Baru di hari kedua, April berada di Batu, Malang. Pagi itu langit kota Batu menurunkan rintik air gerimis, ‘TENG TUNG TENG TUNG!’ bunyinya cepat dan terdengar di seng bagian samping rumah April. Inginnya April lanjut tidur dengan suasana yang sangat mengantukkan itu, tetapi ia mengingat lagi ingin langsung membawa Ibunya jalan-jalan dan menunjukan bahwa dirinya sudah bisa mengendarai mobil. Aprilpun keluar dari kamarnya.
“Pagi anak cantik Ibu,” sapa Ibunya yang sedang menjahit motif bunga di permukaan sehelai kain berwarna merah seperti syal dan melihat April baru keluar dari kamarnya.
“Huaaah,”-April kebetulan kelepasan menguap di depan mata Ibunya-“gimana Bu? Jadikan hari ini jalan-jalannya?”
“Kalau kamu mengantuk, gapapa besok-besok aja. Baru juga sampai, kan kamu masih lama juga disini.”
April baru ngeh tadi ia sempat menguap. “Enggak ngantuk Bu. Cuma nguap doang tadi karenakan wajar baru juga bangun. Masih ada sisa ngantuk sedikit abis tidur.”
“Masa sih? Masih sama aja kamu gak berubah, sering bikin alasan-alasan seperti itu.” tanya Ibunya yang sebenarnya tahu bahwa tadi malam April membuat alasan terbangun dari tidurnya dan hanya mengecek jam HPnya. Padahal dirinya bergadang hingga larut karena chat dengan Adli.
“Hehe beneran kok Bu udah ga ngantuk kalau udah mandi mah nanti. April mandi dulu siap-siap deh!” April sudah mencium bahwa Ibunya sudah mengetahui tadi malam ia benar-benar bergadang sehingga mengantuk di pagi hari ini. Memang benar adanya koneksi antara Ibu dan Anak Perempuan itu sangatlah kuat. Ia bergegas ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, berkemas, dan sarapan. Jam dinding rumah menunjukan pukul sembilan pagi. April sudah bersiap untuk pergi dengan Ibunya.
“Mas kemana Bu?”
“Keluar melulu dia. Sibuk urusan kuliah bilangnya.”
“Jadi berdua aja Bu? Sudah siapkan? April siapin mobil dulu ya.”
“Yasudah sana, Ibu juga sambil siap-siap dulu.”
April pergi keluar untuk menyalakan mobil sementara Ibunya mengambil tongkatnya dan menyiapkan diri terlebih dahulu. Ketika mobil sudah siap, April kembali ke dalam rumah untuk membantu Ibunya memasuki mobil. Mereka berduapun berangkat.
Saat sudah di mobil, Ibu April baru menanyakan kemana mereka akan pergi.
“Wih beneran ya Anak Ibu sudah gede bisa nyetir mobil sendiri,”-April tersenyum senang-“memang kamu mau ngajak Ibu kemana? Ke mal ibu udah gak bisa jalan lama-lama, capek. Ke tempat rekreasi apalagi.”
April yang sudah memikirkan tempat tujuannya sedari semalam untuk mengantar Ibunya jalan-jalan dan langsung menjawab, “Ke Alun-Alun Kota Wisata Batu dulu aja ya Bu!”
Ya, Alun-Alun Kota Wisata Batu adalah pilihan yang tepat untuk mengajak Ibunya jalan-jalan di pagi hari yang teduh ini selepas hujan.
“Bosen Ibu kesitu mulu. Tapi udah lama juga sih gak kesitu.”
“Iya bu kesitu dulu kita buat hari ini. Hari-hari kedepannya nanti Ibu yang request deh mau kemana, April siap nemenin Ibu kemana aja! Tapi memang semenjak April di Jakarta, Ibu gak pernah lagi ke alun-alun?”
“Iya mau ngapain Nak. Di rumah aja Ibumu inimah. Paling-paling ke rumah keluarga. Oiya nanti kita kunjungin Om Tante dan Keluarga yang lain ya, pada kangen juga mau lihat kamu tuh. Ibu denger sepertinya dari mereka sudah banyak ngasih tanda bakal nyodorin anak laki-lakinya ke kamu,” celetuk Ibu April dengan celetukan yang terdengar serius juga.
Kecepatan mobil yang sedang di setir April spontan bertambah dengan kencang setelah mendengar kata-kata dari Ibunya itu. April menghela napas, kemudian mencoba membalas dengan santai dan bercanda agar tidak terlalu tegang dengan Ibunya yang tiba-tiba membahas topik sensitif perti itu.
“Yahila Bu. April belum juga lulus SMA Bu. Belum juga bisa masak, baru bisa nyetir doang ahahaha.”
“Iya-iya Ibu tahu kok. Ibu cuma nyeletuk aja. Tapi walau bagaimanapun, pilihan orang tua itu adalah yang terbaik Nak. Ridho orang tua adalah ridho Allah juga.”
“Iya Bu April setuju. April juga masih pingin lanjut kuliah dulu, kejar pendidikan tinggi-tinggi.”
“Buat apa pendidikan tinggi-tinggi kalau kamu ujung-ujungnya cuma jadi Ibu Rumah Tangga kayak Ibu.”
“Enggak kok Bu, April pingin kejar impian April juga. Yaaa meskipun mentok-mentok kalau gak kesampaian, jadi Ibu Rumah Tangga yang baik juga gak ada salahnya kok Bu. Dengan pendidikan yang tinggi seharusnya bisa menjadi modal buat cara berpikir April bisa diatas rata-rata, supaya bisa jadi Ibu sekaligus Istri yang baik buat anak dan suami nanti,” respon April itu benar-benar membuat dirinya tidak seperti anak kelas tiga SMA lagi.
Untungnya Ibu April juga terbuka dan suka diajak diskusi mengenai segala hal, tidak otoriter seperti Om Jan. “Oke-oke. Ibu coba ngertiin kamu juga kok.” April dan Ibunya meneruskan menuju Alun-Alun Kota Malang.
Sesampainya di wilayah alun-alun, April mencari parkiran mobil terdekat agar Ibunya dapat berjalan tidak terlalu jauh untuk masuk ke dalam alun-alun. Diparkirnya mobil tersebut, lalu kemudian April membantu Ibunya turun dari mobil. “Ini Bu.” April memberikan tongkat Ibunya, kemudian ibunya berjalan dengan tongkat tersebut. Mereka berduapun memasuki area Alun-Alun Kota Wisata Batu.
Pohon-pohon yang lumayan rindang dengan tanaman-tanaman bunga yang menyejukkan pandangan melengkapi sekaligus menghiasi seluruh area alun-alun. Suara kebisingan lalu lintas yang tidak terlalu padat hari ini dan juga polusinya dapat diredakan oleh keberadaan alun-alun ini, yang berguna untuk taman kota sekaligus tempat rekreasi warga sekitarnya.