kalau mereka ada yang salah tulis, aku bantu langsung ngapusnya pakai jari aja, gak sempet pakai penghapus. Tapi seru sih bu kalau tangan lumayan penuh dengan bekas spidol kayak gini, lebih terasa seni mengajarnya hehe ….”

“Malas aku tangan kotor begitu. Karena kamu masih termasuk muda, masih tinggi semangat mengajarnya, bagus itu!” puji Bu Ika. Setelah selesai mencuci tangan, guru itupun langsung menyamperi temannya yang tadi sudah membuat janji untuk ngebakso bareng.

“Ayo langsung aja sudah kangen bakso Pakde nih! Keburu ramai!”

“Sebentar ya suamiku nelpon nih. Belum ditinggal seharian penuh aja udah kangen mulu dia hahaha,” jawab guru itu sambil mengangkat telepon yang memang baru saja menikah sebulan lalu.

“Maklum ya namanya juga pengantin baru hahaha. Iya jawab dulu aja aku tunggu kok.”

Mali yang menunggu persis di depan ruang guru mengabari teman-temannya terlebih dahulu melalui grup LINE yang telah mereka buat.

“Konfirmasi. Target masih di ruang guru, belum keluar. 15:04.”

Pukul tiga tepat, Adli dan Alli’ keluar kelas setelah Mali sambil menenteng tas mereka. Alli’ langsung berlari menuju area luar pintu gerbang sekolah diikuti Adli. Mereka berpisah, kemudian Adli langsung meneruskan jalannya menuju area sekitar warung bakso Pakde. Alli’ yang berada di depan area gerbang sekolah hanya berdiri diam di trotoar selama beberapa menit sambil cuci-cuci mata memandangi adik-adik kelasnya yang masih imut-imut dan unyu-unyu karena belum dihantam stresnya masa-masa kelas dua belas yang sebentar lagi dipenuhi ujian-ujian.

Alli’ masih stay diposisinya. Ia lupa mengecek LINE di HPnya. “Oiya!” Iapun membuka HPnya dan melihat pesan notifikasi masuk dari Mali.

“Konfirmasi. Target masih di ruang guru, belum keluar. 15:04.” Alli’ juga mengetik untuk memberi tahukan informasi keberadaannya. “Gue sudahmi diposisi. 15:04”.

Terlihat Aldo dengan dua temannya yang lain yakni Faza dan Bani, juga keluar dari gerbang sekolah. Alli’ secara tidak sengaja memperhatikan hal tersebut. Karena dirinya memang sudah menandakan Aldo dalam ingatannya dari kejadian di kantin hari-hari sebelumnya. Ia curiga sejenak, “Aldo ngapain ya?” Pandangan Alli’ mengikuti Aldo yang sedang berlari juga menuju arah warung bakso Pakde dengan kedua temannya itu. Lalu pandangannya itu dipatahkan oleh sosok murid perempuan yang sedang berdiri juga di sampingnya. Alli’ mengenal sosok tersebut karena stiker dan posternya yang belakangan ini sudah banyak mulai tertempel di seluruh area sekolah. Ia langsung menyapanya dengan pertanyaan, “Eh kau ini Lili ya? Calon ketua Osis perempuan nomor 2?” Lili langsung menengok dengan cepat seketika setelah di sapa Alli’. Rambut Lili yang bondol tetap sedikit terkibas meskipun pendek. Lili sedang menenteng tas laptop yang ia selempangkan di bahu kanannya seraya memegangi tali selempang tas itu dengan tangan kanannya di pundaknya. Lili menjawab dengan sedikit aura tomboinya, “Iya, Kenapa?” Lili merupakan calon ketua osis nomor urut dua dari tiga calon total, ia dari kelas 11-A-1.

“Wah pasti kau menang nih. Sudah cantik, terus calon tunggal perempuan juga. Gue kasih suara untuk memilih kau Lili jadi ketua osis!”

Thanks dukungannya. Tapi memang kenapa kalau ketua osis perempuan?”

“Ya gakpapa, keren dan hebat menurutku sih. Oiya kok calon ketua osis langsung mau pulang, gak ada urusan lagi apa?”

“Gue lagi nunggu ojol. Mau ada meet sama salah satu organisasi siswa se-Jakarta. Nanti balik lagi paling ke sekolah. Tas gue masih di ruang guru kok.”

“Oh ini bukan tas punyamu?”

“Iya ini isinya cuma laptop buat presentasi nanti.” Alli’ yang sebenarnya masih ingin melanjutkan percakapannya dengan Lili yang juga masih menunggu ojol, tiba-tiba ia melihat kedua terget rencana hari ini telah keluar dari gerbang sekolah menuju warung bakso Pakde, disusul dengan Mali. Jam digital yang ada di atas gerbang sekolah menunjukan pukul 15:06.

“Semangat ya meeting and presentationnya!” seru Alli’ untuk menyemangati Lili. Lili mengangguk dengan senyuman bermaksud untuk berterimakasih atas dukungan Alli’ sambil berkata, "Friendly banget ya lu orangnya!". Alli’ juga tersenyum padanya dan langsung mengikuti kedua guru itu dengan Mali.

“April sama Indi sudah disana, cuma kok dari Adli belum ada kabarnya ya?” tanya Mali yang kemudian juga menunjukan pesan masuk dari April “Gue sudah di warung bakso Pakde bareng Indi ya. Sudah tag tempat juga. 15:06.”

Lihat selengkapnya