Keesokan harinya Adli, Mali, Alli’, Indi, dan April kembali bersekolah seperti biasa meskipin rencana mereka kemarin telah gagal total. Untungnya hari ini adalah hari Jumat. Murid laki-laki yang muslim memakai baju seragam lengan panjang berwarna kecoklatan agak mirip seperti baju koko, sehingga luka di siku Adli dapat tertutupi.
“Thanks God, it’s Friday ….” gumam Adli yang sudah duduk dibangkunya sambil mengecek sedikit luka disikunya itu. “Kemarin lu langsung balik Mal? Ketahuan gak sama ortu lu kalau lu habis berantem?”
“Enggak. Lagian gue ga benar-benar berantem. Cuma ngeles-ngeles doang hahaha” jawab Mali yang terlihat baik-baik saja. “Kalau lu diomelin?” tanya balik Mali pada Adli. "Diomelin sih enggak. Cuma uang jajan gue dipotong lagi hadeh. Ibu gue bilang, ‘Haduh Adli kamu sudah kelas tiga malah tambah nakal.’ Hahaha padahal gue dari pertama masuk SMA gak pernah sama sekali punya musuh ataupun berantem, baru kali ini.”
Kemudian Alli’ datang, ia memasuki kelas dan langsung mampir di meja Adli. “Sorry ya kemarin rencana kita jadi gagal.” Alli meminta maaf pada kedua temannya itu.
“Iya sorry juga ya,” jawab Adli meminta maaf juga. Hari ini mereka bertiga terlihat tidak bergairah untuk masuk sekolah. Bel jam pelajaran pertama akhirnya dibunyikan dan kegiatan belajar mengajar dimulai. Setelah jam pelajaran pertama selesai, dilanjutkan dengan jam pelajaran kedua yang mana untuk kelas 12-A-2 adalah mata pelajaran bahasa inggris yang diajarkan oleh Bu Ima, wali kelas mereka sendiri. Bu Ima memasuki kelas.
“Oke anak-anak untuk hari ini saya akan memberikan pengumuman sebentar sebelum kita masuk ke pelajaran.” Para murid bertanya-tanya dalam benak mereka pengumuman apa yang akan diberitahu Bu Ima.
“Hari ini Ibu ada peraturan baru untuk kelas ini. Silahkan kalian merapihkan dahulu buku dan alat tulis di meja masing-masing dan masukan ke dalam tas.” Murid-murid tambah penasaran sambil melaksanakan perintah dari wali kelas mereka.
“Nah sekarang yang barisan paling depan bisa pindah ke barisan paling belakang, lalu barisan belakangnya mengikuti pindah satu baris kedepan. Kita pakai peraturan ini ya mulai sekarang, setiap bulannya tempat duduk kalian akan digilir seperti ini.” Terdengar suara sorakan kemenangan dari murid-murid yang duduk di barisan belakang, “Horeeee!!!” Mereka senang dengan peraturan baru ini yang mengikuti peraturan kelas sebelah. Sementara murid-murid bagian depan kurang setuju dan terdengar juga suara kekalahan dari mereka, “Yah Bu!”
April dan Indi juga saling berpelukan sangking senangnya karena rencana mereka kemarin ternyata membuahkan hasil entah bagaimana ceritanya. Epi yang kemarin sempat menjawab pertanyaan Bu Ima tentang peraturan ini berkata, “Yah kemarin saya dan Danir kan bilangnya ga setuju Bu …” Danir menyahut, “Iya Bu haduuuhhh ….”
Bu Ima yang galak, tegas dan memiliki sedikit jiwa otoriter menjawab, “Cepat laksanakan ya ini demi kebaikan kalian juga. Gak kasihan apa sama teman kalian yang dapat tempat duduk dibelakang?” Murid-murid berpindah ke tempat duduknya yang baru. Epi dan Danir terpaksa memindahkan tas mereka pada barisan ke dua terdepan. “Haduh jadinya duduk agak depan banget nih! Belum nanti bulan depan lagi kita bakal di barisan pertama. Kalau nyontek bakal susah dah!” Keluh Danir pada teman sebangkunya Epi. “Gue ada ide!” tukas Epi. Epi menanyakan ke dua temannya yang berada di belakang mereka. “Eh nanti lu pada habis jam pelajaran Bu Ima mau tukeran tempat lagi ga? Kalian pindah ke sini, gue sama Danir kesitu.”
Kedua temannya itu memang niat untuk belajar. Namun karena kurang beruntung, di hari pertama masuk semester baru mereka bangun kesiangan, terpaksa mereka menempati bangku sisaan yang berada di belakang. Mereka berdua setuju, salah satunya menjawab, “Yauda ayo! Sekarang juga boleh!”
“Nanti aja habis pelajaran bahasa inggris! Entar diomelin bu Ima lagi!”
“Woke deh!” Semua murid kelas 12-A-2 telah duduk masing-masing di tempat barunya. Begitu juga April dan Indi yang sekarang berada di barisan paling belakang. “Asyik jadi bisa bercanda kita ahhaha.” Indi tertawa dengan senang. Dion yang sekarang berada satu baris di depannya juga langsung menengok ke balakang, “Halo girlsss ketemu lagi sama akuuuwww ….”
“Aaaa Dion Indi jadi duduk deketan lagi yeayyy,” respon April.
“Yoi jadi kita bisa lebih banyak ngegosip hahaha.” Indi tertawa lagi.
“Ingatin nanti istirahat pertama kita langsung ke Adli dan kawan-kawannya buat ngasih tahu hal ini!” seru April dengan semangat.
“Iya aneh banget kok tiba-tiba Bu Ima ngelaksanain peraturan ini juga.” Terdengar suara getokan dari penghapus yang beradu dengan papan tulis. “Oke anak-anak diam dulu! Mulutnya dikunci!”-suara dari para murid kelas 12-A-2 perlahan-lahan meredam-“kita lanjut masuk ke pelajaran kita hari ini, buka halaman 58!” perintah Bu Ima yang juga sudah membuka buku paket bahasa inggrisnya pada halaman yang tadi ia sebut. Jam pelajaran keduapun dimulai kembali.
Saat bel istirahat pertama sudah dibunyikan, April dan Indi berlari menuju kelas 12-A-1. Mereka langsung bertemu di lorong lantai tiga dengan Adli, Mali, dan Alli’ yang juga baru keluar dari kelas.
April lansung menyapa dengan semangat, “Gengs!!!” Wajah April dan Indi terlihat sangat senang.
“Kenapa?” tanya Adli.
“Peraturan tempat duduk ternyata dilaksanain juga di kelas kita. Yeayyy!” sorak Indi seraya mengepalkan kedua tangannya dan menggetarkannya di depan wajahnya.