Di depan kelas 12-A-2, April dan Lili bertemu lagi. Sudah terhitung itu adalah pertemuan ketiga mereka. Mereka sama-sama merasa canggung.
“Eh Lili abis darimana?” tanya April meskipun dirinya sudah tahu bahwa Lili sehabis dari kelas 12-A-1.
Lili bekata namun terbata, “Dari … kelas sebelah Kak hehe.” Ia sebenarnya ingin melanjutkan bahwa dirinya sehabis mencari Adli. Tetapi perasaannya menahannya untuk mengatakan hal tersebut karena ia tidak ingin membuat kakak kelasnya itu su’udzon dengannya. Untungnya April juga menahan dirinya untuk mengeluarkan pertanyaan pancingan seperti ‘habis nyari siapa tuh?’. April melanjutkan dengan pertanyaan yang lain.
“Ohhh mau turun juga?”
“Iya Kak. Bareng!” Ajak Lili langsung untuk mecairkan suasana yang sedikit awkward itu. April menjawab, “Yuk!” Mereka berjalan bersama. Walaupun seharusnya mereka membenci satu sama lain karena sama-sama memperebutkan Adli, tetapi mereka tetap saja bertindak seolah tidak ada apa-apa diantara mereka. Lili menyelipkan tangannya diantara lengan kanan April, ia menggandeng April dan berusaha sok akrab. Lili mempunyai niat yang tersembunyi.
“Mau mulangin buku Kak?” Lili melihat April yang menenteng suatu novel di tangan kirinya.
April yang mempunyai sifat ramah tidak merasa terganggu sekalipun meski Lili menggandengnya. “Iya nih udah dua minggu. Mau memperpanjang jadinya. Soalnya belum selesai baca.”
“Buku apa tuh Kak?”
April menunjukan buku tersebut. “Ini novel tentang cinta segitiga. Jadi tokoh utamanya si cowok bingung mau milih antara dua cewek yang ada di kehidupannya dia.” April tidak mengada-ada. Kebetulan sekali novel yang sedang ia baca itu memiliki premis yang sama dengan kisah hidupnya sekarang.
Lili spontan tertawa, “Hahahaha.”
April heran melihat Lili yang tertawa, “Kenapa kok ketawa?”
“Sorry Kak. Hahah. Jadi entah kenapa terlintas di pikiranku, kalau cewek gandengan berdua itu gak ada yang aneh. Tapi kalau cowok gandengan berdua … ? Hahaha.”
April juga tertawa, “Hhahaha. Bener juga ya!”
Mereka berdua sudah sampai di perpustakaan pada lantai dua. “Yauda Kak April aku duluan ya!”
“Oke deh sip. Sekali lagi selamat ya! Semangat terus!”
Lili sedikit merasa senang karena April menerima dengan ramah perilaku sok akrabnya itu. Entah hal apa yang ingin dilakukan Lili dari rencananya untuk mengakrabkan diri dengan April. Iapun berjalan menjauh.
Selesai ishoma, Lili pergi ke kantin untuk menepati janjinya dengan teman-temannya yang membantunya sebagai timses di pemilihan OSIS kemarin. Ketika sudah sampai di kantin, Lili mengecek HPnya. Dibacanya pesan dari teman-temannya yang sudah menunggu di meja kantin samping ayam geprek Bukde. Lili memberitahu Adli terlebih dahulu melalui pesan bahwa dirinya sedang dikantin, lalu ia berjalan ke arah teman-temannya.
Saat melewati meja tengah kantin, meja dimana para senior kelas dua belas yang dicap bad boy berkumpul, salah satunya bersiul kepadanya. Ia berhenti, kemudian menatap semua kakak kelasnya disitu yang berjumlah sekitar lima orangan lebih dengan berani tanpa sekata patahpun.
Para murid laki-laki itu langsung takut dengan Lili yang sedang menatap mereka dengan tatapan yang semakin tajam. Kebetulan Iman sedang disitu, ia langsung menjitak kepala temannya yang tadi bersiul kepada Lili.
“Ini nih orangnya!” ia menunjuk ke arah temannya itu untuk memberitahu Lili. Temannya itu hanya membuang muka ke arah yang lain. Lili tidak menghiraukannya dan berjalan menjauh.
Iman memarahi temannya, “Itu udah jadi Ketua OSIS kita geblek! Malah lu siul-siul.” Iman menjadi lebih respek dengan murid perempuan yang memiliki ‘kelas’ seperti Lili.
“Halah sok segan lu!” timpal temannya yang lain karena biasanya juga Iman bersiul menggoda adik kelas lainnya yang sedang lewat. Ya … meskipun sebenarnya ada atau tidak adanya jabatan pada perempuan, mereka seharusnya tidak pantas untuk bersiul seperti itu. Tetapi setidaknya Iman sudah belajar sedikit untuk menghormati perempuan daripada tidak sama sekali.
“Ahahaha.” Yang lainnya hanya menertawakan kejadian itu.
“Serem juga diplototin ketua OSIS!” jawab murid yang tadi bersiul.
Sementara itu, Lilipun sudah sampai di meja kantin tempat temannya menunggu. “Hey gengs! Udah pada laper ya nungguin gue?” ucap Lili pada Ruli, Ayus, Lina, dan Hilda.
“Aduhhh iya dong udah laper nih nungguin daritadi!” keluh Ruli yang berbadan gemuk terpaksa menahan laparnya itu demi di traktir oleh Lili.