Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #32

Surat dari April

Sudah memasuki hari kedua di bulan Desember, tepatnya di hari Jumat. Para murid sebagian besar memasang wajah senang menyambut akhir pekan yang akan datang. Tapi tidak untuk para murid kelas dua belas yang tetap harus menyisihkan waktu di akhir pekan untuk belajar mempersiapkan ujian-ujian sekolah maupun ujian masuk universitas nanti.

Adli berdebar hatinya sedari pagi sembari bertanya-tanya dalam benaknya kira-kira mengapa April menyuruhnya untuk pergi ke depan perpustakaan pada istirahat pertama nanti. Apakah April akan menembaknya secara tiba-tiba, rasanya tidak mungkin kalau seorang wanita menembak pria lebih dulu.

Atau April hanya ingin menjelaskan alasan mengapa ia menjauhi Adli dan langsung meminta maaf padanya. Sepertinya kemungkinan kedua ini yang lebih mungkin terjadi. Tetapi Adli terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang lain sampai-sampai ia tidak menyimak pelajaran di depan kelas.

Datang lagi kemungkinan lain yang lebih buruk di benaknya. Jangan-jangan April menjauhinya karena April sudah menyukai murid laki-laki lain dan akan meminta Adli untuk tidak berbicara dengannya lagi serta memutuskan jalinan mereka itu.

Mali yang berada disamping Adli sudah tahu betul seluk beluk temannya itu ketika sedang overthinking, ia langsung membuyarkan overthinking dari Adli itu seketika.

“Woy! Pagi-pagi udah overthinking aja lu!” ucap Mali dengan nada kasar tetapi suaranya pelan agar tidak didengar guru mereka. Adli hanya merespon dengan memberikan ekspresi wajah kecut pada Mali. Merekapun kembali fokus pada pelajaran.

Bel israhat peratamapun sudah berbunyi keras melalui speaker sekolah. Adli mempersiapkan dirinya untuk pergi ke depan perpustakaan menepati permintaan dari April. Ketika ia melewati kelas 12-A-2, dilihatnya sudah tidak ada April. Adli terus berjalan ke perpustakaan di lantai dua menebak pasti April sudah lebih dulu berada disana.

Ternyata setelah ia sampai di depan perpustakaan, tidak ada siapa-siapa yang menunggunya. Adli menengok kanan kiri mencari April, namun tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan April. Adlipun masuk ke perpustakaan untuk mencari April.

Saat sudah di dalam perpustakaan ia juga tidak menemukan April. Ia bingung dan langsung membuka HPnya untuk menchat April.

“Dimana Pril?” ketik Adli.

Pesan itu seketika terbaca, Aprilpun juga menjawab seketika, “Ya di depan perpus!”

Adli kembali ke depan perpustakaan, ia menjumpai April yang terlihat lebih cantik dan manis dari hari-hari kemarin.

“Lah tadi di kelas, lu udah gak ada. Terus gue nyampe duluan juga belum ada lu,” jelas Adli bingung. April tidak ingin menjawab bahwa ia sehabis dari toilet murid perempuan dahulu untuk bercermin sebelum bertemu dengan Adli.

“Nih ambil!” April memberikan sepucuk surat yang di depannya bertuliskan ‘surat maaf’.

“Maaf ya karena belakangan ini gue selalu menghindar dari lu tanpa alasan. Mungkin surat dari gue ini bisa jadi tanda permintaan maaf gue ke lu,” tutur April dengan suara yang sangat tulus dan lembut.

Mendengar hal itu Adli sangat lega hatinya. Dengan cepat Adli mengambil kemudian hendak membuka surat dari April itu. Tetapi April menepik tangan Adli.

“Nanti aja dibukanya jangan sekarang juga!” bentak April tiba-tiba padahal sebelumnya ia lembut pada Adli.

“Eheheh sorry!” mereka berduapun tersenyum. Saat surat itu sudah di tangan Adli, April melangkahkan kakinya untuk masuk ke perpustakaan, Adli menyusul di belakangnya.

Seperti biasa April melanjutkan membaca novelnya yang sedikit lagi ia selesaikan itu sebelum minggu UAS tiba. Adli juga duduk di samping April sambil membaca komik detective conan yang barusan ia ambil dari rak komik, walaupun sudah berulang kali komik itu dibacanya.

April berkata dengan ketus, “Kenapa sih kok lu masih ngikutin gue! Bukannya balik ke kelas baca dulu itu suratnya!”

“Yaaa meskipun belum gue baca, udah gue maafin kok. Memang kenapa lu kok ngejauhin gue?”

“Ya makanya baca dulu itu suratnya!”

Adli lagi-lagi ingin membuka surat itu, tetapi April menahannya.

“Gimana sih katanya disuruh baca …,” kata Adli. April menjadi gemas pada Adli.

“Hadeeehh. Yauda-yauda entar aja bukanya,” ucap April.

“Okeee dehhh hehehe. Isinya ada puisinya gak?”

April menjawab dengan kontan “Ada.”

“Asik. Emang dapet inspirasi dari siapa sih? Pakai segala surat-surat begini buat minta maaf ke gue doang ahahaha.” Adli tertawa gembira, kemudian dilanjutkan dengan senyumnya sambil mendekatkan pandangannya dan menengok ke kanan langsung ke arah April. Lalu ia menopangkan pipi kirinya tepat di atas kepalan tangan kirinya yang sedang bertumpu pada siku kirinya di atas meja.

April membalas tengok ke arah Adli dan juga langsung menatapnya seraya mengikuti persis seperti pose Adli sekarang ini, ia juga menopangkan pipi kanannya di atas tangan kanannya lalu berkata, “Dari … lu?”

“Kok gue?” jawab Adli yang terpesona juga dengan tatapan balasan dari April.

April kembali duduk dengan posisi normal, sementara Adli masih terpaku dengan posisinya karena masih terpukau oleh kemanisan April.

“Berarti sifat pelupa gue kayaknya udah bener-bener berhasil gue transfer ya ke lu seratus persen ahahahaa.” April tidak sadar melepas tawanya begitu saja lalu sedetik kemudian ia menutup mulutnya karena sadar masih berada di perpustakaan.

Lihat selengkapnya