Masih di malam ketika Adli dan kawan-kawannya menjalankan rencana mereka. Adli yang tengah menscan soal-soal ujian asli yang ada di lemari rahasia Pak Jan, disitu Ia tergap oleh Juli saat dirinya padahal sedikit lagi sukses keluar dari ruang Pak Jan tanpa ketahuan.
Pak Jan, April, dan Indi yang berada di ruang tengah juga masih melanjutkan percakapan mereka itu. Adli tersentak dengan matanya yang terbuka lebar setelah berbalik badan mendapati Kak Juli yang melihat ke arahnya dengan tatapan yang tajam. Situasi di ruang kerja Pak Jan menjadi tegang seketika.
Semua lembaran soal ujian asli sudah Ia scan dan Ia taruh kembali ditempatnya, lemari rahasia Pak Jan. Sekarang Adli malah terperangah dan terpaku diam, entah karena dirinya sangat kaget atau karena dirinya yang pertama kali melihat sosok Kak Juli ternyata sebelas-dua belas dengan April cantik juga manisnya. Dalam benak Adli, Juli mirip sekali dengan April tetapi Juli terlihat seperti versi diri April yang lebih dewasa. Setelah diam beberapa saat, Adlipun mencoba mengelak, “Eh maaf Kak Juli ya? Mmm Saya bisa jelasin Kak sebentar …,” Adli memikirkan alasan.
Juli melangkahkan kakinya menuju Adli lalu menenangkannya.
“SSSTTT! Gue Cuma mau ngintip foto ini doang kok,”-ucap Juli melihat dua foto yang berbingkai jadul di atas meja kerja besar Pak Jan itu, Juli melanjutkan-“tenang aja, April juga udah cerita ke Gue masalah kebocoran soal di sekolah dan yang lainnya. Tapi Gue gak nyangka Dia nekat banget nyuruh pacarnya sendiri buat ngebobol lemari rahasia Bokap Gue! Udah lanjutin aja misi Lu ….”
Adli mengedipkan matanya berkali-kali tak percaya kalau ternyata Juli juga memihak pada mereka. Iapun bingung setengah mati dengan mulutnya yang tertutup gugup ingin merespon kalimat apa pada Juli.
Tak jadi merespon, Adli langsung saja loncat keluar dari jendela ruang kerja Pak Jan dengan buru-buru karena Adli ingin melarikan diri secepatnya dari situsasi awkward yang Ia rasakan barusan. Lain lagi dengan Juli yang tertawa-tawa sedikit setelah melihat Adli kabur melewati jendela bagaikan maling yang ketahuan mencuri. Adli bahkan sampai melupakan kunci lemari rahasia yang masih tergantung di lobangnya. Kak Juli melihat kunci tersebut dengan matanya yang memicing.
Ketika sudah berada di luar, Adli masih tak percaya kejadian tadi. “Halo Cek Mali! Gawat tadi ada kejadian tak terduga Gue dipergokin Juli sepupunya April yang ternyata lagi ada di rumah! GANTI!” Namun, tidak ada respon dari lawan bicaranya.
Adli sekali lagi mencoba, “Halo Mali! GANTI!”
Terlihat HT yang ada di dalam mobil Mali menyala tergeletak begitu saja tanpa ada pemiliknya yang menggenggam. Adli lalu mengecek ke grup chat mereka. Di sana ada pesan dari Mali.
“GAWAT-GAWAT RED CODE RED CODE! KODE MERAH!”
Adli menggaruk-garuk alisnya karena semakin pusing dan bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan rencana mereka itu. Padahal misinya sudah sukses Ia jalankan, bukti scanan soal-soal ujian asli sekolah sudah lengkap terakuisisi. Kemudian Adlipun keluar dari area rumah April dan melompati pagar menuju mobil Mali yang terparkir tidak jauh dari situ.
Ketika sudah sampai di Mobil, Adli mendapati tidak ada siapa-siapa di dalamnya.
“LAH MALI kemana kok ninggalin mobil?!” cemas Adli. Ia mencoba membuka mobil itu tetapi tidak bisa. Akhirnya Adli memilih untuk mengintip saja dari kaca mobil ke arah dalam. Adli melihat pada layar laptop Mali yang masih terbuka dan menyala di dalam mobil. Laptop Mali tersebut masih tersambung dengan laptop Indi yang berada di ruang tengah melalui video. Adlipun melihat Mali pada video di laptop tersebut, ternyata Mali sudah berada di ruang tengah bersama dengan April dan Indi persis di depan Pak Jan yang sepertinya sedang marah besar dengan mereka bertiga.
Adli betul-betul heran, “HAH?!”
Keadaan di ruang tengah sama kacaunya dengan ketika Juli memergoki Adli di ruang kerja Pak Jan.
“JADI APA MAKSUDNYA INI?!” tanya Pak Jan pada Mali, April, dan Indi yang sedang menunduk kaku.
Lima menit sebelumnya saat Mali sedang asyik-asyiknya memantau melalui laptopnya, Ia lupa untuk memantau juga satpam yang ada di pos rumah April. Saat Mali mengalihkan perhatiannya lagi pada satpam, ternyata Pak Satpam sudah tidak terlihat di pos.
“TOK TOK TOK!” rupanya satpam itu sudah ada di samping mobilnya mengetok-ngetok kaca mobil Mali.
“Permisi Mas maaf boleh buka kacanya sebentar!” bentak satpam tersebut agak sedikit keras. Mali yang terkaget langsung membukakannya sekaligus menutup layar laptopnya.
“EHIYA PAK ada apa?”
“Saya liatin dari setengah jam yang lalu Kamu parkir disini gak pindah-pindah. Jarang-jarang Saya lihat dan baru kali ini Saya lihat ada mobil seperti ini parkir lama disini. Saya curiga, coba buka laptop Kamu itu!”