Tiba juga hari Jumat, hari dimana penentuan rencana yang akan dijalankan oleh Adli dan timnya akan dimulai. Sore itu setelah pulang sekolah, Adli, Mali, April, dan Indi mereka ulang lagi rencana yang akan mereka jalankan nanti malam di rumah Pak Jan. Rencana untuk menscan soal-soal asli ujian yang berada di lemari rahasia Pak Jan sebagai bukti yang lebih kuat untuk mengancam Pak Jan agar Ia mau mengubah peraturan-peraturan strict di sekolah menjadi normal kembali. Mereka kemudian masing-masing pulang ke rumah mendekati adzan Magrib. Sesampainya di rumah, mereka menyiapkan mental sekaligus segala halnya demi rencana mereka berjalan tanpa kendala.
Malampun menyingsing sore, dengan warna langit yang berangsur-angsur berganti semula berwarna kemerahan lalu menjadi oranye. Sehabis Magrib, April mulai mengendap-endap ke bagian luar pekarangan samping untuk menaruh sesuatu di dalam pot bunga yang telah Ia tandai. Selanjutnya April kembali ke dalam rumah dan memantau area ruangan kerja Pak Jan yang tidak terkunci sore itu untuk mengecek jendela ruang kerja Pak Jan apakah terkunci atau tidak. Ternyata jendela tersebut sedang tidak terkunci.
Makan malam telah tiba, Pak Jan dan April makan berduaan saja. Saat itu Mbok sedang pulang ke kampungnya, sementara Juli yang sudah pulang ke rumah Pak Jan weekend kemarin, sekarang sepertinya Ia tidak pulang lagi weekend ini. Hanya ada satpam rumah Pak Jan berjaga yang menghabiskan waktunya mayoritas di dalam posnya saja.
“Gimana Kamu persiapan belajar SBMPTNnya? Langsung tembak kedokterankan ya?” tanya Pak Jan sambil mengunyah lauk pauk yang sudah berada di mulutnya.
“Eh kedokteran? Belum tahu Om nanti aku diskusi sama Ibu lagi.”
“Memang apa yang kamu ragukan lagi? Seribu persen Om yakin tanpa keraguan sedikitpun! Pasti kamu dapat kedokteran dengan kepintaran dan kerajinan Kamu itu,” puji Pak Jan.
“Mmm iya Om Insya Allah. Tapikan Om pasti ada kendala ini juga,”-April menggesek-gesekkan jari telunjuk dan jari jempolnya berulang-ulang-“kedokterankan pasti besar biayanya Om.”
“Ohhh tentang itu, Kamu jangan khawatir! Om tanggung semua biayanya. Bagi Om sama Ibu Kamu, yang terpenting adalah masa depan Kamu!”
April senang mendengarkan hal itu, “WAHH beneran Om?” April hendak berterimakasih tetapi bibirnya tertahan. Ia mengingat lagi fakta yang tersembunyi bahwa Omnya itu memanfaatkan soal-soal ujian asli di sekolah untuk meraup untuk bekerjasama dengan tempat bimbingan belajar dekat sekolah. Sebentar lagi melalui rencananya dengan teman-temannya itu, kebenaran akan terungkap! April tidak jadi berterimakasih.
“Mmmm nanti dilihat deh Om ya hehehe.” April melanjutkan menghabiskan makanannya dan mencoba bersikap biasa saja.
Sehabis makan, April dan Omnya bercengkerama di ruang tengah seperti biasa, menunggu rasa begah dan kenyang yang ada di perut mereka hilang lalu melanjutkan aktivitas lainnya.
“Oiya Om. Nanti ada temen April yang mau main sambil belajar bareng datang kesini. Namanya Indi. Paling sebentar lagi bakal dateng.”
“Oiya gapapa ajak main aja kesini. Belajar bareng-barengkan jadi lebih semangat,” respon Omnya.
“Okee Om.”
Kemudian Pak Jan memasuki ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda sore tadi. Tak lama setelah itu, datanglah Indi yang dengan cepat disambut oleh April.
“HAIII Masukk masukkk!”
“HALOOO,”-ucap Indi kencang lalu berbisik pada April-“Pak Jan mana?”
“Di ruang kerjanya …,” jawab April pelan juga.
Kedatangan Indi tersebut menandakan rencana untuk membobol lemari rahasia Pak Jan di malam itu sudah dimulai.
…
Beberapa jam yang lalu, selepas bel sekolah berbunyi. Adli, Mali, April, dan Indi berkumpul di kantin persis di meja kantin yang selalu mereka duduki bersama Alli’.
“Oke Gue coba rangkum lagi rencana kita yang kita buat nanti malam!” ucap Adli sementara yang lainnya menyimak.
“Sehabis Magrib menjelang Isya, seperti biasa kalau kata April, April sama Pak Jan bakal makan malam habis itu mereka nyantai di ruang tengah. Betulkan Pril?” Adli mengkonfirmasi.
“Yap BETUL!” jawab April mengiyakan.
Adli meneruskan, “Disini Indi bakal datang dan kedatangan Indi itu sebagai tanda buat Gue sama Mali juga mulai beraksi. Gue yang bakal nyusup ke dalam rumah dan Mali yang bakal stay dalam mobil dengan laptopnya, di jalanan komplek depan rumah April yang agak jauh tapi tetap bisa mantau Satpam juga yang ada di pos Satpam rumah April.”
“Oke!” sahut teman-temannya.
“Seandainya Pak Jan masih di ruang tengah, Indi langsung buka laptop yang udah terkonek video call sama laptop Mali dan arahin laptop Lu dan kameranya,”-tunjuk Adli pada Indi-“ke arah Pak Jan tapi jangan terlalu kentara juga ya!” instruksi Adli sementara itu Indi semakin fokus mendengarkan.
“Jadi Mali bisa pantau Pak Jan, keadaan lainnya di ruang tengah, dan pos satpam. Sedangkan Gue langsung ngambil kunci lemari rahasia yang di taruh sama April di pot yang bakal Dia udah tandain buat Gue,”-jelas Adli lalu bertanya kembali-“oke Pril? Di pot bunga pekarangan samping warna coklat paling pojok kirikan yang bunganya bunga melati?”
“Betul lagi! Hati-hati ya! Kalau udah dapat kuncinya, langsung masuk aja loncat lewat jendela ruang kerja Om Gue kalau Om Gue lagi gak ada disitu! Tenang aja, urusan jendela, Gue yang ngurus supaya kebuka dan gak kekunci!” tutur April.
“OKEE!” respon Adli
Lalu April memotong dahulu, “Kalau ternyata Om Gue gak di ruang tengah? Misal Dia malah ada di ruang kerjanya karena ada kerjaan gimana dong?”
Adli berpikir sejenak.
…
Pukul tujuh kurang sepuluh menit saat rencana mereka tersebut sudah berjalan, April dan Indi sudah mempersiapkan segalanya, yakni laptop yang menyala kameranya termasuk speakernya mengarah ke Pak Jan dengan tidak terlalu terang-terangan agar Mali yang standby dengan laptopnya di mobil dapat memantau kejadian di ruang tengah.
Adli sudah menunggu di area luar sekitaran rumah Pak Jan. Iapun mendengar aba-aba dari Mali, “Test one two three! Laptop Indi udah nyala! Cek Adli GANTI!” ucap Mali pada Adli. Adli dan Mali berkomunikasi melalui telepon yang terhubung langsung, dimana Adli memakai headset bluetooth ditelinganya agar Ia bisa mendengarkan informasi dari Mali langsung juga.
“Oke Mal! Gue BERAKSI!” Adli memulai aksinya. Ia pergi menyusup melewati salah satu pagar yang dapat Ia jangkau. Mali sebagai eagle eye memantau semua kejadian dan menjadi penghubung komunikasi April, Indi, dan Adli supaya rencana mereka itu berjalan lancar.
Sambil memperhatikan ruang tengah, Mali memonitor pula pergerakan Satpam yang sedang berada di dalam posnya. April dan Indi yang berada di ruang tengah karena berhadapan langsung dengan Pak Jan, mereka berdua tidak dapat berkomunikasi lewat mulut dengan Adli dan Mali. Sehingga merekapun hanya berkomunikasi dengan Adli dan Mali melalui chat pada grup yang sudah mereka buat.
April mengetik, “Om Gue ternyata masih di ruang kerjanya. Kita jalanin rencana cadangan!”
Mali membaca pesan tersebut sambil membalas, “Ohhh pantes belum kelihatan ada Pak Jan”
Di saat yang bersamaan, Adli sembari mengendap-endap menuju pekarangan samping lalu mencari kunci lemari rahasia Pak Jan yang sudah ditaruh April terlebih dahulu di salah satu pot bunga yang mereka sepakati.
Kemudian setelah menemukan kunci lemari rahasia tersebut, Adlipun menginfokan pada Mali, ““Cek Mali! Posisi Gue sekarang udah ada di bawah jendela ruang kerja Pak Jan, tinggal masuk loncat aja! Ganti!”
Adli yang hendak meloncati jendela ruang kerja Pak Jan langsung dihentikan oleh Mali, “WOYYY BENTARRR JANGAN LONCAT DULU!” teriak Mali panik tidak karuan.