Prolog: Clara & Tiga Orang Penjaga Kematian
Salon Jenazah Puspa milik Clara bukan tempat biasa. Bangunannya elegan, aroma formalin dicampur pengharum lavender, dan heningnya... bisa bikin dada sesak. Tapi justru di tempat seperti inilah Clara memilih hidup. Sejak suaminya pergi tanpa kabar—bukan mati, hanya menghilang—Clara memilih mendekorasi kematian, bukan lagi mencemaskan kehidupan.
Ia punya tiga karyawan tetap.
Sundari, si tukang rias dari Tegal, yang kalau bicara suka ngapak dan kalau dandan suka menor. Motonya: "Jenazah boleh mati, tapi alis tetap hidup!"
Mamang, cleaning service berjiwa cengeng. Ia sudah kerja dari zaman salon ini masih berdiri di seberang makam. Mamang bisa bersih-bersih sambil berpantun... dan menangis saat bersin.
Dan Agus, anak baru. Wajahnya kayak idol Korea yang tersesat di acara sinetron. Tapi sayangnya, ia gagap parah. Kalau bicara, bisa bikin orang hidup mati penasaran nungguin akhir kalimatnya.
Mereka bukan hanya tim perawatan jenazah. Mereka adalah trio penjaga batas antara dunia yang hidup dan yang... enggan pergi.
*****