Saat Adli dan April sedang mencari harta karun makanan dan minuman di game outbond terakhir mereka sore itu, terjadi hal yang di luar dugaan, April terjatuh ke danau. Danau yang lumayan dalam meskipun masih di pinggirannya saja membuat April yang tidak bisa berenang seketika panik dan langsung mencoba dengan sekuat tenaga menendang-nendang ke arah atas agar tidak tenggelam. Tanpa jeda berpikir, Adli mencemburkan dirinya ke danau dengan lompatan bak macan menerkam mangsanya untuk menolong April.
“BYAAARRR!!!” bunyi suara cipratan air terdengar sampai ke Alli’ yang berada tidak jauh dari posisi Adli dan April.
Adli meraih salah satu tangan April, lalu ditaruhnya tangan April tersebut melingkar ke belakang lehernya untuk menopang tubuh April agar tidak tenggelam. April yang masih tersadar merasakan dirinya merangkul Adli yang sedang membawanya ke pinggiran danau kembali.
Adlipun membantu April untuk naik ke pingiran danau dengan fondasi beton yang lumayan agak tinggi tersebut. Dengan susah payah, Aprilpun akhirnya bisa naik. Lalu berkali-kali juga Adli mencoba untuk naik, tenaga April kurang kuat untuk menariknya ke atas. Jadilah Adli tetap terumbang-umbang di pinggiran danau bersama April yang setengah terjongkok menemaninya, dengan vibes mirip seperti scene Jack dan Rose saat kapal titanic sudah tenggelam. Ia menaikan tangannya di fondasi beton pinggir danau untuk bersangga.
“Udah gak papa kalau gak bisa narik ke atas, gue disini dulu aja, lagian danaunya gaada buaya atau binatang buas lainnya kok. Yang penting, lu baik-baik ajakan?” ucap Adli tenang.
April terbatuk mencoba mengeluarkan sedikit air yang masuk ke tubuhnya, “Uhuk-uhuk, iya gakpapa. Maaf ya kok gue tiba-tiba oleng.”
“Ya tenangin diri dulu aja. Gue coba berenang muter ke pinggiran yang gak curam buat naik ya!” Adli hendak pergi meninggalkan April, tetapi April yang sedang kedinginan sampai-sampai bagian rahang bawah mulutnya bergemetar menahan Adli, “DLI!”
Adli menoleh menaikan kedua alisnya sambil tersenyum simpati pada April, “Iya kenapa?”
“Makasih yaaa udah nolongin gue,” ucap April sembari memberikan senyuman terindahnya pada Adli. Ia bertanya lagi, “Lu gak kedinginan?”
Adli yang melihat dagu April bergetar tidak menjawabnya, malah bertanya balik padahal ia juga benar-benar dingin membeku, “Lu kedinginan ya?” Tangan Adli langsung mencari tangan April. Ia menangkupkan kedua tangan April itu dengan tangannya. Tangan Adlipun menyelimuti kedua kepalan tangan April. Mereka saling menghangatkan satu sama lain.
Suasana dingin nan romantis untuk sepasang remaja di sore hari itupun buyar dengan kedatangan Alli’ yang mengacau.
“ASTAGA, ini kenapa kalian berdua malah nyemplung ke danau!” cerocos Alli’
“Eh Li!, udah cepetan sini bantuin gue naik!” Alli’pun dengan sigap membantu temannya itu untuk naik ke pinggiran danau.
“Emang ada harta karun apasih di danau sampai tega-teganya nyemplung?” tanya lagi Alli’.
“Bukan nyemplung! Si April yang jatuh ke danau!” jelas Adli dengan sabar.
“OHH Astaga, kenapa baru kau jelaskan? Ndak apa-apa kau kan Pril, ini minum dulu,” ucap Alli’ sambil menyodorkan air botol yang tadi timnya temukan. April meminum air tersebut. Tidak lama kemudian, Mali dan Indi datang juga. Adlipun menjelaskan kejadian tadi lagi kepada kawan-kawannya.
“Innalillahi… Kok bisa sih? Udah ini makan dulu tadi kita nemu roti, pasti lu kedinginan kan,”-ucap Indi yang khawatir dengan keadaan temannya itu-“abis itu langsung ke pos panitia aja.”
Aprilpun lanjut menenangkan diri sembari meminum dan memakan roti dari teman-temannya itu. Setelahnya, merekapun kembali ke pos permainan. Untungnya, panitia dan tim Adli sepakat untuk tidak menyebarluaskan kejadian tersebut ke pihak sekolah gossip atau omongan.
Bagaiamana mungkin keponakan kepala sekolah tercinta bisa-bisanya sampai tercebur ke danau? Untung saja danau tersebut tidak berbahaya. Jikalau berbahaya, lain lagi ceritanya. Bisa jadi pihak sekolah nantinya akan marah dan menyalahkan panitia akan kejadian tersebut, dan masalahpun merembet kemana-mana. April tidak ingin hal itu terjadi sehingga mereka sepakat untuk diam-diam saja.
Udara yang semakin dingin dan matahari yang juga semakin menunduk ke arah barat membuat merekapun bergegas kembali ke gedung utama wisma Asri.
…
Setelah keseruan outbond jambore sekolah dari siang hingga sore hari tadi, murid-muridpun merasa telah melepas stress mereka semua tetapi sekaligus juga menguras energi mereka. Semua muridpun diberi waktu luang untuk ishoma selepas waktu shalat magrib hingga sehabis isya.
Agenda selanjutnya adalah malam api unggun. Acara dimana seluruh murid-murid, baik peserta maupun panitia dikumpulkan semua di lapangan utama mengelilingi suatu api unggun yang besar ditengah-tengah mereka.
Panitiapun sudah sibuk menyiapkan kayu-kayu bakar yang cukup besar, juga minyak sebagai bahan bakar api unggun nantinya. Para peserta diarahkan kembali menuju lapangan utama.
Sesampainya di lapangan utama, sudah terlihat banyak murid-murid lainnya hanya berdiri-berdiri tidak jelas menunggu intruksi selanjutnya. Adli mencari-cari Alli’ dan Mali. Namun, ia hanya mendapati April dan Indi yang sepertinya masih berbincang-bincang mengenai kejadian tadi sore.
“Lu udah baikan?” tanya Indi dengan suara pelan pada April.