Masih di hari selasa yang sama, ketika murid-murid beriringan keluar dari kelas setelah bel pulang sekolah dibunyikan, Adli membuka layar HPnya untuk melihat pesan yang masuk dari Lili.
“Jadi gimana Ka?” tanya Lili di chat tersebut.
Semenjak kemarin, Lili sudah berbicara dengan kakak kelasnya itu untuk meminta bantuan agar Adli bisa membujuk April untuk membujuk Omnya, supaya membuat jambore sekolah dapat dilaksanakan di luar kota.
“Iya nih gue langsung mau ke kelas 12-IPA-2, semoga ada Aprilnya,” balas Adli setelah mengetik dengan cepat dan langsung berlari ke kelas sebelah. Mali menyahutinya, “Eh mau kemana Dli! Buru-buru amat!” Adli tidak sempat mendengarnya.
Ketika Adli sudah berada di koridor, dilihatnya April yang sudah berjalan agak jauh. Sepertinya ia baru saja keluar dari kelasnya juga. Adlipun mengejar April.
“Eh Pril!” sahut Adli ketika sudah dekat dengan April.
“Kenapa Dli?” Mereka baru saja berbicara lagi sejak dua hari yang lalu mereka jalan bersama. Sambil berjalan, Adli dan April meneruskan percakapannya.
“Kemana aja lu kemarin? Kok gue cariin gaada ya?”
“Kangen ya?” pancing April dengan sedikit genit.
“Ahahah kangenin gak ya?” jawab Adli berlagak dingin.
“Jadi dari kemarin tuh, gue pas istirahat sama pulang sekolah langsung buru-buru ke ruang Om Jan buat belajar UAS. Jadi lebih konsentrasi aja kalau belajar di ruang pak kepsek yang sepi dan tenang.”
“Hmmm ceritanya memanfaatkan fasilitas nih ya….”
“Hahaha bisa jadiii.”
Ketika sudah sampai di lantai dasar, April kembali menyambung pembicaraan. “Kenapa emang nyariin gue?”
“Ada sesuatu yang pengen gue omongin. Tapi kalau lu mau belajar di ruang kepsek, nanti aja deh. Takut ganggu.”
“Apaan? Enggak apa-apa sih bilang aja dulu.”
April kemudian menuju bangku di pinggir lapangan kedua sekolah yang berukuran sedang. Biasanya lapangan itu digunakan untuk ekstrakulikuler pramuka, silat, maupun taekwondo. April duduk di bangku tersebut yang bentukannya seperti bangku taman, Adli mengikutinya.
“Mau ngobrolin apa?”
Mereka duduk berdua ditengah hiruk pikuk gema suara dari para murid di seluruh penjuru sekolah dengan hentakan kaki mereka yang sudah berjalan untuk pulang penuh semangat ke rumahnya masing-masing.
“Om lu tau gak, kemarin lu jalan?”
“SSSTTT. Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! Gak ada yang tahu kecuali lu sama Mbok.”
“Kenapa? Kok gak dikasih tahu?”
“Lu aja sana yang ngasih tahu.”
“Kok gue?”
“Kan lu yang ngajakin gue.”
Adli bingung ingin menjawab apa, iapun mengalihkan topik pembicaraan secara tiba-tiba.
“Oiya, Btw lukan udah tau ya bakal ada jambore sekolah. Gimana rasanya bakal ikut nanti?”
“B aja,” jawab April dengan singkat untuk menyembunyikan perasaan aslinya bahwa sebenarnya ia senang ada acara tersebut.
“Emang lu gak denger-denger dari murid yang lain kalau jambore sekolah itu pasti bakal seru dan berkesan?”
“Denger sih…. Tapi liat aja nanti, jadinya di luar kota atau tetap di dalam kota. Atau lebih parah lagi bisa jadi di sekolahkan? Atau malah gak jadi?”
“Lu maunya dimana?”
“Maunya sih di luar kota. Biar lebih kerasa gitu.”