Dua hari sebelumnya, di malam April mendapati bahwa Omnya melakukan kegiatan suap-menyuap pada Pak Gusta agar dirinya dapat menempati bangku paling depan di kelasnya, di malam itu juga ia telah memberitahu hal tersebut pada Adli, sehingga Adlipun memiliki suatu ide untuk membalas perbuatan-perbuatan yang telah Pak Gusta lakukan tersebut.
“Gue ada ide buat ngebalas semua itu!” serunya dengan semangat pada April.
“Ide apaan tuh?” tanya April dengan penasaran.
“Lu kan jadinya duduk di depan ya. Jadi kalau di kelas gue, wali kelas gue bu Ira ngebuat peraturan setiap bulan tempat duduk kita digulir. Barisan belakang akan pindah satu baris ke depan. Jadi adil deh buat semua murid ngerasain semua posisi tempat duduk di kelas.”
“Wah keren juga peraturannya. Terus-terus?”
“Nah iya. Gue kepikiran bisa ngebuat peraturan ini berlaku juga di kelas lu. Jadinya perjanjian pak Gusta sama om Jan buat jadiin lu duduk di depan bakal batal deh karena tempat duduknya ajakan bakal digilir. Om Jan gak jadi nyuap pak Gusta dan transfer uang deh.”
Tanpa jeda berpikir April langsung menjawab, “Setuju gue sama ide keren lu ini! Tapi gimana caranya tuh?”
“Hahaha gue juga lagi mikir sih ini ….”
“Hmmm oke gue bantu mikir juga.” Mereka berdua berpikir sebentar. Sejenak tercipta keheningan diantara telepon mereka.
“Adli?”
“Kenapa?”
“Oh gue kira lu leave tadi.”
“Gak kok. Gue masih disini dan akan tetap disini,” nada Adli berubah menjadi lembut. April tertawa lucu mendengarnya.
“Hahaha ....”
“Kenapa?” Adli sedikit tersenyum.
“Gak apa-apa.”
“Owh. By the way wali kelas lu itu ibu Ima kan ya yang ngajar bahasa inggris?”
“Iya betul ….”
“Seinget gue ibu Ima sama ibu Ira itu bestie-an. Mereka berdua kenal dekat karena dari satu Universitas Pendidikan yang sama. Cuma bu Ira ngambil pendidikan biologinya, kalau bu Ima Pendidikan Bahasa inggris. Sebentar ya gue call si intel sekolah dulu.”
“Intel? Indomie telor?”
“Intelijen ….”
“Agen intel maksud lu? Siapa tuh?”
“Siapa lagi kalau bukan Mali. Wait ya, dia fast respond kok orangnya. Dia selalu megang HP dan di depan komputer melulu.” Adli mencoba menelepon temannya itu. Disaat itu juga ada pesan masuk dari Indi di HP April.
“Lagi ngapain April?” tanya Indi.
“Lagi rebahan aja nih,” jawab April. Kemudian call antara Adli dan April jadi bertambah satu orang dengan masuknya Mali.
“Kenapa Dli? Eh kok ada April? Oh call group toh ….”
“Iya nih gue lagi rencanain sesuatu dan kayaknya gue perlu lu disini.”
“Rencana apaan tuh?” Adlipun menjelaskan peristiwa tadi pada Mali dan ide dasar dari rencananya tadi. Sementara April hanya mendengarkan sembari masih melakukan chat dengan Indi.
“Wah udah gak kaget lagi sih gue dengernya kalau Pak Gusta ngelakuin itu.”
“Iya. Jadi gue mau konfirmasi ke lu nih. Bu Ira tuh sama bu Ima, mereka temanan dekat kan ya?”
Mali menjawab, “Mereka berduamah gausa ditanya lagi! Setiap awal bulan paling enggak ada jadwal makan bakso bareng di warung bakso Pakde. Mereka ngebakso berdua deh tuh, paling sering hari Kamis di awal bulan kalau dari data dan pattern yang gue rekam.” Tiba-tiba saja Indi masuk ke dalam call mereka.
“Eh guys gue invite Indi juga nih. Katanya dia mau join juga sama rencana kita!” ucap April yang tambah semangat juga dengan kehadiran teman sebangkunya itu.
“Halo-halo,” sapa Indi yang baru masuk.