Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #57

Cinta Sederhana

“NINU NINU NINU NINU NINU” Bunyi suara sirine dari ambulan dengan kecepatan tinggi sedang membawa Alli’ yang sebelumnya telah mengalami kecelakaan. Suara itu terbawa angin sampai ke sekolah hingga terdengar oleh Adli yang sedang fokus mengingat-ingat kembali jawaban yang tepat dari soal latihan bimbel. Fokus Adlipun terganggu akibat suara tersebut. Ia lalu memicingkan matanya karena merasa aneh, seakan-akan tahu bahwa ambulan itu sedang bertarung melawan waktu untuk menyelamatkan nyawa teman baiknya.

Hari lalu menuju siang, semua mata pelajaran ujian kelulusanpun akhirnya selesai juga. Adli yang keluar kelas bersamaan dengan Mali meregangkan seluruh anggota tubuhnya sebab ia merasa bebas sudah sekarang.

“YEAYYYYY YUHUUUUU!” teriak Adli semangat sembari merentangkan kedua tangannya layaknya orang yang ingin mengukur nilai dari satu depa.

“YEESSSS!!! Akhirnya selesai juga masa sekolah kita! Rehat sejenak puas-puasin main dulu deh! Baru habis itu fokus belajar SBMPTN lagi,” ujar Mali juga yang mengingatkan kalau sebenarnya masih ada satu ujian besar lagi, ujian masuk perguruan tinggi Bulan Juni nanti walaupun mereka belum tahu juga ingin memasuki jurusan apa dan universitas mana.

“Udah gausa diingetin SBMPTN lagi! Feel free dululah sejenak, ” jawab Adli.

“Iya tau! Gue juga mau puas-puasin main game dulu nih sebelum fokus belajar SBMPTN lagi!” balas Mali. Lalu Adli melihat April yang juga keluar dari kelas ujiannya, Adli langsung menghampiri April dan meninggalkan Mali begitu saja.

“YAH langsung bucin lagi dia! Alli’ kemana juga sih? Udahlah bodoamat Gue udah gak sabar ngegame lagi!” ucap Mali yang juga langsung pulang menuju rumahnya untuk berbucin juga, tetapi dengan komputer dan game-gamenya.

“DOOORRR!” Adli mencoba mengagetkan April dan memegang kedua pundak April dari belakang. April menoleh ke Adli yang sudah berada di sampingnya, mata April hanya melirik tajam nan lancip.

“Bebaskan gak ada ujian lagi?”-tanya Adli-“sorry tadi malem Gue ketiduran.”

“Masih ada SBMPTN!” jawab April.

“Padahal janjinya kemarin mau jawab pertanyaan Gue yaa you know lah yang itu, sampai ujian kelulusan sekolah aja ….” Adli menagih janji tersebut.

April menghentikan langkahnya dan memutar badannya menghadap Adli. “Perlu Gue jawab sekarang banget?”

Adli mendekat ke telinga April, “Jangan sekarang juga sih, di tempat dan situasi yang sedikit romantis kek gitu biar berkesankan.”

April menjawab iseng, “Aahaha emang udah pasti diterima? Pede banget.”

Adli menimpali, “Seribu persen!” jawabnya. April hanya tersenyum manis.

“Yauda mau anterin Gue balik ke rumah dulu ga?”-tanya April lalu sekarang ia yang bergantian mendekat ke arah telinga Adli-“tentang yang tadi malam. Gue nemu soal ujian asli yang seharusnya baru dibagikan hari ini, malah udah ada di ruangan Om Gue!”

“Ohiya tadi malam kita bicarain itu ya.”

“Kok jadi lu yang pelupa! Iya gitu!”

“Emang mau ngapain?” tanya Adli heran.

“Udah anterin Gue aja dulu ayuk!” paksa April.

“MMMM …,” pikir Adli dahulu tetapi April langsung saja menarik tangannya, “CEPETAN!” Mereka berdua bergegas menuju rumah April mengendarai si kuning.

Saat di jalan ketika Adli mengendarai si kuning, Adli menanyakan kembali pada April, “Memang mau ngapain Pril?”

April langsung menjawab, “Nanti kita coba nyusup lagi ke ruangan kerja Om Gue. Mumpung Om Gue masih sibuk di sekolah ngurus berkas paska ujian. Gue ngajak lu supaya ada bantuan tambahan!”

“WAH BENERAN? Lu mau ngajak Gue nyusup ke ruang kerja Om Lu?”

“Santai aja pokoknya! Jangan takut!” tenang April pada Adli.

Sesampainya di rumah April, Adli bertemu lagi dengan Mbok yang waktu itu sempat membantu mengobatinya sedang menyirami tanaman di pekarangan samping.

“Ehhh Nak Pacarnya April, kesini lagi toh!” ucap Mbok.

April hendak merespon, “BUK-an!” tetapi terpotong dan ditambahkan oleh Adli, “Ehiya Mbok, paling nanti sore atau malam udah resmi jadi pacarnya hehehe.” April menatap Adli dengan mata melotot untuk mengancamnya supaya tidak bawel dan mengeluarkan kata-kata apa-apa lagi dari mulutnya secara berlebihan.

“Loh kok nanti?” tanya Mbok heran.

“Udah Mbok jangan didengerin! Ayuk cepetan!” sela April. Mereka meninggalkan Mbok yang masih terheran.

Lalu ketika di dalam, April lansung to the point menuju ruangan kerja Omnya. Namun, pintunya terkunci seperti biasa.

“Haduhhh di kunci mulu sih ruangan ini!” gerutu April.

Adlipun bertanya lagi, “Terus gimana? Gak jadi?”

Lihat selengkapnya