Situasi yang intens di ruang tengah rumah Pak Jan masih terus berlangsung, semakin lama semakin meninggi juga ketegangan antara Pak Jan dan murid-muridnya. Mali dan Indi yang sudah menciut nyalinya hanya bisa terdiam menjadi pengamat semenjak Pak Jan geram. Sementara itu April dan Juli menyimak sesuatu apa yang disembunyikan Adli tersebut tentang Pak Jan.
Adli yang memegang sebuah kartu AS untuk menyerang balik Pak Jan sudah berperang dengan batinnya sendiri kalau-kalau Ia harus kehilangan April nantinya, karena rahasia tersebut sangat bersangkut paut dengan pekerjaan Pak Jan sebagai Kepala Sekolah. Sedangkan Juli masih mencuri dengar dari balik tembok sambil memegang beberapa berkas yang diambilnya dari lemari rahasia Pak Jan.
Adli melanjutkan ancamannya, “Selain soal-soal ujian kelulusan asli yang bocor, Saya juga menemui suatu berkas rahasia yang pastinya Pak Jan sudah tahu akan hal itu tetapi teman-teman Saya belum mengetahuinya.”
“STOP sampai disitu! Sebelum Kamu lapor dahulu tentang hal itu, Saya yang akan laporkan lebih dahulu ke polisi saat ini juga atas tindakan pembobolan properti saya! Lagipula Saya ini terkenal disiplin dan antisuap oleh para guru yang lain maupun rekan sejawat saya. Jadi teman-teman Kamu nih April tidak ada apa-apanya dengan posisi Saya sebagai Kepala Sekolah. Kalian tidak memikirkan hal itu?” ucap Pak Jan menarik April ke dekatnya. April tidak lagi sebaris dengan Adli, Mali, dan Indi.
Namun, ancaman Pak Jan itu sudah tidak berefek lagi pada Adli. Adli tertawa kecil, “Ahaha, INGAT GA PAK? Waktu ketika di sekolah masih ada Pak Gusta, Guru Sejarah yang saat itu anda coba sogok dan suap hanya demi April, keponakan Bapak yang Bapak ingin jadikan tempat duduknya jadi duduk di depan? Bukankah itu sudah termasuk perilaku menyuap Pak?” Adli lalu menunjukan screenshootan chat Pak Jan ketika Pak Jan mencoba untuk menyuap Pak Gusta mengenai tempat duduk April. Ia mendapati screenshootan chat tersebut langsung dari April yang saat itu mengirimkannya. April masih menyimak.
Pak Jan menjadi geram kembali, “Dapat dari mana Kamu itu?!” April juga tidak menyangka Adli menggunakan screenshootan yang April kirimkan padanya di waktu yang tepat dan memainkannya dengan sangat elegan.
Pak Jan melanjutkan, “Tapi hal itu tidak jadikan ujung-ujungnya!?”
Mali yang tidak mau berdiam diri saja ikut membantu Adli, “Ya betul Pak hal itu memang tidak terjadi. Bapak tidak jadi menyuap Pak Gusta juga karena ulah dari kelompok kita! Saat itu Kami membuat peraturan tak tertulis untuk menggilir tempat duduk pada kelas Kami agar semua siswa merasakan tempat duduk di kelas dengan adil!” Mali mengingatkan lagi teman-temannya itu akan rencana mereka untuk menggagalkan Pak Gusta yang sangat ingin membuat April duduk di depan tetapi tidak jadi karena peraturan tempat duduk yang di gilir setiap bulannya.
Lalu Adli kemudian melanjutkan lagi dan mulai membeberkan semua rahasia Pak Jan, “Ya Betul! Belum lagi proyek parkir di belakang sekolah yang membabat habis kebun kecil hijau terakhir Kami. Sebenarnya pihak sekolah, UHUG eh maksud Saya, Pak Jan lah yang menyetujui proyek tersebut dan mengambil untung dari biaya parkir yang di bayar oleh murid-muridkan Pak? Ini bukti berkas penandatanganan perjanjian kontrak yang Pak Jan buat dengan pihak pemilik material bekas di belakang sekolah,”-Adli menunjukan lagi layar HPnya besera scan-an rapih salah satu berkas rahasia Pak Jan yang Ia dapat di lemari rahasia Pak Jan-“Pak Jan sengaja membuat peraturan tidak boleh membawa motor ke sekolah supaya murid-murid yang membawa motor jadi parkir di proyek parkir tersebut!”
Pak Jan ingin menyanggah tetapi Adli tetap bersikeras melanjutkan penjelasannya, “Walau Bapak bilang peraturan tersebut demi kebaikan murid-murid agar tidak mengendarai motor ke sekolah karena toh juga mereka belum punya SIM. Tapi kenapa Kami yang sudah kelas dua belas dan sudah mempunyai SIM juga ikutan tetap tidak boleh Pak? Rasanya pihak sekolah juga seperti mengabaikan saja tuh murid-muridnya yang belum punya SIM dan tetap membawa motor asalkan parkir di proyek parkir belakang sekolah, kan ada cuannya untuk Pak Jan?”
Adli semakin bersemangat, “Kan itu tandanya Pak Jan menyogok pemilik toko material bekas di belakang sekolah agar mau kerjasma dalam proyek itu sehingga proyek Pak Jan berjalan semulus ini. Bukankah itu perilaku suap menyuap Pak?!”
Paj Jan semakin geram mendengarnya dan amarahnyapun memuncak, “KURANG AJAR KAMU!” Pak Jan hendak mengambil HP Adli tersebut tetapi April membantu melindungi Adli dari Omnya itu.
Adli lanjut menggeser layar HPnya kepada berkas rahasia lainnya, Ia tidak peduli lagi meskipun di depannya sekarang adalah Kepala Sekolahnya sendiri. “Lalu juga dana jambore sekolah yang tertera di berkas anggaran kegiatan-kegiatan besar sekolah lainnya. Seharusnya anggaran tersebut digunakan seluruhnya untuk jambore sekolah para murid, tapi malah Pak Jan dan para guru salahgunakan untuk kegiatan jalan-jalan guru yang pihak sekolah mainkan dan otak atik supaya kegiatan jalan-jalan guru juga termasuk ke kegiatan-kegiatan besar sekolah lainnya.
“Ahahaha padahal kegiatan jalan-jalan hanya untuk memuaskan kesenangan para guru dan tidak berefek apa-apa pada murid-murid. Sehingga dananyapun kurang buat jambore. Alih-alih jujur terus terang tentang dana tersebut, Pak Jan malah membuat peraturan bahwa jambore sekolah tidak boleh diadakan di luar kota atau bahkan bisa jadi tidak ditiadakan karena kurangnya dana atau alasan lainnya seperti perpeloncoan.”
Pak Jan sekarang mencengkeram tangannya sendiri kuat-kuat hingga kuku-kuku di tanggannya membekas pada telapak tangannya sendiri. Urat-urat di kepalanya mencuat dengan matanya yang semakin membengis. Sesaat setelahnya Pak Jan seperti terengah-engah menandakan tekanan darahnya dibuat meninggi karena ucapan Adli mengenai berkas-berkas rahasianya tersebut. Hampir-hampir Pak Janpun roboh dibuatnya.
April yang berada di samping Pak Jan membantu menopang tubuh Omnya itu sehingga tidak jadi jatuh.
April dengan lembut meminta Adli untuk menghentikan semuanya saat itu juga karena tidak kuat mendengar seluruh kenyataan pahit itu. “Cukup Dli, sampai disitu aja. Maaf Om atas perlakuan April sama teman-teman. Niat April awalnya cuma mau meras dan ngancem Om buat ubah peraturan-peraturan strict di sekolah, karena Om sudah menyelewengkan wewenang dan membocorkan soal-soal ujian kelulusan sekolah yang asli ke bimbel dekat sekolah dan bekerjasama ngambil untung dengan mereka!
“Itu aja Om gak lebih! Kalau Om masih keberatan untuk ngubah semua peraturan strict yang Om buat, April cuma minta satu peraturan aja kalau gitu yang harus Om ganti! Tolong ganti peraturan terlambat jadi seperti semula supaya teman-teman kami, maupun adik kelas dan angkatan-angkatan sesudahnya bisa pergi ke sekolah dengan santai dan tidak buru-buru sehingga tidak membahayakan nyawa mereka Om!!!. SUPAYA GAKKK ADA LAGI NYAWA YANG MELAYANG OMMM!!!”