Ada Cerita di Sekolah

Awal Try Surya
Chapter #58

Persinggungan Takdir

“Lu mau gak jadi …?” ucap bibir Adli yang akhirnya mengeluarkan lagi kalimat pertanyaan tersebut untuk menembak April, sayangnya perkataannya itu terpotong begitu saja. Baru saja sampai di telinga Adli kabar dari Mali, bahwa Alli’ telah mengalami kecelakaan. Adlipun tidak jadi lagi mendapatkan jawaban kepastian untuk dapat memiliki April.

Tubuh Adli gemetar seketika sesaat setelah mendengarkan berita tersebut. Pikirannya melupakan secara tiba-tiba hal yang sedang ia lakukan tadi, segala halnya langsung berpindah menuju pada perasaan dan hatinya yang sekarang tidak dapat ia gambarkan. Bahkan Aprilpun bingung melihat ekspresi campur aduk keluar dari wajah Adli saat ini yang mewakili perasaannya. Namun, mata Adli lebih banyak menafsirkan perasaan sedih berbaur dengan perasaan shock tidak percaya serta marah mempertanyakan mengapa hal itu bisa terjadi.

Waktupun terasa melambat tetapi Adli berusaha secepat mungkin dan tergesa-gesa bergegas menuju rumah sakit tempat Alli’ dirawat bersama April.

Saat di perjalanan mengendarai si kuning, adrenalin Adli tahu-tahu meninggi terbawa suasana emosinya serta naluri semasa kecilnya ketika ia masih bercita-cita ingin menjadi pembalap juga keluar memberontak, membuat dirinya mengebut dengan kecepatan tinggi. April yang digoncengnya menjadi panik dan mencoba meredahkan Adli.

“DLI JANGAN NGEBUT-NGEBUT! GUE TAU LU KAGET DAN MAU BURU-BURU NGELIAT ALLI’ DI RUMAH SAKIT! TAPI GAK NGEBUT BANGET BEGINI JUGA!” teriak April mengingatkan Adli dengan susah payah. Adli tidak menggubris, ia malah semakin menjadi-jadi.

“KALO LU BURU-BURU BEGINI MALAH NGEBAHAYAIN NYAWA LU SENDIRI TAUUU!!!” Adli masih menancap gasnya mentok.

April lalu memeluk Adli kencang dari belakang karena sangking lesatnya si kuning yang sedang berpacu. April tetap terus memohon pada Adli untuk memelan sedikit, “AAAAA PLEASEEE JANGAN KENCENG KENCENG!!!” Semakin kencang kecepatan Adli, semakin kencang pula pelukan April tersebut. “GUE MOHON PLEASEEE!!!” pelukan April yang menambah erat juga makin terasa hangat bagi Adli. Akhirnya, pikiran Adlipun berubah untuk melambatkan kecepatannya dan sedikit lebih berhati-hati.

“UDAH SEGINI AJA PAS! CEPAT GAK APA-APA ASALKAN HATI-HATI. KALAU BURU-BURU KAYAK TADI ITU YANG GAK HATI-HATI!”. Adli melepaskan satu tangan kirinya dan memegang tangan April yang masih memeluknya.

“Iya-iya ini sedeng aja deh!” jawab Adli. Adli dan April dengan cepat menuju rumah sakit di atas si kuning yang melesat kencang tetapi dengan hati-hati dan tidak terburu-buru.

Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua langsung menanyakan ruangan dimana Alli’ di rawat dan berlari menuju kesana. Disana sudah terdapat Mali, Indi, Bu Ira Wali Kelas Kelas 12-A-1, dan kedua orang tua Alli’ yang baru saja juga sampai di rumah sakit setelah mendarat sehabis isya tadi dari Sulawesi.

Situasi dan suasana di koridor depan ruangan ICU dimana Alli’ di rawat begitu mencekal. Adli dan April yang baru datang disambut oleh Mali dan Indi. Indi dengan sigap langsung memeluk April sementara Adli langsung ingin masuk ke dalam ruang ICU melihat keadaan Alli’ yang tertidur pulas di dalam, tetapi Adli dihentikan oleh Mali karena dirinya tidak boleh memasuki area steril tersebut. Adlipun hanya bisa melihat dari jendela koridor ruangan ICU teman baiknya itu sedang tergeletak tidak berdaya dengan kepalanya yang diperban dan dikelilingi oleh alat-alat penunjang nyawanya seperti tabung oksigen, monitor jantung, ventilator, maupun beberapa buah selang infus.

Lalu terdengar juga percakapan dari Ibu Ira dan kedua orang tua Alli’

“Saya sebagai Wali Kelas Alli’ turut prihatin dan berduka Pak, Bu, atas musibah yang menimpa Alli’ pagi hari tadi. Pihak sekolah baru mendapat informasi dari kecelakaan Alli’ ini siang menjelang sore tadi Bu. Sehingga baru sempat kami kabarkan juga pada Bapak Ibu,” tutur Ibu Ira dengan sangat pelan mengetahui kondisi dari kedua orang tua Alli’ yang sekarang sangat rapuh.

Ibu Alli’ hanya bisa menunduk tersedu-sedu dipelukan suaminya yang juga berusaha menguatkan hatinya itu.

“Terimakasih Bu. Kami juga baru mendarat tadi karena ada hal yang perlu kami selesaikan juga dahulu di Sulawesi,” jelas Ayah Alli’. Entah ujian apa yang sedang tuhan berikan pada keluarga Alli’ tersebut. Disaat nenek Alli’ di Sulawesi juga perlu perhatian dan perawatan karena kondisinya kian memburuk. Namun, disini juga kondisi Alli’ sedang kritis. Kedua orang tua Alli’ sengaja tidak memberitahu nenek Alli’ mengenai kejadian ini karena takut kondisi nenek Alli’ malah semakin memburuk jika mengetahui keadaan cucu tersayangnya itu.

Lalu Adli mendekat menuju kedua orang tua Alli’ diikuti teman-temannya di belakangnya.

Adli membuka percakapan dengan tersenyum tegar, “Kami teman-temannya Alli’ di sekolah Pak, Bu! InsyaAllah Alli’ kuat melalui masa-masa kritisnya di dalam dengan bantuan doa dan dukungan dari kami semua Bu.”

Mali melanjutkan, “InsyaAllah Alli’ bisa melewatinya dan kembali lagi bersama kami karena kami benar-benar terhibur Pak, Bu, dengan kehadiran Alli’ yang lucu dan ceria di sekolah.”

Mendengar hal tersebut ternyata meringankan rasa duka yang sekarang sedang memenuhi hati kedua orang tua Alli’ setelah mengetahui anak tercintanya juga mempunyai teman-teman sejati yang peduli padanya.

“Iya Nak. Makasih ya,” jawab singkat Ibu Alli’ yang akhirnya menaikan kepalanya setelah lumayan lama selalu tertunduk meskipun wajah, mata, dan ekspresinya terlihat sangat sedih dan sembab. Mereka semua mengambil posisi masing-masing untuk menunggu serta mendoakan Alli’ dan berharap Alli’ membaik.

“Orang tua kalian sudah pada tahukan kalian kesini?” tanya Ibu Ira mengkhawatirkan murid-muridnya itu juga. Adli dan lainnya mengangguk.

Lihat selengkapnya