Para murid yang membawa motornya masih bertahan di depan gerbang sekolah. Dengan raut wajah yang panik dan gelisah, mereka tidak tahu akan berbuat apa.
Feri dari kelas 12-S-5 yang juga merupakan anggota geng motor berkata, “Udahlah kalau begini, parkir di depan gerbang sekolah juga gapapa sih. Palingan nanti dijagain Satpam!”
“Mata lu peyang!” emosi Kifri lagi pada teman satu gengnya itu.
“Yamau gimana lagi Kif!” jawab Feri.
“Di masjid gang sana aja kali ya? Duh tapi kejauhan!!” tambah Adli memberikan sedikit sarannya. Mereka semakin panik, bagian detik dari jam digital sekolah berjalan menuju menit 27.
Lalu dari balik tembok samping sekolah terlihat Aldo yang memanggil-manggil mereka semua. “Woy, woy!!! Cepetan ikutin gue kalau lu mau markir motor!” Semuanya berlarian menuju motornya masing-masing, “BREMMMMM BREMMMM!!” dan langsung mengikuti Aldo yang berlari menuju ke arah belakang sekolah.
Ternyata di area belakang sekolah, proyek yang sudah dikerjakan selama satu bulan lamanya itu telah dapat digunakan dan sudah dibuka. Para murid langsung memarkir motornya dan berlari kembali menuju sekolah.
“Cepetaaannn gerbang sekolah udah mau ditutup!” teriak Giovano pada teman-temannya. Mereka semua terkocar-kacir seperti maling yang dikejar massa warga.
“Bro kok lu tahu ada tempat parkir disitu?” tanya Deon pada Aldo selagi mereka berlari sekencang mungkin.
“Lari dulu! Malah nanya!” balas Aldo yang fokus berlari untuk bisa sampai gerbang sekolah dan tidak ingin terlambat.
Untung saja waktunya pas sekali, lima detik lagi sebelum jam setengah tujuh, mereka semua sudah berada di sisi bagian dalam gerbang sekolah.
“Huftt-hufftt.” Mereka semua menunduk memegangi lutut karena kecapekan berlari sprint 100 meter. Murid-murid kelas sepuluh dan sebelas langsung pergi ke kelasnya masing-masing, karena upacara bendera beserta pelantikan pengurus OSIS akan segera dimulai. Sedangkan murid-murid kelas dua belasnya mengaso sebentar di dekat pos satpam.
“Thankyou Do,” ucap Adli berterimakasih pada Aldo meskipun masih terdapat benih-benih permusuhan yang tertinggal antara mereka berdua.
“Gue baru ngeh ternyata proyek di belakang sekolah itu buat parkiran motor!” ucap Iman dengan nafasnya yang masih ngos-ngosan.
“Iya sih terus lu kok bisa tahu Do?” tanya Deon lagi pada Aldo.
“Ya tadi gue sengaja mau telat, nyebat dulu sebatang. Lu taulah gue biasanya manjat lewat belakang tembok situ. Gue lihat ada abangnya yang jaga itu proyek ngebuka pager. Gue nanyakan ini proyek apaan bang. Dia jawab, ‘Buat parkir Dek’. Terus gue denger lagi kok ada berisik-berisik depan gerbang. Yauda gue samperin, ternyata lu pada malah demo,” Tutur Aldo pada teman-temannya itu. Mendengar hal itu Adli tertegun sejenak.
“Untung aja ya. Kalau enggak udah pada pulang ke rumah nih kita!” ujar juga Fian.
Dari gerbang, Pak Satpam yang sedang memantau murid-murid yang terlambat lalu melihat juga murid-murid kelas dua belas yang sedang berada di posnya itu, langsung menghampiri mereka. “Kalian ngapain malah pada ngobrol disini! Langsung ke kelas sana upacara sudah mau dimulai!” bentak Pak Satpam pada murid-murid itu.
“Nitip tas aja Pak disini, capek naik turun tangga!” ucap Fian.
“Gak boleh. Nanti tas kamu hilang siapa yang mau tanggungjawab. Sudah sana-sana,” balas Pak Satpam. Merekapun berjalan menuju kelasnya masing-masing sementara sebagian murid sudah mulai turun ke lapangan.
Doel yang kebetulan berjalan disamping Adli menyambung pembicaraan, “Aneh banget ya Dli! Lu ngerasa gak?”