Rencana pemfotoan soal ujian sekolah yang asli masih berlangsung di pagi hari ujian ketiga. Keadaannya cukup kacau pada rencana yang Adli dan kawan-kawannya jalankan itu, berbanding terbalik dengan suasana kelas yang tenang-tenang saja. Hanya terdengar suara dari Mali yang sedang berpura-pura menanyakan soal di depan pada pengawas untuk menjadi pengalih perhatian. Murid-murid juga masih ditempatnya dengan tas-tas mereka semua yang berjejer tersusun sedikit berantakan di lantai depan kelas. Adli terus berpikir bagaimana caranya menjalankan rencana mereka itu agar tetap berhasil.
Jarum jampun terus berjalan mendekati bunyi bel selesainya ujian. Lalu gerak-gerik Mali juga sudah mulai mengaba-abakan bahwa dirinya hampir selesai menanyakan soal untuk mengelabui pengawas. Kemudian Ibu Pengawas lanjut ancang-ancang berdiri dari bangkunya setelah bosan dengan pertanyaan Mali, ia hendak memeriksa keadaan sekeliling kelas kembali sebab waktu ujian akan selesai. Itu semua membuat kepala Adli kencang. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang.
April yang seharusnya siap menerima kembali HPnya yang telah masuk ke kelas melalui jendela untuk memfoto soal, sekarang ia malah mengobrol dengan Pak Adam sehingga HPnya masih tertahan di dalam. Adli bingung juga akan HP April yang masih tertahan padanya di daam kelas, ia lalu menaruh HP April dulu saja di bawah kolong meja.
“IMPROVISASI DLI! IMPROVISASI!”-kata Adli dalam hatinya-“OKE!” Adli menjalankan improvisasi dari rencananya tersebut.
Ia lalu berdiri meninggalkan bangkunya sambil membawa kertas jawaban, ditinggalnya kertas soal ujian asli di mejanya. Adli melangkahkan kakinya dengan kukuh, tidak gentar sedikitpun dan tidak takut kalau-kalau improvisasinya itu mengacaukan segala rencana mereka, meskipun memang sudah kacau.
Pas sekali dengan Mali yang sudah selesai juga menjadi pengalih perhatian. Adli menaruh lembar jawabannya di depan meja guru, kemudian berpapasan dengan Mali yang memasang mimik seakan-akan bertanya apakah rencana mereka berjalan lancar atau tidak, walau Adli tak sempat memberi respon pada Mali.
Mali kembali duduk dibangkunya sementara Adli mengambil tasnya dan hendak berjalan kembali ke belakang bermaksud untuk mengambil sesuatu.
Pengawas tiba-tiba menegur Adli, “Kamu ngapain balik lagi ke belakang?”
DEG!!! Jantung Adli berdebar. “Eh, mmm ini Bu saya mau ngambil alat tulis yang ketinggalan,” jawab Adli dengan sangat gugup.
Ibu Pengawas sedikit curiga, “Alat tulis apa? pensil Kamu?”
“Iya Bu.” Adli semakin gugup.
Ibu pengawas berdiri sambil berucap, “Yasuda ambil sana!”
Seketika Adli berjalan ke mejanya kembali tetapi ia dibuntuti oleh Ibu pengawas ujian yang tepat berada di belakangnya. Gerak-gerik Adli benar-benar dipantau Ibu pengawas itu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, sampai pada sebutir air keringat yang sedang turun di samping dahinyapun juga ikut terpantau.
Ibu pengawas membantu mengelap keringat Adli itu dengan tisunya yang muncul dari balik kantung baju. “Kamu sampai keringetan gini ibu awasi ….”
Melihat hal tersebut Mali juga ikutan panik. Saat di meja Adli, Adlipun mengambil pensilnya yang ketinggalan. Lalu Ibu pengawas mengecek kolong meja Adli.
“Gaada apa-apa,” ucap Ibu pengawas.
“Yasuda Bu, saya izin keluar ya,” pamit Adli.
“Iyauda sana. Minum yang banyak nanti kamu dehidrasi lagi!” perintah Ibu pengawas melihat Adli yang bercucuran keringat. Adlipun berjalan keluar kelas dengan lega.
“Oke Anak-anak, lima menit lagi selesai. Silahkan yang sudah langsung dikumpulkan lembar jawaban kalian di meja depan dan tinggalkan soal kalian di meja ya!”
Sebagiannya beranjak untuk mengumpulkan soal termasuk Mali. Ujian hari ketigapun selesai dengan drama rencana pemfotoan soal ujian asli dari Adli dan kawan-kawan. Hal itu untuk bukti kuat bahwa memang benar ada kesamaan soal ujian asli dengan soal latihan dari tempat bimbel dekat sekolah.
Setelah bel bunyi ujian selesai terdengar, selesai tidak selesai, para murid mau tak mau harus mengumpulkan lembar jawaban mereka. Akhirnya tinggal sehari lagi ujian kelulusan telah selesai. Besok dengan pelajaran fisika sebagai mata pelajaran tersusah untuk anak-anak SMA dan juga raja terakhir dari rangkaian ujian kelulusan sekolah ini, ditemani dengan pelajaran sejarah setelahnya.
Adli, Alli’, Mali, April, dan juga Indi berkumpul di warung bakso Pakde membahas isu kesamaan soal dan rencana mereka tadi.
BRAKKK!!! Bunyi gebrakan meja bakso oleh tangan Indi, “Hah serius loh? Soalnya sama persis? Waduh kok gue gak tahu sih! Bimbel yang gue ikutin beda soalnya! Kalau tahu tuh gue ngikut aja bareng di bimbel dekat sekolah itu bareng lu Pril!” cerocos Indi.
“Ikut atau tidak ikut bimbel dekat sekolah itu, sama atau gak soalnya, kalau otakku’ sih tetap gak ngerti apa kata itu soal ahahaha,” tawa Alli’.